Meskipun peningkatan rata-rata angka kematian bayi di semua negara ini adalah 11 persen, dampak badai sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Di Bangladesh, Haiti, dan Republik Dominika, siklon diikuti oleh peningkatan lebih dari 10 kematian per 1.000 kelahiran.
Sebaliknya, sedikit atau tidak ada peningkatan angka kematian yang diamati di India, Filipina, Kamboja, dan Madagaskar.
Perbedaan tersebut mungkin mencerminkan berbagai tingkat kesiapsiagaan bencana, kerentanan geografis, atau kondisi kesehatan masyarakat yang mendasarinya.
"Beberapa negara mungkin terbantu oleh pegunungan sementara yang lain memiliki daerah yang lebih rawan banjir," kata Wagner.
"Beberapa negara memiliki sistem yang lebih baik untuk upaya evakuasi, atau mereka mungkin memiliki rumah yang lebih kokoh sementara yang lain mengandalkan atap jerami. Dan di beberapa tempat, anak-anak mungkin sudah kekurangan gizi atau kesehatannya buruk akibat malaria dan penyakit lainnya, yang meningkatkan kerentanan," paparnya lagi.
Memahami alasan di balik perbedaan tersebut akan menjadi fokus utama penelitian di masa mendatang.
"Jika kita ingin melindungi anak-anak dari ancaman bencana terkait iklim yang semakin meningkat, kita perlu memahami bukan hanya di mana risikonya paling besar, tetapi juga mengapa," tambah Wagner.
Baca juga: Gelombang Panas Lautan Meningkat, Badai Makin Sering, Paus Mudah Terdampar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya