KOMPAS.com - Suhu global diprediksi akan tetap berada pada tingkat yang mengkhawatirkan, dengan tahun 2026 diperkirakan menjadi tahun keempat berturut-turut di mana suhu melampaui 1,4 derajat C di atas level pra-industri, menurut Meteorological Office (Met Office)
Lembaga nasional layanan cuaca dan iklim resmi milik Inggris tersebut memprediksi bahwa suhu di tahun 2026 akan mencapai estimasi 1,46 derajat C di atas garis dasar tahun 1850-1900, yang mengindikasikan adanya lonjakan pemanasan yang terus berlanjut.
Garis dasar 1850-1900 ini merupakan titik acuan suhu bumi sebelum manusia mulai menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar melalui revolusi industri.
Baca juga: Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Meskipun angka ini berada di bawah rekor 1,55 derajat C yang teramati pada tahun 2024, angka tersebut tetap akan menempatkan tahun 2026 di antara empat tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah.
Tahun lalu, menandai pertama kalinya ambang batas krusial 1,5 derajat C terlampaui, sebuah target utama dari Perjanjian Paris untuk menghindari dampak iklim yang paling parah.
Namun melansir Independent, Kamis (18/12/2025) masih ada kemungkinan bahwa tahun 2026 juga dapat melampaui batas kritis ini.
"Tiga tahun terakhir kemungkinan besar semuanya telah melampaui 1,4 derajat C dan kami memperkirakan tahun 2026 akan menjadi tahun keempat berturut-turut yang mengalami hal serupa," ungkap Profesor Adam Scaife, pemimpin tim di balik prakiraan global Met Office untuk tahun 2026.
“Sebelum lonjakan ini, suhu global sebelumnya belum pernah melebihi 1,3 derajat C,” tambahnya.
Dalam perjanjian iklim Paris, yang disepakati pada tahun 2015, negara-negara berkomitmen untuk mengekang pemanasan global jauh di bawah 2 derajat C di atas tingkat pra-industri dan berupaya untuk mengekang kenaikan hingga 1,5 derajat C.
Baca juga: Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
Semua itu dilakukan untuk menghindari dampak terburuk dari kenaikan permukaan laut, kekeringan, banjir, gelombang panas, dan badai ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Para ilmuwan telah berulang kali memperingatkan tentang dampak yang semakin parah dari pemanasan yang lebih tinggi, dan kemampuan manusia dan alam yang semakin berkurang untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut, dengan setiap sepersekian derajat membuat perbedaan dalam menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya