KOMPAS.com - UNICEF memperingatkan pemotongan dana pendidikan global secara signifikan dapat menyebabkan enam juta anak putus sekolah pada 2026.
Bantuan Pembangunan Resmi (Official Development Assistance/ODA) untuk pendidikan diproyeksikan akan turun sebesar 3,2 miliar dolar AS, atau penurunan sebesar 24 persen dari tahun 2023.
Penurunan ini disebabkan oleh tiga negara donor saja yang menyumbang hampir 80 persen dari total pemotongan tersebut.
Dampaknya adalah itu akan meningkatkan jumlah anak-anak yang putus sekolah di seluruh dunia dari 272 juta menjadi 278 juta.
Baca juga: Junianto Sesa, Merajut Mimpi Anak Papua Lewat Bimbingan Belajar
"Setiap dolar yang dipotong dari anggaran pendidikan bukan sekadar keputusan anggaran, melainkan masa depan seorang anak yang dipertaruhkan," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, dikutip dari laman resmi United Nations, Selasa (2/9/2025).
Dampak terbesar diperkirakan akan menimpa wilayah-wilayah yang sudah rentan. Sebanyak 1,9 juta anak di Afrika Barat dan Tengah bisa kehilangan akses ke sekolah, sementara 1,4 juta anak lainnya bisa putus sekolah di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Secara keseluruhan, 28 negara berisiko kehilangan setidaknya seperempat dari bantuan pendidikan yang mereka andalkan.
Côte d’Ivoire dan Mali menghadapi beberapa risiko paling curam, dengan proyeksi penurunan jumlah siswa masing-masing sebesar 340.000 dan 180.000.
Pendidikan dasar akan terkena dampak paling parah, dengan pendanaan yang diperkirakan akan turun sepertiga.
UNICEF memperingatkan bahwa hal ini dapat memperburuk krisis pembelajaran global dan menyebabkan anak-anak yang terdampak kehilangan pendapatan seumur hidup yang diperkirakan sebesar 164 miliar dolar AS.
Krisis ini juga mengancam layanan-layanan yang vital. Dana untuk program makan di sekolah, yang kadang menjadi satu-satunya makanan layak bagi anak, bisa dipangkas hingga separuh.
Baca juga: ICJ Akui Krisis Iklim sebagai Isu HAM, Tapi Abaikan Hak Anak
Dukungan untuk pendidikan anak perempuan juga diperkirakan akan menyusut. Selain itu, 290 juta anak yang masih bisa sekolah berisiko menghadapi penurunan kualitas pembelajaran.
UNICEF meminta negara-negara donor untuk mengalokasikan setidaknya setengah dari seluruh bantuan pendidikan mereka ke negara-negara kurang berkembang.
Selain itu juga menjaga dana kemanusiaan, memprioritaskan pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar, serta mendesak adanya reformasi untuk membuat pendanaan menjadi lebih efisien dan berkelanjutan.
"Berinvestasi pada pendidikan anak adalah salah satu investasi terbaik untuk masa depan bagi semua orang," tambah Russell.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya