KOMPAS.com - Badan Energi Internasional (IEA) meresmikan observatorium yang dirancang khusus untuk memantau dan menganalisis secara mendalam konsumsi energi yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI) dan pusat data (data center) serta bagaimana keduanya saling terkait.
Pendorong utama di balik pembentukan observatorium energi dan AI ini adalah meningkatnya konsumsi energi dari pusat data serta minimnya data yang akurat mengenai konsumsi tersebut.
Observatorium yang baru dibentuk ini merupakan kelanjutan atau respons terhadap temuan dari laporan penting yang sudah diterbitkan IEA pada bulan April.
Laporan tersebut secara spesifik menganalisis bagaimana AI memengaruhi atau akan memengaruhi sektor energi, baik dari sisi konsumsi maupun potensi efisiensi.
Baca juga: Agar AI Tak Lagi Bias, UN Women Serukan Teknologi yang Ramah Gender
Salah satu temuan penting dari laporan tersebut adalah proyeksi yang mengkhawatirkan yakni permintaan listrik dari pusat data yang dioptimalkan untuk AI diperkirakan bisa meningkat berkali lipat pada tahun 2030.
Di sisi lain, meskipun AI dan pusat data meningkatkan konsumsi energi, di sisi lain, AI juga sudah digunakan dalam industri energi itu sendiri untuk menciptakan peluang positif.
Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA mengatakan AI dengan cepat menjadi salah satu teknologi paling signifikan dan berpengaruh di era kita saat ini.
"Observatorium energi dan AI yang baru diluncurkan merupakan bukti komitmen untuk membantu para pembuat keputusan global dalam merencanakan masa depan, terutama karena data dan analisis yang andal sangat penting untuk menghadapi perkembangan AI yang cepat," ungkap Birol, dikutip dari Power Engineering International, Senin (23/6/2025).
Observatorium energi dan AI yang baru dibentuk oleh IEA ini sendiri dapat diakses oleh publik.
Di dalamnya, observatorium ini menyediakan kumpulan data yang sangat lengkap yang disertai dengan perkakas interaktif.
Alat-alat ini memungkinkan siapa saja untuk menjelajahi dan menganalisis konsumsi listrik pusat data serta infrastruktur digital berdasarkan wilayah atau daerah.
Baca juga: Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Observatorium energi dan AI yang baru ini juga menyertakan 20 studi kasus yang dipilih untuk menunjukkan bagaimana AI sudah diterapkan dalam berbagai macam penggunaan di seluruh sektor energi.
Laporan IEA memperkirakan bahwa saat ini konsumsi energi oleh pusat data di seluruh dunia mencapai sekitar 1,5 persen dari total konsumsi listrik global dan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030.
Meskipun konsumsi energi pusat data mungkin terlihat kecil dalam skala global secara keseluruhan, namun ini bisa menjadi tantangan besar bagi negara-negara individual. Ini karena pusat data cenderung terkonsentrasi atau mengelompok di lokasi-lokasi tertentu.
Pusat data AI menjadi perhatian karena skala daya komputasi yang sangat besar yang mereka butuhkan untuk melatih dan menjalankan model AI.
Kebutuhan ini telah menyebabkan munculnya kelompok-kelompok pusat data berskala gigawatt di berbagai wilayah di Amerika Serikat, dan juga di pusat-pusat utama Eropa seperti Frankfurt, London, Amsterdam, Paris, dan Dublin.
Data lain yang sangat berguna yang tersedia dalam observatorium energi dan AI ini adalah kit bisa mengetahui lokasi pusat data bersama dengan infrastruktur listrik dan digital yang terkait dengannya.
Baca juga: BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya