Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun

Kompas.com, 19 Desember 2025, 17:22 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai rencana pemerintah untuk tidak memperpanjang insentif kendaraan listrik pada 2026 berisiko menghambat adopsi kendaraan listrik.

Selain itu, IESR juga menyebut langkah itu akan menghilangkan potensi manfaat ekonomi hingga Rp 544 triliun per tahun dalam jangka panjang.

Penilaian tersebut disampaikan menyusul pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebutkan insentif mobil listrik tidak akan diperpanjang pada 2026.

Baca juga: HIPMI Ungkap Peluang Cuan dari Mobil Listrik, dari SPKLU sampai IT

Anggaran insentif tersebut akan dialihkan untuk mendukung program mobil nasional. Insentif yang akan berakhir mencakup pembebasan bea masuk impor kendaraan listrik utuh (completely built up/CBU) dari tarif normal 50 persen menjadi nol persen.

IESR menilai penghentian insentif akan mendorong kenaikan harga mobil listrik akibat hilangnya potongan PPN 10 persen dan insentif impor.

Chief Executive Officer (CEO) IESR Fabby Tumiwa mengatakan elektrifikasi kendaraan bermotor sejalan dengan visi ketahanan dan kemandirian energi nasional.

"Berdasarkan analisis IESR, penggunaan mobil listrik sejauh 20.000 kilometer dapat mengurangi impor BBM hingga 1.320 liter dan menghemat biaya pengguna sekitar Rp 6,89 juta per tahun. Kondisi tersebut berpotensi menekan penjualan kendaraan listrik serta memperlambat perkembangan industri pendukung, termasuk baterai dan komponen kendaraan listrik," ujar dia dalam keterangan resmi, Jumat (19/12/2025).

Menurut IESR, menjaga momentum adopsi kendaraan listrik penting untuk mendorong permintaan yang dapat memicu tumbuhnya industri baterai terintegrasi dari hulu ke hilir.

Ekosistem industri tersebut dinilai mampu menciptakan akumulasi manfaat ekonomi minimal Rp 544 triliun per tahun hingga 2060, bahkan berpotensi lebih besar jika seluruh rantai nilai kendaraan listrik diperhitungkan.

IESR memahami bahwa insentif kendaraan listrik bersifat sementara untuk menarik investasi manufaktur. Namun, kebijakan tersebut dinilai masih layak diperpanjang apabila terbukti memberikan manfaat lebih besar bagi penguatan industri dan peningkatan daya saing kendaraan listrik nasional.

Saat ini, tercatat delapan pabrikan kendaraan listrik telah memproduksi mobil listrik di Indonesia. Namun, jumlah tersebut dinilai belum cukup untuk menciptakan persaingan pasar yang sehat.

Padahal, pemerintah menargetkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 60 persen pada 2027 dan 80 persen pada 2030, yang membutuhkan basis manufaktur lebih luas.

Studi IESR juga menunjukkan peran signifikan insentif dalam mendorong adopsi kendaraan listrik. Hingga Oktober 2025, penjualan mobil listrik mencapai 68.827 unit, dengan dominasi kendaraan yang memperoleh insentif.

Sebaliknya, berakhirnya insentif sepeda motor listrik pada 2025 menyebabkan penjualan anjlok hingga 80 persen pada kuartal pertama dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca juga: Hanya Sedikit Orang Indonesia Beli Mobil Listrik Demi Atasi Perubahan Iklim

Dengan jumlah kendaraan listrik di jalan yang mencapai sekitar 140.000 unit hingga Oktober 2025, potensi penghematan impor BBM diperkirakan mencapai 185.000 kiloliter, dengan pengurangan biaya kompensasi sekitar Rp 315 miliar pada tahun berjalan.

IESR menilai percepatan elektrifikasi kendaraan membutuhkan kebijakan yang konsisten, termasuk rasionalisasi subsidi BBM yang selama ini dinilai melemahkan daya saing kendaraan listrik.

Selain itu, diperlukan dukungan kebijakan non-fiskal, pembiayaan hijau, serta insentif tambahan untuk menjaga minat konsumen dan investasi.

IESR pun mendorong pemerintah untuk mengkaji ulang rencana penghentian insentif kendaraan listrik, mengingat masih adanya produsen yang berada dalam tahap pembangunan pabrik serta kebutuhan menjaga daya tarik investasi Indonesia di tengah persaingan kawasan Asia Tenggara.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Jakarta Punya Pusat Daur Ulang Sampah, Kapasitasnya hingga 10 Ton
Pemerintah
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Reproduksi di Asia
Pemerintah
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
IESR: Penghentian Insentif Kendaraan Listrik Bisa Hilangkan Manfaat Ekonomi hingga Rp 544 Triliun
LSM/Figur
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
BMKG Prediksi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia Seminggu ke Depan
Pemerintah
Hidrogen Berperan dalam Pemanasan Global Menurut Penelitian Terbaru
Hidrogen Berperan dalam Pemanasan Global Menurut Penelitian Terbaru
LSM/Figur
ESG Disebut Jadi Prioritas di Pasar Modal Indonesia, Bukan Sekadar Laporan Perusahaan
ESG Disebut Jadi Prioritas di Pasar Modal Indonesia, Bukan Sekadar Laporan Perusahaan
BUMN
Anomali Iklim di Indonesia Bikin Badai Tropis Makin Sering, Ini Penjelasan BRIN
Anomali Iklim di Indonesia Bikin Badai Tropis Makin Sering, Ini Penjelasan BRIN
Pemerintah
SDP Dorong Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasis ESG
SDP Dorong Pengembangan Kawasan Perkotaan Berbasis ESG
BrandzView
Program Desaku Maju–GERCEP Dorong Pembangunan Desa lewat Inovasi dan Design Thinking
Program Desaku Maju–GERCEP Dorong Pembangunan Desa lewat Inovasi dan Design Thinking
Pemerintah
Banjir di Sumatera Disebut Mirip Konflik Agraria, Akar Masalah Diabaikan
Banjir di Sumatera Disebut Mirip Konflik Agraria, Akar Masalah Diabaikan
Pemerintah
Lakukan Pengijauan, Nestlé Tanam 1.000 Pohon di Jawa Tengah
Lakukan Pengijauan, Nestlé Tanam 1.000 Pohon di Jawa Tengah
Swasta
Deforestasi Dinilai Perparah Banjir di Aceh, Risiko Sudah Dipetakan Sejak Lama
Deforestasi Dinilai Perparah Banjir di Aceh, Risiko Sudah Dipetakan Sejak Lama
LSM/Figur
Siswa SMA Sulap Limbah Cangkang Kepiting dan Udang Jadi Kemasan Ramah Lingkungan
Siswa SMA Sulap Limbah Cangkang Kepiting dan Udang Jadi Kemasan Ramah Lingkungan
LSM/Figur
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
Polusi Udara dari Kendaraan Diprediksi Picu 1,8 Juta Kematian Dini Pada 2060
LSM/Figur
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
KLH Angkut 116 Ton Sampah di Pasar Cimanggis Tangsel Imbas TPA Cipeucang Ditutup
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau