Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Logistik Ikan Indonesia Timur Tak Efisien, Bappenas Ungkap Perlunya Terobosan

Kompas.com - 14/09/2025, 14:57 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian PPN/Bappenas mengaku kewalahan membenahi sistem logistik perikanan tangkap di Indonesia, terutama di kawasan timur.

Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN/Bappenas, Mohammad Rahmat Mulianda, menilai sistem logistik perikanan tangkap saat ini belum efisien.

"Indonesia bagian timur produsen ikan, konsumen ada di barat, pengelolaannya di barat. Pengangkutannya membutuhkan biaya, sistem logistik kita tidak efisien," ujar Rahmat dalam Peluncuran Rencana Aksi Bersama Pengembangan Pangan Akuatik Indonesia, Rabu (10/9/2025).

Rahmat menegaskan, perbaikan logistik perikanan tangkap tidak bisa hanya mengandalkan APBN. Diperlukan pelibatan swasta, terutama dalam penguatan rantai dingin (cold chain).

"Emang tidak mungkin semuanya berasal dari dana APBN. Kami butuh waktu untuk memperbaiki dan meningkatkan rantai dingin. (Harga) mahal karena sistem logistik ini memang PR. Bagaimana caranya ketika ikan melimpah dan ketika ikan susah, harga itu masih bisa dikontrol dengan baik," katanya.

Salah satu solusi adalah sistem pemasaran digital agar ikan hasil tangkapan bisa langsung dijual ke konsumen tanpa perantara. Selain itu, kementerian/lembaga perlu berkoordinasi di bawah Kemenko Pangan untuk mengurus subsidi harga, resi gudang, hingga masalah logistik.

"Jadi, Kemenko Pangan menjadikan agenda penting ini untuk bisa di-speed up penyelesaiannya dalam waktu 2-3 tahun, tidak terlalu memakan waktu lagi," ujarnya.

Menurut Rahmat, sistem logistik perikanan erat kaitannya dengan urusan pangan karena berhubungan langsung dengan keterjangkauan bagi masyarakat.

Baca juga: 29 Izin untuk Budidaya Udang, Usaha Perikanan Terkendala Regulasi

Beda Karakteristik

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Mala Nurilmala, mengungkapkan adanya perbedaan karakteristik perikanan tangkap di Indonesia bagian barat dan timur.

Hasil focus group discussion (FGD) di Medan, Surabaya, Makassar, dan Manado menunjukkan, ikan pelagis dari timur cenderung berukuran besar, sedangkan dari barat relatif kecil. Dari segi infrastruktur, wilayah barat juga lebih maju dibanding timur. 

Terobosan di wilayah timur diperlukan. Mala mencontohkan kebijakan Pemerintah Kota Bitung, Sulawesi Utara, yang pernah memberi subsidi biaya pengemasan dan transportasi sehingga harga ikan lebih murah.

"Itu ada klien yang langsung ke Narita. Mereka diberikan keistimewaan harga transportasinya murah sekali, sehingga ikan-ikan bisa langsung diekspor. Tuna dari Bitung banyak diekspor ke Jepang dalam bentuk raw material untuk sashimi dengan grade A," jelasnya.

Namun, ia mengingatkan masih banyak nelayan yang lebih mementingkan kuantitas ketimbang kualitas hasil tangkapan. Padahal, kualitas sangat menentukan harga.

"Keuntungan itu kalau menangkap tuna sirip biru selatan, kata nelayan bisa berlimpah sampai bisa beli mobil. Tapi mutunya harus dijaga banget. Nelayan kita kadang bisa menangkap, tapi kurang memperhatikan mutu, misalnya tidak disiangi atau kurang es," ujar Mala.

Baca juga: Ironi Perikanan Indonesia: Produk Buruk, Penduduk Pesisir Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dijual Bebas di Marketplace, Antibiotik Ikan Tingkatkan Risiko AMR
Dijual Bebas di Marketplace, Antibiotik Ikan Tingkatkan Risiko AMR
Pemerintah
Ekosida dan Keengganan Taubat Ekologis
Ekosida dan Keengganan Taubat Ekologis
Pemerintah
Logistik Ikan Indonesia Timur Tak Efisien, Bappenas Ungkap Perlunya Terobosan
Logistik Ikan Indonesia Timur Tak Efisien, Bappenas Ungkap Perlunya Terobosan
Pemerintah
Bappenas: Krisis Iklim Bakal Bikin 90 Persen Nelayan Kecil Sulit Melaut
Bappenas: Krisis Iklim Bakal Bikin 90 Persen Nelayan Kecil Sulit Melaut
Pemerintah
Indonesia Bisa Jadi Eksportir Hidrogen Bersih, Ada 4 Penentu Kesuksesannya
Indonesia Bisa Jadi Eksportir Hidrogen Bersih, Ada 4 Penentu Kesuksesannya
LSM/Figur
Hidrogen Hijau Mahal, PLN Minta Pemerintah Tiru Jepang
Hidrogen Hijau Mahal, PLN Minta Pemerintah Tiru Jepang
BUMN
Cara Hitung “Bagian Adil” Terkait Aksi Iklim Bias, Negara Kaya Diuntungkan
Cara Hitung “Bagian Adil” Terkait Aksi Iklim Bias, Negara Kaya Diuntungkan
LSM/Figur
Studi: Petani Sawit Mandiri Indonesia Tersisih dari Pasar Berkelanjutan
Studi: Petani Sawit Mandiri Indonesia Tersisih dari Pasar Berkelanjutan
LSM/Figur
Mengurai Strategi Hijau ASDP untuk Ferry Inklusif dan Berkelanjutan
Mengurai Strategi Hijau ASDP untuk Ferry Inklusif dan Berkelanjutan
BUMN
Dulu Melindungi, Kini Mencemari: Masker Covid-19 Jadi Masalah Global
Dulu Melindungi, Kini Mencemari: Masker Covid-19 Jadi Masalah Global
LSM/Figur
CarbonEthics Hitung Jejak Karbon AIGIS 2025, Capai 98,58 Ton CO2e
CarbonEthics Hitung Jejak Karbon AIGIS 2025, Capai 98,58 Ton CO2e
Swasta
BNPB: Banjir Bali Tunjukkan Kompleksitas Iklim, Bencana Hidrometeorologi, dan Prakiraan Cuaca
BNPB: Banjir Bali Tunjukkan Kompleksitas Iklim, Bencana Hidrometeorologi, dan Prakiraan Cuaca
Pemerintah
KLH Proyeksikan 4,8 Juta Ton CO2 Bisa Dijual di Pasar Karbon
KLH Proyeksikan 4,8 Juta Ton CO2 Bisa Dijual di Pasar Karbon
Pemerintah
Krisis Iklim, DBD Merebak, Ada 4,6 Juta Tambahan Kasus per Tahun
Krisis Iklim, DBD Merebak, Ada 4,6 Juta Tambahan Kasus per Tahun
LSM/Figur
Ironi Perikanan Indonesia: Produk Buruk, Penduduk Pesisir Stunting
Ironi Perikanan Indonesia: Produk Buruk, Penduduk Pesisir Stunting
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau