Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: 91 Persen Masyarakat Indonesia Dukung Upaya Atasi Perubahan Iklim

Kompas.com - 06/05/2025, 11:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Global Methane Hub menunjukkan, 91 persen masyarakat Indonesia mendukung upaya mengatasi perubahan iklim. Selain itu, 89 persen responden mendukung aksi penanggulangan emisi gas metana.

CEO Global Methane Hub, Marcelo Mena, mengatakan survei yang digelar di 17 negara itu turut mengungkap bahwa 98 persen masyarakat Indonesia percaya terhadap perubahan iklim, dengan 81 persen di antaranya meyakini aktivitas manusia sebagai penyebab utamanya.

Angka tersebut menjadi salah satu yang tertinggi di antara negara-negara yang disurvei terkait krisis iklim

"Temuan ini menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan kesadaran dan pemahaman yang tinggi terhadap perubahan iklim," ujar Mena dalam keterangannya, Selasa (6/5/2025).

Baca juga: Picu Krisis Iklim, Metana dari Sampah Harus Segera Diatasi

"Indonesia juga berada dalam jajaran teratas di antara negara lain dalam hal dukungan yang kuat terhadap aksi penanggulangan polusi gas metana," imbuh dia.

Dalam survei, lima dari 10 orang Indonesia mengaku merasakan dampak perubahan iklim dalam kehidupannya. Angka tersebut melampaui presentase responden yang merasakan dampak serupa di negara-negara di belahan bumi bagian utara.

"Di Indonesia dampak iklim bukan hanya risiko di masa depan, tetapi juga sudah terjadi saat ini. Itulah mengapa masyarakat Indonesia menunjukkan tingkat dukungan terbesar terhadap aksi iklim yang berani di antara negara-negara yang kami survei," ungkap Mena.

Menurut dia, para responden memahami apa yang dipertaruhkan, dan mampu melihat pengurangan metana sebagai prioritas utama untuk mendinginkan bumi dari pemanasan global.

Baca juga: Mikroplastik Hambat Laut Serap Karbon, Ancaman untuk Iklim

Indonesia bersama Filipina, dan Pakistan pun mewakili tuntutan terhadap langkah nyata dari pengambil kebijakan untuk menjadikan Asia sebagai pemimpin global dalam dukungan mengatasi polusi gas metana.

Direktur Eksekutif YPBB, David Sutasurya, menekankan perlunya kebijakan nasional yang menangani metana dari sampah organik. Ia mengatakan bahwa meningkatnya kesadaran publik dan dukungan pengurangan metana harus mendorong perubahan sistemik di sektor persampahan di Indonesia.

“Temuan dari laporan ini seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan diri pemerintah untuk mengimplementasikan amanat nasional yang lebih kuat. Terutama untuk pengumpulan sampah organik yang terpisah dari sumbernya dan pengolahan yang terdesentralisasi,” jelas David.

Tindakan tersebut penting dilakukan seiring dengan rencana pemerintah menutup 343 dari 550 tempat pembuangan akhir dengan sistem open dumping atau pembuangan terbuka.

Baca juga: Trump Ingin Potong Rp 1.600 T Dana Iklim, Bilang Bukan Prioritas

"Momen ini juga menjadi kesempatan untuk mengintegrasikan target pengurangan metana yang ambisius-khususnya pada sampah organik ke dalam NDC berikutnya," tutur David.

Adapun survei diselenggarakan di 17 negara antara lain Argentina, Botswana, Brasil, Kolombia, Mesir, Prancis, Jerman, Indonesia, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Oman, Pakistan, Filipina, Afrika Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, temuan survei mengungkapkan tren masyarakat internasional mendukung pengurangan emisi gas metana. Sebanyak 82 persen masyarakat di 17 negara mendukung kebijakan serta aksi untuk menangani emisi gas metana. 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Indonesia Targetkan Swasembada Garam pada 2027, NTB Jadi Kuncinya

Indonesia Targetkan Swasembada Garam pada 2027, NTB Jadi Kuncinya

Pemerintah
Metode Sederhana Ungkap, Mangrove Redam Gelombang hingga Setengahnya

Metode Sederhana Ungkap, Mangrove Redam Gelombang hingga Setengahnya

LSM/Figur
Tanoto-Gates Kerja Sama untuk Kesehatan dan Pendidikan di Asia

Tanoto-Gates Kerja Sama untuk Kesehatan dan Pendidikan di Asia

Pemerintah
Dua Orang Jadi Tersangka Kasus Serobot Lahan Hutan Pendidikan Unmul

Dua Orang Jadi Tersangka Kasus Serobot Lahan Hutan Pendidikan Unmul

Pemerintah
Kemenhut Tangani 10 Kasus Kejahatan Hutan, dari Perambahan hingga Perdagangan Satwa

Kemenhut Tangani 10 Kasus Kejahatan Hutan, dari Perambahan hingga Perdagangan Satwa

Pemerintah
AI Bisa Bikin Prakiraan Cuaca dan Iklim Indonesia Detail dan Akurat

AI Bisa Bikin Prakiraan Cuaca dan Iklim Indonesia Detail dan Akurat

Pemerintah
KLH: Perusahaan Peringkat Hitam dan Merah pada PROPER Bisa Dicabut Izin Usahanya

KLH: Perusahaan Peringkat Hitam dan Merah pada PROPER Bisa Dicabut Izin Usahanya

Pemerintah
Microsoft Kaji Dampak Lingkungan Pendinginan Pusat Data

Microsoft Kaji Dampak Lingkungan Pendinginan Pusat Data

Pemerintah
KLH Desak Perusahaan Kelola Lingkungan lewat PROPER

KLH Desak Perusahaan Kelola Lingkungan lewat PROPER

Pemerintah
Briket Kelapa Dorong Perubahan: Dapur Bersih, Beban Perempuan Ringan

Briket Kelapa Dorong Perubahan: Dapur Bersih, Beban Perempuan Ringan

LSM/Figur
Survei: 91 Persen Masyarakat Indonesia Dukung Upaya Atasi Perubahan Iklim

Survei: 91 Persen Masyarakat Indonesia Dukung Upaya Atasi Perubahan Iklim

LSM/Figur
Jadi Pusat Riset, Suaka Badak di Aceh Timur Teliti Cara Kembangbiak

Jadi Pusat Riset, Suaka Badak di Aceh Timur Teliti Cara Kembangbiak

Pemerintah
Habitat Baru Pari Manta Karang Ditemukan, Perluasan Zona Lindung Mendesak

Habitat Baru Pari Manta Karang Ditemukan, Perluasan Zona Lindung Mendesak

LSM/Figur
Kekeringan dan Gelombang Panas Bikin Tanaman Sulit Serap Karbon

Kekeringan dan Gelombang Panas Bikin Tanaman Sulit Serap Karbon

LSM/Figur
Cegah Wabah karena Iklim, Indonesia Perkuat Sistem Kesehatan dengan AI

Cegah Wabah karena Iklim, Indonesia Perkuat Sistem Kesehatan dengan AI

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau