Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Wabah karena Iklim, Indonesia Perkuat Sistem Kesehatan dengan AI

Kompas.com, 6 Mei 2025, 07:46 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Direktur Tata Kelola Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Ten Suyanti, menegaskan bahwa ketahanan iklim sangat bergantung pada ketahanan sistem kesehatan nasional.

Pernyataan ini disampaikan dalam forum Inovasi ClimateSmart Indonesia yang digelar pada Senin (05/05/2025), sekaligus menandai peluncuran platform kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk memprediksi dan merespons penyakit akibat perubahan iklim.

Suyanti mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan bahwa sekitar 13 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti cuaca ekstrem, pencemaran air, dan polusi udara.

Baca juga: Startup Filipina Ajak Petani Pakai AI, Bukan Intuisi, agar Tak Rugi

"Perubahan cuaca yang ekstrem memperburuk penyebaran penyakit. Cuaca panas, pencemaran air, dan polusi udara memberikan dampak langsung terhadap kesehatan masyarakat," ujarnya.

Ia menyebut, penyakit seperti diare dan malaria semakin menyebar akibat krisis iklim. Karena itu, sistem kesehatan perlu menjadi garda terdepan dalam adaptasi perubahan iklim.

Mengacu pada laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Suyanti mengingatkan bahwa kelompok rentan akan merasakan dampak paling berat dari krisis ini.

Oleh karena itu, diperlukan penilaian risiko dini dan tindakan pencegahan cepat untuk mencegah wabah makin meluas.

Lebih lanjut, Suyanti menyampaikan bahwa Kemenkes telah memiliki data penyakit seperti malaria, termasuk informasi detail seperti jenis nyamuk dan resistensinya terhadap obat.

"Kami sudah memiliki data lengkap, tinggal mengolah dan mengintegrasikannya dengan faktor lingkungan untuk intervensi yang lebih cepat dan efektif," jelasnya.

Menurutnya, sistem pengelolaan data di Kemenkes sudah berjalan baik, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sebagian data ini bahkan telah dimanfaatkan untuk menilai risiko iklim dan memetakan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Namun demikian, Suyanti juga mengakui bahwa sistem yang ada masih memiliki keterbatasan. Di sinilah peran penting teknologi berbasis AI seperti platform ClimateSmart Indonesia untuk memperkuat sistem peringatan dini.

"Dengan teknologi yang menyatukan data dari berbagai sektor, kami berharap proses analisis dan deteksi dini penyakit yang sensitif terhadap iklim bisa lebih cepat, sehingga intervensi yang tepat dapat segera dilakukan," tambahnya.

Sementara itu, dalam forum yang sama, Ketua Umum KORIKA, Hammam Riza, menegaskan bahwa sektor kesehatan kini menjadi salah satu prioritas dalam Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (AI) Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa platform ClimateSmart juga dilengkapi dengan teknologi digital twin yang memungkinkan integrasi data iklim dan kesehatan secara real-time.

"Platform ini dirancang untuk memperkuat kapasitas lokal dalam memodelkan, memprediksi, dan memberikan rekomendasi terkait penanganan penyakit yang sensitif terhadap perubahan iklim," ujar Riza.

Sebagai informasi, ClimateSmart Indonesia merupakan platform AI yang dikembangkan oleh KORIKA bekerja sama dengan Universitas Kecerdasan Buatan Mohamed bin Zayed (MBZUAI) dan Institute for Health Modeling and Climate Solutions (IMACS), serta didukung oleh Kemenkes, BMKG, KLHK, dan Kementerian Kominfo.

Peluncuran platform ini menjadi tonggak penting dalam menjembatani sektor kesehatan dan iklim di Indonesia, sebagai respons atas tantangan serius dari krisis iklim global.

Baca juga: Perusahaan yang Gabungkan AI dan Keberlanjutan Raih Keuntungan Lebih Tinggi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dampak CO2 pada Pangan, Nutrisi Hilang dan Kalori Bertambah
Dampak CO2 pada Pangan, Nutrisi Hilang dan Kalori Bertambah
Swasta
Indonesia Disebut Terbelakang dalam Kebencanaan akibat Anggaran Terlalu Kecil
Indonesia Disebut Terbelakang dalam Kebencanaan akibat Anggaran Terlalu Kecil
LSM/Figur
Status Kawasan Hutan Bikin Ribuan Desa Tertinggal, Bisa Picu Konflik Agraria
Status Kawasan Hutan Bikin Ribuan Desa Tertinggal, Bisa Picu Konflik Agraria
Pemerintah
Pakar Tanyakan Alasan Indonesia Tolak Bantuan Asing untuk Korban Banjir Sumatera
Pakar Tanyakan Alasan Indonesia Tolak Bantuan Asing untuk Korban Banjir Sumatera
LSM/Figur
Peristiwa Langka, Beruang Kutub Betina Terekam Adopsi Anak Beruang Kutub Lain di Kanada
Peristiwa Langka, Beruang Kutub Betina Terekam Adopsi Anak Beruang Kutub Lain di Kanada
LSM/Figur
Menteri ATR Nusron Tahan 1,67 Juta Hektar HGU, Tawarkan 2 Skema Reforma Agraria
Menteri ATR Nusron Tahan 1,67 Juta Hektar HGU, Tawarkan 2 Skema Reforma Agraria
Pemerintah
PSN Papua, Menteri ATR Nusron Wahid Singgung Swasembada Pangan Butuh Perluasan Lahan
PSN Papua, Menteri ATR Nusron Wahid Singgung Swasembada Pangan Butuh Perluasan Lahan
Pemerintah
Hadapi Gelombang Panas Ekstrem, Spanyol Bangun Jaringan Penampungan
Hadapi Gelombang Panas Ekstrem, Spanyol Bangun Jaringan Penampungan
Pemerintah
Studi Sebut PLTB Lepas Pantai Tingkatkan Fungsi Ekologis Perairan Pesisir
Studi Sebut PLTB Lepas Pantai Tingkatkan Fungsi Ekologis Perairan Pesisir
Pemerintah
Peringatan Met Office: 2026 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas
Peringatan Met Office: 2026 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas
Pemerintah
3 Skenario ATR/BPN Selesaikan Lahan Masyarakat Diklaim Kawasan Hutan
3 Skenario ATR/BPN Selesaikan Lahan Masyarakat Diklaim Kawasan Hutan
Pemerintah
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Pemerintah
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Pemerintah
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
LSM/Figur
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau