JAKARTA, KOMPAS.com — Ketergantungan pada pupuk dan pestisida sintetis dalam pertanian selama ini menjadi tantangan bagi keberlanjutan lingkungan.
Dosen Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Joko, mengungkapkan bahwa bakteri tanaman dapat menjadi pendekatan alternatif yang mendukung pertanian berkelanjutan.
“Bakteri yang terintegrasi dengan teknik pengelolaan penyakit dapat menjadi pendekatan pertanian berkelanjutan yang dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sintetis,” ujar Tri sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (3/7/2025).
Meski bakteri patogen telah menyebabkan kehilangan hasil produk pertanian karena penyakit tumbuhan dengan estimasi kerugian ekonomi global mencapai 49,6 miliar dolar AS per tahun, Tri menegaskan bahwa tidak semua bakteri bersifat merugikan.
Justru, bakteri juga memegang peran penting dalam menjaga kesehatan tanaman.
Ia menyebut bahwa beberapa jenis bakteri seperti Bacillus, Streptomyces, dan Pseudomonas telah lama dikenal dan diteliti sebagai agens hayati pengendali hama (APH) yang mampu mengatasi penyakit penting pada tumbuhan.
Baca juga: IPB Temukan Parasitoid Baru, Basmi Hama Padi dan Ubah Cara Pandang soal Alang-alang
“Bakteri sudah banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga hama maupun nematoda parasit tumbuhan,” katanya.
Pemanfaatan bakteri sebagai musuh alami dianggap sebagai salah satu pendekatan pengendalian hayati yang menjanjikan, terutama karena lebih ramah lingkungan dibanding bahan kimia sintetis.
Strategi ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan.
Tri juga menyinggung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bakteri APH tidak hanya berperan langsung mengatasi hama, tetapi juga mendukung kesehatan tanaman melalui mekanisme pensinyalan biokimia.
Interaksi antara tanaman dan bakteri di zona rizosfer atau lapisan tanah yang tipis di sekitar akar tanaman disebut menentukan produktivitas tanaman dan kesuburan tanah.
“Selain itu, bakteri juga dapat meningkatkan pertumbuhan secara langsung melalui berbagai mekanisme dengan menyediakan faktor pertumbuhan,” jelasnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa penggunaan dan introduksi bakteri sebagai plant growth promoting bacteria (PGPB) dan APH hanya akan berhasil jika pengelolaannya dipahami dengan benar.
Baca juga: BRIN Kembangkan Finebubble, Tingkatkan Produktivitas Pertanian dan Peternakan
Interaksi jangka panjang antara tanaman dan bakteri telah mengalami evolusi yang mendukung keseimbangan keduanya, sehingga manfaatnya bisa berkelanjutan.
Pendekatan ini dinilai dapat menjadi langkah nyata dalam menciptakan pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya