JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dan Australia merilis fitur jalur dekarbonisasi bus listrik dalam proyek Decarbonisation Pathways for Indonesian Bus Infrastructure (DIBI).
Melalui proyek tersebut, pemerintah bersama akademisi hingga ahli mendapatkan pendanaan dari Australia untuk melakukan digitalisasi infrastruktur bus menggunakan software.
International Project Lead Nevce Australia, Idris F Sulaiman, menyebutkan tujuannya ialah mempermudah perencana dalam memperkenalkan bus listrik dengan mengutamakan kesetaraan gender, kebutuhan disabilitas, dan lansia.
"DIBI itu mencari jalur untuk dekarbonisasi. Jalurnya bukan satu saja, setiap kota mungkin ada spesifikasi fitur-fiturnya sendiri untuk mengarah kepada dekarbonisasi bus listrik," kata Idris saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (5/8/2025).
Baca juga: Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
"Karena sekarang sudah mulai banyak bus listrik di kota, tetapi yang kami amati mungkin persiapannya perlu disempurnakan," imbuh dia.
Di Jakarta, masifnya bus listrik belum dikatakan sempurna lantaran masih adanya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Karena itu, studi DIBI membantu pemerintah daerah menyusun kebijakan maupun fasilitas bus listrik.
Studi awal dilakukan di Palur, Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Idris menyatakan, ada lima komponen fitur DIBI. Pertama, adanya sistem estimasi kebutuhan listrik berdasarkan rute bus.
"Jadi permintaannya berapa, terus kami mengoptimasi dengan sarana software juga," jelas dia.
Komponen kedua, integrasi antara sumber energi terbarukan seperti panel surya dengan jaringan listrik konvensional dari batu bara diatur otomatis melalui software open source. Hal ini memungkinkan penggunaan energi alternatif saat beban listrik tinggi tanpa intervensi manual.
Para peneliti juga memonitoring kenyamanan dan tingkat polusi. Keempat, komponen kesiapan sumber daya manusia untuk dilatih terkait dekarbonisasi.
Baca juga: Kendaraan Listrik dan Dekarbonisasi
"Tetapi untuk mempersiapkan SDM kami harus melihat situasi yang ada di bus depo itu kayak apa. Jadi kami harus melihat komposisi SDM-nya, mana yang berpotensi untuk di training dari sisi usia misalnya, dari sisi skill yang sudah ada," papar Idris.
Terakhir, komponen kebijakan dan kerja sama antar lembaga. Pendekatan kebijakan dilakukan dari berbagai level yaitu makro, mikro, hingga organisasi.
Menurut dia, Kota Surakarta menjadi kota percontohan karena telah mengintegrasikan layanan bus di bawah satu atap melalui PT Batik Solo Trans (BST). Lainnya, mengadopsi sistem pembayaran digital. Kota ini juga berpotensi menghasilkan energi dari sampah.
"Di Solo ini ada universitas yang punya laboratorium mengenai baterai bus. Kami ingin agar penelitian mengenai baterai yang khusus untuk bus bisa ditingkatkan lagi," sebut dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya