KOMPAS.com - Organisasi lingkungan meminta Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan nasional yang lebih ambisius dalam menangani emisi gas metana dari sampah organik, seiring tingginya dukungan publik terhadap aksi iklim ini.
Direktur Eksekutif Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB), David Sutasurya, di Jakarta, Senin (5/5/2025), mengatakan, peningkatan kesadaran publik harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan perubahan sistemik sektor persampahan.
Merujuk hasil survei global terbaru dari Global Methane Hub yang menempatkan Indonesia sebagai bagian dari 17 negara koresponden, 91 persen masyarakat Indonesia menyatakan dukungan terhadap upaya mengurangi dampak perubahan iklim, termasuk 68 persen yang menyatakan sangat mendukung.
Sementara itu 89 persen mendukung target penanggulangan emisi metana, dengan 59 persen diantaranya menyatakan sangat mendukung.
“Temuan dari laporan ini seharusnya meningkatkan kepercayaan diri pemerintah untuk mengimplementasikan amanat nasional yang lebih kuat, terutama dalam pengumpulan sampah organik terpisah dari sumber dan pengolahan yang terdesentralisasi,” kata David.
Ia menambahkan, langkah tersebut sangat relevan dengan rencana pemerintah menutup 343 dari 550 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di seluruh Indonesia.
Baca juga: DLH Provinsi Jakarta Terapkan Sejumlah Cara untuk Atasi Sampah di Sungai Ciliwung
“Momen ini juga menjadi kesempatan untuk mengintegrasikan target pengurangan metana, khususnya dari sampah organik, ke dalam Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) berikutnya,” ujar dia.
Sementara itu Direktur Eksekutif Viriya ENB Suzanty Sitorus menyatakan, metana merupakan polutan sangat berbahaya yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global. “Kami mendukung penanganan gas rumah kaca, seperti metana, sebagai bagian dari upaya menuju emisi nol bersih yang adil dan berkelanjutan,” katanya.
Survei global itu mengungkap mayoritas masyarakat Indonesia mendukung target pengurangan emisi gas metana sebagai bagian dari komitmen iklim nasional.
Bahkan dalam konteks sektoral, dukungan terhadap kebijakan pengurangan emisi metana tergolong sangat tinggi. Untuk sektor energi sebesar 90 persen mendukung (52 persen sangat mendukung), sektor pengelolaan sampah 89 persen mendukung (60 persen sangat mendukung) dan sektor pertanian 88 persen mendukung (46 persen sangat mendukung).
Ia memaparkan masyarakat Indonesia dalam survei berbasis digital itu juga menilai perusahaan minyak dan gas, korporasi besar pengelola sampah, dan produsen besar produk pertanian, sebagai aktor utama penyumbang kerusakan lingkungan.
Sementara itu pemerintah pusat dan daerah, lembaga internasional, serta pelaku industri energi dinilai sebagai pihak yang memiliki kapasitas tertinggi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Baca juga: Bule Sampah Benedict Wermter: Atasi Sampah Tak Cukup dengan Aksi Bersih-bersih
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya