JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian kehutanan mencatat sebanyak 192.582 jiwa masyarakat di sekitar kawasan hutan merasakan manfaat dari program Perhutanan Sosial.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Mahfudz mengatakan sebanyak 82 persen dari total masyarakat yang merasakan manfaat dari pencapaian yang dibalut dalam Program Strengthening of Social Forestry (SSF) in Indonesia itu, adalah perempuan.
“Program ini penting karena akan mendorong salah satu Astacita, yaitu ketahanan pangan, energi, dan air,” kata Mahfudz sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (24/6/2025).
Baca juga: Menhut: Ada 7 Hektare Lahan Perhutanan Sosial untuk Petani
Proyek SSF merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial (Ditjen PS) Kemenhut dengan Global Environment Facility (GEF) melalui The World Bank.
Program ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian target nasional Perhutanan Sosial dengan meningkatkan hak akses masyarakat terhadap kawasan hutan di areal prioritas pengembangan perhutanan sosial (Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial atau PIAPS).
Meski perjalanan SSF diwarnai berbagai tantangan di lapangan, Mahfudz menilai hasil nyata yang dapat dirasakan masyarakat menjadi bukti penting efektivitas program ini.
“Saya kira dalam perjalanannya SSF juga menghadapi tantangan yang luar biasa. Persoalan-persoalan di daerah, keadaan-keadaan kelompok masyarakat, tentu menjadi usaha-usaha yang terus dilakukan oleh SSF, sehingga pada hari ini kita bisa melihat apa yang sudah dihasilkan kelompok-kelompok ini,” ujar dia.
Dalam SSF yang diadakan di lingkungan Kemenhut ini, terdapat pula pameran hasil karya kelompok-kelompok usaha dari enam kabupaten/kota lokasi proyek, yakni Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumatera Barat), Kabupaten Lampung Selatan (Lampung).
Baca juga: Transaksi Ekonomi Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Capai Rp 1,13 Triliun
Kemudian Kota Bima (Nusa Tenggara Barat), Kabupaten Bima (Nusa Tenggara Barat), Kabupaten Dompu (Nusa Tenggara Barat), dan Kabupaten Halmahera Barat (Maluku Utara).
Pameran menampilkan berbagai produk unggulan, seperti aneka kerajinan tangan khas daerah, kopi, sambal, keripik, dan produk-produk lokal lainnya.
“Harapannya dari program ini bisa memberikan pembelajaran kepada kelompok-kelompok lain,” kata Mahfudz.
Pameran keberhasilan SSF ini berlangsung selama dua hari, yaitu pada 23-24 Juni 2025, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam memperkuat Perhutanan Sosial yang inklusif dan berkelanjutan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya