KOMPAS.com - Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Science Advances mengungkap bahwa siklon tropis terkait dengan peningkatan tajam angka kematian bayi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah selama dua dekade pertama abad ini.
Temuan ini pun menunjukkan perlunya respons bencana yang lebih kuat dan perlindungan kesehatan anak di daerah-daerah rentan.
Hal tersebut menjadi semakin penting dilakukan mengingat perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan keparahan badai-badai ini.
Menurut studi, bayi-bayi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki kemungkinan meninggal yang jauh lebih tinggi jika mereka terpapar siklon tropis, baik saat masih di dalam kandungan maupun selama tahun pertama kehidupan mereka.
Peningkatan ini tidak main-main, rata-rata naik 11 persen atau setara dengan 4,4 kematian tambahan per 1.000 kelahiran hidup.
Namun, risiko tersebut menurut peneliti tampaknya tidak berlanjut setelah dua tahun badai tersebut terjadi.
Menariknya, peningkatan angka kematian bayi yang ditemukan dalam penelitian ini tidak disebabkan oleh dua faktor yang biasanya dianggap sebagai penyebab utama masalah kesehatan setelah bencana alam, yaitu berkurangnya akses ke perawatan prenatal atau memburuknya gizi.
Baca juga: Anak Muda Butuh Ruang Hijau, Mampukah Kota Masa Depan Menjawabnya?
Para peneliti menyimpulkan bahwa pasti ada faktor-faktor lain yang berperan dalam peningkatan kematian bayi tersebut.
"Fakta bahwa penggunaan layanan kesehatan dan kekurangan gizi tidak terpengaruh oleh paparan siklon tropis menunjukkan bahwa dampak kematian didorong oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat kami pelajari secara langsung," kata penulis utama Zachary Wagner, profesor madya ekonomi di USC Dornsife College of Letters, Arts and Sciences.
"Kami perlu memiliki lebih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk mengungkap pendorong utama ini," katanya dikutip dari Medicalxpress, Sabtu (24/5/2025).
Tim peneliti juga menemukan bahwa peningkatan kematian tidak hanya terjadi setelah badai dahsyat tetapi juga badai tropis dengan intensitas yang lebih rendah dan jauh lebih umum.
Hal ini membuat lebih sulit untuk mendeteksi hubungan yang jelas antara badai dan kematian bayi.
Namun, ini tidak berarti dampak dari badai yang lebih besar tidak ada. Saat planet memanas, kita menghadapi lebih banyak tragedi di seluruh dunia jika tidak ada tindakan yang diambil untuk melindungi anak-anak di negara-negara miskin.
Dampak Bervariasi
Dalam studi ini, peneliti menganalisis hampir 1,7 juta catatan anak dari tujuh negara yang kurang beruntung secara ekonomi: Madagaskar, India, Bangladesh, Kamboja, Filipina, Republik Dominika, dan Haiti.
Baca juga: Paparan Polusi Udara saat Anak-Anak Berdampak Hingga Usia Remaja
Meskipun peningkatan rata-rata angka kematian bayi di semua negara ini adalah 11 persen, dampak badai sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Di Bangladesh, Haiti, dan Republik Dominika, siklon diikuti oleh peningkatan lebih dari 10 kematian per 1.000 kelahiran.
Sebaliknya, sedikit atau tidak ada peningkatan angka kematian yang diamati di India, Filipina, Kamboja, dan Madagaskar.
Perbedaan tersebut mungkin mencerminkan berbagai tingkat kesiapsiagaan bencana, kerentanan geografis, atau kondisi kesehatan masyarakat yang mendasarinya.
"Beberapa negara mungkin terbantu oleh pegunungan sementara yang lain memiliki daerah yang lebih rawan banjir," kata Wagner.
"Beberapa negara memiliki sistem yang lebih baik untuk upaya evakuasi, atau mereka mungkin memiliki rumah yang lebih kokoh sementara yang lain mengandalkan atap jerami. Dan di beberapa tempat, anak-anak mungkin sudah kekurangan gizi atau kesehatannya buruk akibat malaria dan penyakit lainnya, yang meningkatkan kerentanan," paparnya lagi.
Memahami alasan di balik perbedaan tersebut akan menjadi fokus utama penelitian di masa mendatang.
"Jika kita ingin melindungi anak-anak dari ancaman bencana terkait iklim yang semakin meningkat, kita perlu memahami bukan hanya di mana risikonya paling besar, tetapi juga mengapa," tambah Wagner.
Baca juga: Gelombang Panas Lautan Meningkat, Badai Makin Sering, Paus Mudah Terdampar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya