Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

South Pole Kenalkan Metodologi Baru untuk Dukung Transisi Energi

Kompas.com, 9 Mei 2025, 16:29 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Perusahaan konsultan iklim global, South Pole, meluncurkan metodologi kredit karbon baru untuk mendorong penghentian dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara dan mempercepat peralihan ke energi terbarukan.

Metodologi inovatif ini diperkenalkan dalam konferensi Ecosperity di Singapura, sebagai bagian dari inisiatif Coal to Clean Credit Initiative (CCCI) yang mendapat dukungan dari The Rockefeller Foundation.

Dalam pengembangannya, South Pole bekerja sama dengan Climate Policy Initiative (CPI) dan Rocky Mountain Institute (RMI). Metodologi ini juga telah memperoleh persetujuan dari Verra, lembaga standar karbon internasional yang berpengaruh di pasar karbon global.

Tak hanya menghitung emisi yang dihindari, pendekatan ini menekankan prinsip transisi yang adil (just transition)—yakni memastikan bahwa proyek penghentian PLTU batubara juga mencakup pelatihan ulang tenaga kerja, penciptaan lapangan kerja baru, dan pembangunan ekonomi lokal.

Setiap proyek yang menggunakan metodologi ini wajib mengikuti standar monitoring, reporting, and verification (MRV) yang ketat demi menjamin integritas sosial dan lingkungan.

“Ini adalah cetak biru untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertanggung jawab,” kata Frédéric Gagnon-Lebrun, Direktur Senior Kebijakan & Strategi Global di South Pole, dalam pernyataannya pada Jumat (9/5/2025).

Frédéric juga menyatakan bahwa pendekatan ini membantu menyelaraskan proyek transisi energi dengan target iklim nasional, tanpa mengabaikan dampak sosial. Menurutnya, aspek sosial sama pentingnya dengan penurunan emisi.

Baca juga: Menteri LH Akui Perdagangan Karbon Masih Minim Minat

Saat ini, banyak PLTU batubara masih terikat kontrak jangka panjang yang menguntungkan, sehingga sulit dihentikan secara sukarela sebelum masa operasionalnya berakhir. Untuk itu, metodologi ini menggunakan pendekatan berbasis pasar: mengonversi emisi yang dihindari menjadi kredit karbon yang dapat diperjualbelikan.

Dengan skema ini, perusahaan mendapat insentif finansial untuk menutup PLTU lebih awal dan berinvestasi di energi bersih.

CEO Verra, Mandy Rambharos, menyebut inisiatif ini sebagai cara strategis untuk merombak sistem emisi secara menyeluruh melalui mekanisme pasar.

Salah satu proyek percontohan pertama adalah pembangkit listrik ACEN di Filipina. Pembangkit berkapasitas 246 MW ini akan dikonversi dari batubara menjadi sumber energi terbarukan yang handal dan terjangkau.

Melalui inisiatif CCCI, South Pole juga mendorong pemerintah, investor, dan pelaku pasar karbon untuk mengadopsi metodologi ini sebagai bagian dari upaya mencapai target iklim nasional (NDC) dan Perjanjian Paris, sembari memastikan transisi energi membawa manfaat nyata bagi masyarakat.

Ke depan, South Pole menargetkan agar kredit karbon dari metodologi ini bisa diakui dalam pasar karbon sukarela maupun wajib, guna meningkatkan permintaan dan mempercepat dekarbonisasi sektor energi secara global.

Metodologi ini menjadi contoh nyata bahwa transisi energi bisa dilakukan secara adil, terukur, dan berkelanjutan, dengan menggabungkan pembiayaan iklim dan keadilan sosial dalam satu kerangka kerja yang komprehensif.

Baca juga: Dongkrak Perdagangan Karbon, Indonesia Segera Kerja Sama dengan Norwegia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau