Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Regulator Perbankan Global Kompak Atasi Risiko Iklim

Kompas.com - 14/05/2025, 15:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber knowesg

KOMPAS.com - Regulator perbankan global telah sepakat untuk memberikan prioritas utama pada risiko keuangan yang terkait dengan perubahan iklim.

Ini berarti mereka memperkuat komitmen untuk mengurangi dampak finansial dari kejadian cuaca ekstrem, seperti banjir, kekeringan, dan badai, terhadap sektor perbankan dan stabilitas keuangan global.

Langkah ini diprakarsai oleh badan pengawas Komite Basel tentang Pengawasan Perbankan.

Inisiatif tersebut menunjukkan adanya kesepakatan internasional yang signifikan dalam memasukkan pertimbangan iklim ke dalam regulasi dan pengawasan keuangan di tingkat global, bahkan saat Amerika Serikat mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati.

Melansir Know ESG, Selasa (13/5/2025) pernyataan yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlements (BIS) mengungkapkan regulator mempercepat upaya memahami implikasi risiko keuangan terkait iklim setelah pertemuan para gubernur bank sentral dan kepala pengawas keuangan.

Baca juga: India Rilis Taksonomi Keuangan Iklim, Incar Investasi Rp 40.000 T

Kesepakatan global tersebut terjadi di tengah perdebatan yang lebih luas antara Eropa dan Amerika Serikat mengenai peran risiko iklim dalam kebijakan bank sentral.

Di Eropa, lembaga-lembaga seperti Bank Sentral Eropa (ECB) telah menjadikan manajemen risiko iklim sebagai prioritas utama dalam regulasi keuangannya.

Mereka secara aktif mempertimbangkan dampak perubahan iklim dalam kebijakan moneter dan pengawasan bank.

Sebaliknya, kebijakan di Amerika Serikat cenderung menjauhi mandat terkait lingkungan. Hal ini dipengaruhi oleh tekanan politik dan adanya pandangan yang bertentangan terhadap kerangka kerja Environmental, Social, and Governance (ESG), yang mencakup pertimbangan lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan keuangan.

Lebih lanjut, Komite Basel akan membuat panduan sukarela tentang bagaimana negara-negara dapat memasukkan isu iklim ke dalam aturan keuangan mereka.

Walaupun panduan ini tidak wajib, standar dari Komite Basel biasanya sangat berpengaruh dan sering diikuti oleh banyak negara dalam membuat peraturan keuangan mereka sendiri, sehingga inisiatif terkait iklim ini berpotensi memiliki dampak besar di seluruh dunia.

Para ahli menilai bahwa Komite Basel memiliki pandangan yang lebih mirip dengan regulator Eropa dan Inggris dalam hal pentingnya mengatasi risiko iklim dalam keuangan.

Sementara The Fed di AS melakukan kajian terbatas, mereka cenderung membatasi peran mereka dalam isu ini, yang menyebabkan regulator AS semakin tidak sejalan dengan upaya global dalam mengatasi risiko iklim.

Contohnya, pada bulan Januari, Federal Reserve (The Fed) menarik diri dari Network of Central Banks and Supervisors for Greening the Financial System (NGFS).

Baca juga: WWF: 11 Bank di Indonesia Mulai Adaptasi Keuangan Hijau

NGFS adalah sebuah koalisi bank sentral dan pengawas keuangan dari berbagai negara yang memiliki komitmen untuk memasukkan pertimbangan risiko iklim ke dalam sistem keuangan global. Keluarnya The Fed dari kelompok ini merupakan indikasi kuat kurangnya komitmen AS pada inisiatif global tersebut.

Kemudian, pada bulan Maret, Office of the Comptroller of the Currency (OCC), yang merupakan bagian dari Departemen Keuangan AS dan bertugas mengawasi bank-bank besar di AS, membatalkan seperangkat prinsip iklim yang sebelumnya dikembangkan bersama untuk bank-bank besar AS.

Kendati AS tidak terlalu mendukung, Komite Basel terus mendorong agar risiko iklim menjadi fokus utama dalam mengawasi bank-bank di seluruh dunia.

Hal ini menjadi semakin penting karena dampak buruk perubahan iklim semakin nyata, dan kemampuan sistem keuangan untuk bertahan mungkin akan sangat dipengaruhi oleh seberapa serius bank sentral dan regulator mempertimbangkan aspek iklim dalam kebijakan mereka, bahkan jika pemerintah mereka tidak sepenuhnya mendukung.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau