KOMPAS.com - Laporan Badan Energi Internasional (IEA) "Global EV Outlook" memaparkan bahwa kendaraan listrik (EV) sedang dalam tren yang sangat cepat untuk menguasai lebih dari 40 persen pangsa pasar mobil global pada tahun 2030.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa penjualan EV pada 2024 mencatat pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengindikasikan bahwa momentum pertumbuhan ini akan terus berlanjut.
Hal tersebut terjadi meskipun ada tekanan ekonomi makro yang sedang dihadapi oleh berbagai sektor.
"Meski ada berbagai faktor yang tidak pasti atau berpotensi menghambat, kendaraan listrik tetap berada pada jalur pertumbuhan yang kuat di tingkat global," ungkap Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA.
"Penjualan mobil listrik terus mencatatkan rekor-rekor baru. Hal ini memiliki dampak yang besar dan signifikan bagi industri otomotif internasional secara keseluruhan," tambahnya dikutip dari ESG News, Kamis (15/5/2025).
Pada tahun 2024, penjualan mobil listrik secara global melampaui angka 17 juta unit.
Baca juga: Maybank Dukung Pembangunan Pabrik Mobil EV VinFast lewat Pembiayaan Berkelanjutan
Pencapaian ini mendorong pangsa pasar EV menjadi lebih dari 20 persen dari total penjualan mobil global untuk pertama kalinya.
Tren juga menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan EV tidak melambat bahkan, pada kuartal pertama tahun 2025, penjualan melonjak sebesar 35 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (year-on-year).
Dengan tren yang kuat itu, IEA memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2025, lebih dari satu dari empat kendaraan yang terjual di seluruh dunia akan menjadi kendaraan listrik.
China menjadi pemimpin utama dalam adopsi EV secara global.
Pada tahun 2024, hampir separuh dari semua mobil yang terjual di China adalah kendaraan listrik.
China juga berhasil menjual lebih dari 11 juta mobil listrik pada tahun 2024. Angka ini sangat signifikan karena jumlahnya setara dengan total penjualan mobil listrik di seluruh dunia hanya dua tahun sebelumnya.
Selain penjualan domestik yang tinggi, China juga berhasil mengekspor sebanyak 1.25 juta kendaraan listrik pada tahun 2024.
Sebagian besar ekspor mobil listrik dari China ditujukan ke negara-negara berkembang di mana harga kendaraan listrik buatan China menjadi lebih terjangkau bagi konsumen di sana.
Negara-negara berkembang di Asia dan Amerika Latin menjadi pusat pertumbuhan yang cepat untuk penjualan kendaraan listrik.
Baca juga: CATL Luncurkan Baterai EV Baru, 5 Menit Charge buat Jarak 482 km
Gabungan penjualan kendaraan listrik di negara-negara berkembang Asia dan Amerika Latin meningkat lebih dari 60 persen pada tahun sebelumnya (2024).
Sementara pasar Amerika Serikat mengalami pertumbuhan penjualan kendaraan listrik sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan saat ini penjualan kendaraan listrik di AS menyumbang lebih dari 10 persen dari total penjualan mobil di negara tersebut.
Di Eropa, pangsa pasar kendaraan listrik tetap stabil di angka 20 persen.
Stagnasi pangsa pasar di Eropa kemungkinan disebabkan oleh pengurangan atau penghentian program subsidi pemerintah untuk pembelian kendaraan listrik.
Keterjangkauan harga menjadi faktor utama yang mendorong adopsi EV.
“Pada akhir dekade ini, diperkirakan dua dari lima mobil terjual secara global karena EV menjadi semakin terjangkau,” kata Birol.
Secara global, harga kendaraan listrik baterai mengalami penurunan pada tahun 2024.
Penurunan ini disebabkan oleh dua faktor utama yakni persaingan yang semakin ketat antar produsen mobil listrik dan penurunan biaya produksi baterai, yang merupakan komponen termahal dalam kendaraan listrik.
Di China, dua pertiga dari kendaraan listrik yang terjual pada tahun 2024 memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin, bahkan tanpa adanya insentif dari pemerintah.
Baca juga: Indonesia Bisa Ciptakan 2 Juta Green Jobs jika Jadi Hub Produksi EV
Namun situasinya berbeda di berbagai pasar.
Di Amerika Serikat, harga kendaraan listrik baterai masih sekitar 30 persen lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan dengan mesin pembakaran internal
Di Jerman, perbedaan harga antara kendaraan listrik baterai dan mobil bensin adalah sekitar 20 persen.
Akan tetapi biaya operasional EV jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan mobil tradisional yang berbahan bakar bensin.
Pertumbuhan pesat pasar EV sendiri akan membawa tantangan baru terkait dengan rantai pasokan dan persaingan industri.
IEA menyadari pentingnya isu tersebut dan sedang mempersiapkan laporan khusus untuk memberikan panduan dan analisis bagi industri otomotif dalam menghadapi perubahan ini.
Sedangkan para pemimpin industri pun perlu aktif memantau perkembangan tersebut agar dapat mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan bisnis mereka, baik dalam hal investasi, strategi produk, maupun adaptasi terhadap perubahan pasar.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya