KOMPAS.com - Science Based Targets initiative (SBTi), organisasi yang menyelaraskan tindakan keberlanjutan perusahaan dengan tujuan iklim global, baru saja merilis Standar Net-Zero untuk Institusi Keuangan (FINZ).
Standar ini dirancang agar bank dan investor bisa menetapkan target net zero untuk semua aktivitas keuangan mereka, seperti pinjaman, investasi, dan asuransi.
Untuk memenuhi standar baru ini, lembaga keuangan wajib punya kebijakan transparan soal bahan bakar fosil.
Artinya mereka harus segera berhenti membiayai proyek bahan bakar fosil baru, dan paling lambat tahun 2030, menghentikan pendanaan bagi perusahaan minyak dan gas yang berencana memperluas operasi bahan bakar fosil mereka.
Melansir ESG Today, Selasa (22/7/2025) didirikan tahun 2015, SBTi bertujuan menjadikan penetapan target lingkungan berbasis sains sebagai standar perusahaan. Mereka membantu perusahaan menetapkan dan memvalidasi target pengurangan emisi net-zero sesuai ilmu iklim.
Setelah merilis Standar Net-Zero Korporat pertama di 2021, kini mereka sedang menyiapkan versi terbarunya (V2).
Baca juga: Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Standar FINZ yang baru ini melengkapi standar SBTi yang sudah ada. Jika standar korporat sebelumnya fokus pada emisi langsung dan tidak langsung perusahaan, standar FINZ ini khusus mengatur aktivitas keuangan seperti pinjaman, investasi, dan asuransi, membantu bank dan investor mencapai target net-zero mereka.
Standar baru ini mewajibkan lembaga keuangan untuk berkomitmen net-zero paling lambat 2050.
Lembaga keuangan harus mengidentifikasi semua aktivitas keuangan utama yang menyumbang lebih dari 5 persen pendapatan dan mengelompokkannya berdasarkan prioritas risiko iklim, dengan bahan bakar fosil sebagai prioritas utama, diikuti oleh transportasi, industri, energi, real estat, dan pertanian, sebelum sektor lainnya.
Lembaga keuangan juga harus membuat laporan awal untuk semua aktivitas keuangan utamanya. Laporan ini harus berisi data emisi gas rumah kaca, seberapa selaras aktivitas mereka dengan target iklim, serta perbandingan antara investasi di energi bersih dan bahan bakar fosil.
Lalu, berdasarkan standar baru, lembaga keuangan wajib punya kebijakan yang menghentikan pendanaan langsung untuk proyek ekspansi bahan bakar fosil dan pendanaan umum untuk perusahaan ekspansi batu bara.
Mereka juga harus berhenti membiayai perusahaan minyak dan gas yang melakukan ekspansi pada 2030, serta memastikan seluruh portofolio energi mereka mencapai net-zero pada 2050.
Standar baru ini mewajibkan lembaga keuangan untuk menilai dan mengungkapkan keterlibatan mereka dalam deforestasi hingga tahun 2030, dan membuat rencana untuk mengatasinya jika dampaknya besar.
Selain itu, disarankan agar mereka punya kebijakan untuk berhenti mendanai bangunan baru yang tidak ramah lingkungan, dan fokus membiayai renovasi bangunan lama agar lebih hijau.
Kendati demikian, standar baru memberikan kelonggaran bagi perusahaan untuk mencapai target jangka pendeknya.
Baca juga: Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Mereka bisa memilih fokus membantu pelanggan mencapai net-zero atau meningkatkan investasi pada aktivitas keuangan yang ramah iklim, daripada terpaku pada jalur emisi yang dibiayai. Namun, untuk jangka panjang, setiap aktivitas keuangan utama wajib memiliki target net-zero tunggal.
Selanjutnya, berdasarkan standar baru, lembaga keuangan wajib melaporkan emisi GRK, keselarasan iklim, rasio energi bersih versus fosil, dan paparan deforestasi setiap tahun.
Lalu, setiap lima tahun, mereka harus mengevaluasi kemajuan dan jika belum net zero mereka perlu menetapkan target baru.
SBTi mengembangkan standar baru ini sejak 2021, dengan melibatkan dua sesi konsultasi publik dan uji coba oleh lebih dari 30 lembaga keuangan. Hingga kini, 135 lembaga keuangan telah menyatakan komitmen untuk menerapkan standar net-zero ini.
"Lembaga keuangan punya kekuatan besar untuk mempercepat transisi dunia ke net-zero. Karena pengaruh ekonomi dan kemampuan mereka mengelola portofolio, standar berbasis sains yang baru ini akan menjadi alat penting bagi lembaga keuangan di mana pun untuk mendorong perubahan menuju nol emisi," ungkap Alberto Carrillo Pineda, Chief Technical Officer SBTi.
Baca juga: 2025 World Investment Report: Kesenjangan Investasi SDG Kian Melebar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya