Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan

Kompas.com, 14 Juli 2025, 11:31 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Produktivitas rendah, kualitas daging yang belum optimal, serta tingginya emisi lingkungan masih jadi tantangan dalam peternakan ruminansia di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami defisit suplai daging sapi dan kerbau selama lima tahun terakhir.

Defisit ini bahkan mencapai 263,42 ribu ton pada 2024, yang mendorong pemerintah terus melakukan impor.

Baca juga: BRIN Kembangkan Finebubble, Tingkatkan Produktivitas Pertanian dan Peternakan

Potensi kambing dan domba yang populasinya tergolong tinggi belum dimanfaatkan optimal sebagai penyuplai utama daging nasional.

Pertumbuhan sapi lokal masih rendah, yakni hanya 0,4–0,8 kg per ekor per hari, terutama akibat penggunaan pakan berbasis limbah berserat tinggi.

Sebagai pembanding, sapi impor seperti Brahman Cross dapat mencapai pertambahan bobot 1,2 kg per hari.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Sri Suharti mengusulkan 3 strategi: integrasi rekayasa nutrisi, efisiensi produksi, dan pengurangan emisi.

Dikutip dari keterangan resmi IPB, Senin (14/7/2025), strategi pertama ialah mengembangkan isolat mikroba dari hewan pemakan tumbuhan asli Indonesia serta ternak lokal seperti sapi Madura dan kerbau.

Mikroba dinilai bisa membantu hewan mencerna serat dari pakan yang berasal dari limbah pertanian.

Salah satu contohnya adalah bakteri Enterococcus faecium yang diisolasi dari feses herbivora.

Saat diuji secara in vitro (di luar tubuh hewan, dalam kondisi laboratorium), bakteri ini terbukti mampu meningkatkan populasi bakteri rumen (bakteri baik untuk pencernaan), memperbaiki kecernaan bahan kering, serta meningkatkan produksi volatile fatty acid (VFA), yaitu asam lemak rantai pendek yang menjadi sumber energi utama bagi hewan ruminansia.

Saat diberikan sebagai probiotik pada sapi Madura, hasilnya bisa menambah berat badan harian sapi hingga 49 persen, dari 0,43 menjadi 0,64 kilogram per hari.

Sri mengatakan, agar probiotik ini bisa disimpan lebih lama, digunakan teknik pengkapsulan. Dengan cara ini, mikroba tetap hidup selama 28 hari di suhu ruang, sekaligus membantu mencerna protein dan menghasilkan asam lemak lebih efisien.

Kedua, memanfaatkan aditif fitogenik, yaitu zat tambahan dari tumbuhan alami yang mendukung kesehatan dan produktivitas ternak.

Sri mengatakan, tanaman seperti lerak, kelor, dan lamtoro mengandung senyawa aktif seperti saponin dan tanin yang dapat menekan emisi metan yang dihasilkan ternak.

Baca juga: Peternakan Sumbang Emisi Terbesar Sektor Pangan

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau