KOMPAS.com - Startup yang bergerak di sektor keanekaragaman hayati menarik investor yang lebih luas namun sayangnya hanya mengumpulkan sedikit modal.
Hal tersebut terungkap dari sebuah analisis baru yang menggunakan pembelajaran mesin untuk menyaring basis data modal ventura.
Sebagai informasi startup keanekaragaman hayati merupakan perusahaan rintisan yang berupaya menyelesaikan masalah lingkungan dan spesifik terkait alam, seperti misalnya lenyapnya terumbu karang atau penyerbuk alami.
Studi berjudul "Biodiversity Entrepreneurship," yang diterbitkan di Review of Finance, juga menemukan bahwa startup keanekaragaman hayati yang memiliki akun di X mengumpulkan dana yang jauh lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki akun X.
“Startup keanekaragaman hayati bertujuan untuk mempertahankan alam, alih-alih mengubahnya,” kata Andrew Karolyi, Dekan Charles Field Knight dari Cornell SC Johnson College of Business dan penulis korespondensi studi ini.
Baca juga: Inisiatif Global, ISO Rilis Standar Baru tentang Keanekaragaman Hayati
“Meskipun memiliki kepentingan ekologis, mereka kesulitan menarik tingkat pendanaan yang sama dengan rekan-rekan mereka yang berfokus pada iklim. Studi kami menemukan bahwa startup keanekaragaman hayati membutuhkan model pendanaan hibrida agar berhasil, serta dukungan kuat dari investor berdampak dan sektor publik,” terang Karolyi, dikutip dari Phys, Selasa (4/11/2025)
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis 630 startup yang terkait dengan keanekaragaman hayati, mengategorikannya menjadi lima area fokus ekologis yakni laut, hutan, pertanian, hewan, dan multifungsi.
Setiap startup kemudian dicocokkan dengan startup generik serupa yang digunakan sebagai pembanding berdasarkan industri, lokasi, usia, dan ukuran, yang memungkinkan peneliti untuk menganalisis perbedaan dalam pendanaan, jenis investor, dan penggunaan media sosial.
Dibandingkan dengan startup generik, startup keanekaragaman hayati mengumpulkan dana yang jauh lebih sedikit.
Rata-rata ukuran kesepakatan hanyalah 3,2 juta dolar AS, kurang dari setengah dari 6,6 juta dolar AS yang dikumpulkan oleh perusahaan serupa di sektor lain.
Namun, studi tersebut menemukan bahwa startup ini menarik campuran investor yang lebih luas.
Startup keanekaragaman hayati lebih mungkin menerima dukungan dari "investor nilai", seperti dana berdampak dan lembaga publik. Para investor ini memprioritaskan hasil lingkungan dan sosial di samping pengembalian finansial.
Para peneliti menemukan bahwa startup multifungsi menerima pendanaan paling banyak, diikuti oleh startup yang berfokus pada hutan.
Saat ini, lebih dari separuh startup berfokus pada konsultasi, edukasi, dan kampanye kesadaran, sementara sisanya terlibat langsung dalam hasil yang positif bagi alam, seperti restorasi terumbu karang atau upaya pembangunan kembali kehutanan.
Lebih lanjut, dampak signifikan dari X adalah salah satu temuan studi yang paling mengejutkan. Sekitar 38 persen dari perusahaan rintisan memiliki akun X aktif, mengumpulkan pendanaan yang jauh lebih besar.
Baca juga: Investor Global Ultimatum, Stop Deforestasi Sebelum 2030, atau Modal Hijau Terhenti
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya