Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusat Data Rentan Bencana Iklim, Kerugian Bisa Capai Miliaran Dolar

Kompas.com, 12 Juli 2025, 20:06 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Penelitian baru menunjukkan bahwa akibat perubahan iklim, pusat data akan lebih sering terkena dampak cuaca ekstrem, yang berisiko menyebabkan kerugian hingga miliaran dolar, kenaikan biaya asuransi, dan lebih banyak gangguan pada operasional mereka.

Itu merupakan kesimpulan dari laporan baru dari perusahaan analisis dan data risiko iklim XDI Systems yang melakukan penilaian global terperinci tentang bagaimana perubahan iklim dan cuaca ekstrem mengancam infrastruktur fisik pusat data di seluruh dunia.

Mengutip Edie, Sabtu (12/7/2025) laporan ini menganalisis hampir 9.000 pusat data di seluruh dunia untuk melihat seberapa rentan mereka terhadap delapan ancaman iklim, termasuk banjir, badai, dan genangan air.

Baca juga: Bagaimana Membangun Pusat Data Berkelanjutan? Pelajaran dari Malaysia

Laporan tersebut menunjukkan bahwa pusat data di kota-kota besar seperti Tokyo, Shanghai, dan Bangkok akan menjadi yang paling rentan terhadap risiko iklim pada tahun 2050.

Di lokasi-lokasi tersebut, 20 persen hingga 64 persen fasilitasnya diperkirakan akan menghadapi risiko kerusakan fisik yang tinggi.

Meskipun Asia-Pasifik merupakan wilayah yang paling cepat membangun pusat data, wilayah ini juga yang paling terancam.

Lebih dari 10 persen pusat data di sana sudah berisiko tinggi saat ini, dan angka itu diperkirakan akan naik menjadi lebih dari 12,5 persen pada tahun 2050.

Laporan itu memperingatkan bahwa jika tidak ada investasi besar untuk mengurangi emisi dan membuat pusat data lebih tahan bencana, biaya asuransi mereka bisa melonjak hingga 3-4 kali lipat pada tahun 2050.

"Pusat data adalah mesin diam ekonomi global. Namun, seiring dengan meningkatnya frekuensi dan parahnya peristiwa cuaca ekstrem, struktur fisik yang menopang dunia digital kita semakin rentan," kata Pendiri XDI, Dr. Karl Mallon.

“Ketika begitu banyak hal bergantung pada infrastruktur penting ini, operator, investor, dan pemerintah tidak boleh lengah,” katanya lagi.

Baca juga: Tren AI Global Gandakan Permintaan Listrik Pusat Data pada 2030

Laporan juga menekankan bahwa membuat bangunan pusat data lebih tahan bencana saja tidak cukup.

Alasannya, pusat data sangat bergantung pada infrastruktur di sekitarnya, seperti jalan, listrik, dan jaringan komunikasi, yang semuanya juga rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Sehingga tanpa pengurangan emisi global yang signifikan dan berkelanjutan, bahkan fasilitas yang paling tangguh sekalipun dapat tetap rentan terhadap gangguan dan kerugian.

Laporan ini menyimpulkan bahwa adaptasi dan dekarbonisasi sangat penting untuk melindungi infrastruktur digital yang mendukung perekonomian di seluruh dunia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau