Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Ungkap Potensi Bakteri Jadi Pengganti Pupuk dan Pestisida

Kompas.com, 3 Juli 2025, 15:08 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketergantungan pada pupuk dan pestisida sintetis dalam pertanian selama ini menjadi tantangan bagi keberlanjutan lingkungan.

Dosen Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Joko, mengungkapkan bahwa bakteri tanaman dapat menjadi pendekatan alternatif yang mendukung pertanian berkelanjutan.

“Bakteri yang terintegrasi dengan teknik pengelolaan penyakit dapat menjadi pendekatan pertanian berkelanjutan yang dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sintetis,” ujar Tri sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (3/7/2025).

Meski bakteri patogen telah menyebabkan kehilangan hasil produk pertanian karena penyakit tumbuhan dengan estimasi kerugian ekonomi global mencapai 49,6 miliar dolar AS per tahun, Tri menegaskan bahwa tidak semua bakteri bersifat merugikan.

Justru, bakteri juga memegang peran penting dalam menjaga kesehatan tanaman.

Ia menyebut bahwa beberapa jenis bakteri seperti Bacillus, Streptomyces, dan Pseudomonas telah lama dikenal dan diteliti sebagai agens hayati pengendali hama (APH) yang mampu mengatasi penyakit penting pada tumbuhan.

Baca juga: IPB Temukan Parasitoid Baru, Basmi Hama Padi dan Ubah Cara Pandang soal Alang-alang

“Bakteri sudah banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga hama maupun nematoda parasit tumbuhan,” katanya.

Pemanfaatan bakteri sebagai musuh alami dianggap sebagai salah satu pendekatan pengendalian hayati yang menjanjikan, terutama karena lebih ramah lingkungan dibanding bahan kimia sintetis.

Strategi ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan.

Tri juga menyinggung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bakteri APH tidak hanya berperan langsung mengatasi hama, tetapi juga mendukung kesehatan tanaman melalui mekanisme pensinyalan biokimia.

Interaksi antara tanaman dan bakteri di zona rizosfer atau lapisan tanah yang tipis di sekitar akar tanaman disebut menentukan produktivitas tanaman dan kesuburan tanah.

“Selain itu, bakteri juga dapat meningkatkan pertumbuhan secara langsung melalui berbagai mekanisme dengan menyediakan faktor pertumbuhan,” jelasnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa penggunaan dan introduksi bakteri sebagai plant growth promoting bacteria (PGPB) dan APH hanya akan berhasil jika pengelolaannya dipahami dengan benar.

Baca juga: BRIN Kembangkan Finebubble, Tingkatkan Produktivitas Pertanian dan Peternakan

Interaksi jangka panjang antara tanaman dan bakteri telah mengalami evolusi yang mendukung keseimbangan keduanya, sehingga manfaatnya bisa berkelanjutan.

Pendekatan ini dinilai dapat menjadi langkah nyata dalam menciptakan pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau