Pada era 2030-an, risiko yang diantisipasi adalah munculnya pandemi baru. Lebih jauh lagi, pada 2040-an, risiko yang dicatat berkaitan dengan peristiwa berbasis antariksa.
Baca juga: Di Balik Tarif Trump 19 Persen: Ketika Dagang Tak Lagi Imbang
Ketiga, risiko lingkungan kini menjadi prioritas utama di berbagai kawasan. Hasil survei menunjukkan bahwa lima dari sepuluh risiko paling penting berkaitan dengan isu-isu lingkungan.
Sebagai contoh di Asia Timur dan Asia Tenggara, beberapa jenis risiko yang bercokol di tempat paling atas adalah tidak adanya aksi untuk mengatasi perubahan iklim, penurunan keanekaragama hayati, risiko bencana alam, dan kelangkaan sumber daya alam.
Keempat, kerja sama antarpemerintah dinilai sebagai cara paling efektif untuk memitigasi risiko global.
Selain itu, kolaborasi lintas negara juga dapat mengatasi hambatan seperti lemahnya tata kelola dan kurangnya komitmen sebagian negara dalam memprioritaskan isu-isu global.
Risiko tensi geopolitik merupakan jenis risiko yang saling terhubung dengan berbagai risiko lainnya.
Artinya, ketegangan geopolitik dapat memicu munculnya risiko-risiko lain, seperti terganggunya rantai pasok global (global supply chain), penggunaan senjata pemusnah massal, terjadinya perang berskala besar, hingga menurunnya peran institusi multilateral.
Kelima, terdapat beberapa skenario masa depan menggambarkan bagaimana tindakan kolektif dalam menghadapi kerentanan global dapat berujung pada kehancuran, atau justru membuka jalan bagi berbagai terobosan.
Empat skenario yang dibahas di laporan tersebut adalah skenario kehancuran (breakdown scenario), skenario status quo, skenario kemajuan (progress scenario), dan skenario terobosan (breakthrough scenario).
Pertanyaan selanjutnya, apa yang harus dilakukan di Indonesia? Risiko di masa depan harus dipersiapkan. Jika tidak, maka kita akan mendapatkan dampak negatif dari risiko-risiko tersebut.
Sebagai contoh, serangan siber terhadap data pemerintah dan sektor perbankan menunjukkan tingginya kerentanan sistem keamanan digital Indonesia.
Masih segar dalam ingatan ketika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendapat sorotan tajam akibat kebocoran data nasional pada 2024.
Insiden ini mengguncang kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah dalam melindungi data pribadi masyarakat, serta berdampak langsung pada terganggunya sejumlah layanan publik.
Baca juga: Negara Oplosan
Contoh lainnya adalah pandemi COVID-19, yang menjadi bukti nyata kurangnya kesiapan sistem kesehatan nasional dalam menghadapi krisis global.
Tingginya angka kematian, baik pada penduduk usia produktif maupun non-produktif, memberikan pelajaran berharga bagi sistem kesehatan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya