Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemotongan Dana Pendidikan Global Berpotensi Sebabkan 6 Juta Anak Putus Sekolah

Kompas.com - 12/09/2025, 11:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - UNICEF memperingatkan pemotongan dana pendidikan global secara signifikan dapat menyebabkan enam juta anak putus sekolah pada 2026.

Bantuan Pembangunan Resmi (Official Development Assistance/ODA) untuk pendidikan diproyeksikan akan turun sebesar 3,2 miliar dolar AS, atau penurunan sebesar 24 persen dari tahun 2023.

Penurunan ini disebabkan oleh tiga negara donor saja yang menyumbang hampir 80 persen dari total pemotongan tersebut.

Dampaknya adalah itu akan meningkatkan jumlah anak-anak yang putus sekolah di seluruh dunia dari 272 juta menjadi 278 juta.

Baca juga: Junianto Sesa, Merajut Mimpi Anak Papua Lewat Bimbingan Belajar

"Setiap dolar yang dipotong dari anggaran pendidikan bukan sekadar keputusan anggaran, melainkan masa depan seorang anak yang dipertaruhkan," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, dikutip dari laman resmi United Nations, Selasa (2/9/2025).

Dampak terbesar diperkirakan akan menimpa wilayah-wilayah yang sudah rentan. Sebanyak 1,9 juta anak di Afrika Barat dan Tengah bisa kehilangan akses ke sekolah, sementara 1,4 juta anak lainnya bisa putus sekolah di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Secara keseluruhan, 28 negara berisiko kehilangan setidaknya seperempat dari bantuan pendidikan yang mereka andalkan.

Côte d’Ivoire dan Mali menghadapi beberapa risiko paling curam, dengan proyeksi penurunan jumlah siswa masing-masing sebesar 340.000 dan 180.000.

Pendidikan dasar akan terkena dampak paling parah, dengan pendanaan yang diperkirakan akan turun sepertiga.

UNICEF memperingatkan bahwa hal ini dapat memperburuk krisis pembelajaran global dan menyebabkan anak-anak yang terdampak kehilangan pendapatan seumur hidup yang diperkirakan sebesar 164 miliar dolar AS.

Krisis ini juga mengancam layanan-layanan yang vital. Dana untuk program makan di sekolah, yang kadang menjadi satu-satunya makanan layak bagi anak, bisa dipangkas hingga separuh.

Baca juga: ICJ Akui Krisis Iklim sebagai Isu HAM, Tapi Abaikan Hak Anak

Dukungan untuk pendidikan anak perempuan juga diperkirakan akan menyusut. Selain itu, 290 juta anak yang masih bisa sekolah berisiko menghadapi penurunan kualitas pembelajaran.

UNICEF meminta negara-negara donor untuk mengalokasikan setidaknya setengah dari seluruh bantuan pendidikan mereka ke negara-negara kurang berkembang.

Selain itu juga menjaga dana kemanusiaan, memprioritaskan pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar, serta mendesak adanya reformasi untuk membuat pendanaan menjadi lebih efisien dan berkelanjutan.

"Berinvestasi pada pendidikan anak adalah salah satu investasi terbaik untuk masa depan bagi semua orang," tambah Russell.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Pemerintah
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
BrandzView
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
LSM/Figur
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Pemerintah
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan 'Green Job'
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan "Green Job"
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau