JAKARTA, KOMPAS.com – Lonjakan industri e-commerce berpotensi meningkatkan beban emisi di perkotaan jika tidak diiringi solusi transportasi logistik berkelanjutan.
Urban Mobility Manager Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia, Mizandaru Wicaksono, mengingatkan bahwa pertumbuhan volume logistik akan berdampak signifikan pada polusi udara dan karbon di kota-kota besar.
Mizan memperkirakan, jika tren berjalan normal (business as usual), jumlah kendaraan logistik pada 2030 akan meningkat 1,5 kali lipat dibandingkan tahun 2023.
Baca juga: Zero ODOL 2027: Tantangan Baru bagi Industri Logistik dan Kendaraan Niaga
Proyeksi ini sejalan dengan nilai industri e-commerce yang diprediksi naik 2,5 kali lipat pada periode yang sama.
“Kira-kira nanti 2030, 1,5 kali lebih banyak paket yang berkeliaran… 1,5 kali lipat lebih banyak mobil logistik, motor logistik, dan seterusnya,” ujar Mizan dalam diskusi Apa Kabar Mobilitas di Ujung Rantai Logistik Kota? yang disiarkan akun YouTube ITDP, Minggu (10/8/2025).
Ia menekankan, kompleksitas alur logistik yang menghubungkan berbagai pihak dalam rantai pasok tak hanya mendorong aktivitas ekonomi, tetapi juga meningkatkan tekanan terhadap lingkungan perkotaan.
Berdasarkan data Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) pada 2019, emisi gas di Jakarta terbesar berasal dari truk dengan kontribusi 33,3 persen, disusul sepeda motor 15,5 persen, mobil berbahan bakar diesel 2,4 persen, dan mobil berbahan bakar bensin 3,1 persen.
“Mungkin kurang disadari secara kasat mata, ternyata sebagian sepeda motor dan mobil juga melayani kebutuhan logistik. Termasuk blind van, yang meskipun bentuknya mobil penumpang, digunakan untuk mengangkut barang. Semua ini ikut menyumbang emisi karbon dan polusi udara di perkotaan,” kata Mizan.
Baca juga: Dukung Transisi Menuju Net Zero, PFI Gandeng Asosiasi Ahli Emisi Karbon
ITDP mendorong adanya strategi pengelolaan logistik yang ramah lingkungan, seperti pengaturan distribusi berbasis zona, penggunaan kendaraan rendah emisi, dan optimalisasi pusat distribusi, agar pertumbuhan e-commerce tidak menambah beban pencemaran udara di kota.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya