Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhut: Ada 7 Hektare Lahan Perhutanan Sosial untuk Petani

Kompas.com - 17/03/2025, 12:56 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni, menyebutkan bahwa terdapat 7 hektare lahan Perhutanan Sosial yang bisa digarap oleh petani.

Program tersebut sejalan dengan arahan presiden terkait ketahanan pangan nasional dengan memanfaatkan potensi hutan.

"Saat ini, masih ada sekitar 7 juta hektare lahan yang dapat diakses oleh petani, di samping 8 juta hektare yang sudah dimanfaatkan sebelumnya," ungkap Raja Juli dalam keterangannya, Senin (17/3/2025).

Dia menjelaskan, Perhutanan Sosial memberikan akses pemanfaatan lahan bagi petani untuk menanam berbagai komoditas pangan seperti sorgum, sagu, serta jagung.

Program Perhutanan Sosial sendiri bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satu contohnya ialah penanaman sorgum oleh kelompok petani hutan PKTHMTB di Karawang, Jawa Barat.

Sorgum telah dianggap sebagai tanaman dengan banyak manfaat yang bisa mendukung ketahanan pangan Indonesia.

"Tanaman ini dapat menjadi substitusi beras, pakan ternak, bahan baku bioetanol, hingga gula," ucap Raja Juli.

"Keunggulan lainnya, satu kali tanam sorgum dapat menghasilkan tiga kali panen, berbeda dengan jagung yang hanya satu kali panen per siklus tanam," imbuh dia.

Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Fadli Zon, berpandangan selain diversifikasi pangan, Perhutanan Sosial juga membuka peluang hilirisasi produk pertanian hingga sektor kuliner dan industri lainnya.

Baca juga: Pertamina Gelar 337 Penanaman Pohon, Dukung Gerakan Perhutanan Sosial 

"Dengan potensi lahan yang luas, kita dapat mengembangkan berbagai jenis tanaman yang mendukung ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor,” tutur Fadli.

Lahan untuk Padi Gogo

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengidentifikasi 1,1 juta hektare lahan yang dapat ditanami padi varietas gogo secara agroforestri.

"Selama ini ada potensi kehutanan yang belum dimaksimalkan fungsinya. Oleh karena itu saya diminta presiden untuk memaksimalkan fungsi hutan," kata Raja Juli, Kamis (6/2/2025).

Dia menyampaikan, sistem agroforestri memungkinkan pemanfaatan lahan yang terdegradasi dengan menanam pohon hutan bersama tanaman pangan seperti padi gogo dan jagung.

Langkah tersebut untuk mengembalikan fungsi ekologis lahan dan meningkatkan produksi pangan. Raja Juli pun memastikan bahwa pemerintah tidak akan membuka hutan.

“Tetapi justru merevitalisasi dan mereboisasi hutan yang memang sudah terdegradasi baik karena faktor alam, kebakaran hutan, dan illegal logging sehingga sudah menjadi hamparan yang terbuka," sebut Raja Juli.

Ia menuturkan, pendekatan agroforestri pangan akan diperkuat melalui program perhutanan sosial yang menjadi kebijakan nasional. Perhutanan sosial dimaksudkan mendorong masyarakat di sekitarnya mengelola hutan secara berkelanjutan.

Adapun akses pengelolaan perhutanan sosial diproyeksikan mencapai 8,3 juta hektare. Melalui program ini, Kemenhut mencadangkan 1,9 juta hektare untuk pengembangan agroforestri pangan dengan melibatkan lebih dari 1,4 juta kepala keluarga.

Baca juga: Luas Perhutanan Sosial Indonesia Bisa Ditingkatkan Jadi 15 Juta Hektar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Ahli IPB Beberkan Alasan PSN di Pulau Rempang Harus Dievaluasi

Pemerintah
2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

2 Anak Harimau Sumatera lahir di Sanctuary Barumun, Dinamai Nunuk dan Ninik

Pemerintah
Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Dukung SDG's, Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan “Spirit of Sustainability”

Swasta
IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

IPB Soroti Bias Gender di Sektor Pertanian: Perempuan Tani Masih Terpinggirkan

Swasta
Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Perubahan Iklim, Salju Akan Makin Langka pada Akhir Abad Ini

Pemerintah
Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

Kunci Indonesia Bersih dari Sampah: Warga yang Tidak Malas

LSM/Figur
Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki

Pemerintah
BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

BRIN-Denmark Kembangkan Reaktor Nuklir Model Terbaru

Pemerintah
Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Picu Banjir hingga Badai Tropis

Pemerintah
Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

Punya Banyak Manfaat, Kota Harus Utamakan Infrastruktur Hijau

LSM/Figur
Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Inisiatif China yang Wajib Ditiru, Bangkitkan Listrik Hijau lewat Restorasi Ekosistem

Pemerintah
KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

KLH Susun Rencana Adaptasi Nasional Atasi Dampak Krisis Iklim

Pemerintah
Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

Mau Atasi Sampah, Perlu Ubah Dulu Pola Pikir Anak Sekolah

LSM/Figur
Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Inggris Coba Tangkap Karbon dari Laut, Makan Duit Rp 438 Triliun

Pemerintah
Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Jual-Beli Cula Badak dan Taring Harimau, WN China Terancam 10 Tahun Penjara

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau