Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Celios Dorong 23 Ribu Desa Jadi Basis Pangan Restoratif, Kurangi Ketergantungan Beras

Kompas.com, 17 September 2025, 09:02 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketergantungan Indonesia pada beras membuat ketahanan pangan nasional semakin rentan.

Padahal, berbagai daerah menyimpan kekayaan pangan lokal yang berpotensi dikembangkan secara restoratif untuk memperkuat ekonomi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai perspektif ketahanan pangan selama ini terlalu sempit karena hanya dikaitkan dengan cadangan beras.

“Kalau suatu saat luasan lahan pangan berasnya turun secara tajam, maka kejadian kelaparan massal itu akan terjadi di daerah-daerah, di pulau-pulau terpencil, karena untuk kembali ke tanaman pangan lokal, lupa mereka. Kondisinya mendesak, apa yang terjadi? Nunggu barang dari luar pulau masuk, dan harganya itu sangat mahal untuk dibayar,” ujar Bhima dalam diskusi Polemik Harga Beras dan Kebijakan Pangan di Tengah Krisis Iklim, Selasa (16/9/2025).

Pangan Restoratif

Bhima menekankan perlunya diversifikasi pangan berbasis ekonomi berkelanjutan atau ekonomi restoratif.

Ia mencontohkan, di Papua, pembangunan lumbung pangan di desa sebaiknya tidak hanya berisi beras, tetapi juga pangan lokal yang diolah secara berkelanjutan.

Baca juga: Produksi Pangan Dunia Cukup, tapi Banyak yang Tak Sampai ke Masyarakat

“(Bisa) umbi-umbian, ikan kalau punya. Tapi dikelola dengan secara berkelanjutan, menangkapnya tidak pakai potas atau racun, pengeringan ikannya dilakukan dengan cara-cara yang tidak menghasilkan emisi berlebihan. Cara-cara itulah yang harus dilakukan sebagai tantangan untuk menjawab agar Papua tidak bergantung pada beras,” tutur Bhima.

Data Celios menunjukkan ada 23.472 desa di Indonesia yang memiliki potensi menjadi basis produksi pangan restoratif, yakni pangan yang memberi nilai tambah tanpa merusak alam.

Sebanyak 14,88 persen desa berbatasan dengan laut dan 24,11 persen desa berbatasan dengan hutan. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pangan akuatik, obat-obatan, hingga produk hutan non-kayu secara berkelanjutan.

Namun, Bhima menilai, peran pemerintah masih minim.

“Sebagian besar tanaman pangan alternatif dari beras yang dikerjakan oleh komunitas tanpa bantuan pemerintah,” ujarnya.

Menurut Bhima, basis ekosistem yang dimiliki desa-desa di Indonesia sangat kuat. Jika dikelola dengan hati-hati, potensi pangan restoratif ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga menjaga ekosistem dari kerusakan.

Baca juga: Kemenko Pangan: MBG Kurang Ikan, Perlu Manfaatkan Pangan Akuatik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Target Berbasis Sains Tingkatkan Hubungan Korporasi dengan Investor Secara Signifikan
Target Berbasis Sains Tingkatkan Hubungan Korporasi dengan Investor Secara Signifikan
Pemerintah
Trend Asia: Indonesia Bermuka Dua soal Iklim, Janji Manis ke Dunia, Ingkari Warganya
Trend Asia: Indonesia Bermuka Dua soal Iklim, Janji Manis ke Dunia, Ingkari Warganya
LSM/Figur
Lembaga Ini Sebut Pengoperasian 20 PLTU di Indonesia Sebabkan 156.000 Kematian Dini
Lembaga Ini Sebut Pengoperasian 20 PLTU di Indonesia Sebabkan 156.000 Kematian Dini
LSM/Figur
Kapasitas Listrik dari Pembangkit Tenaga Angin Lepas Pantai Naik 3 Kali Lipat pada 2030
Kapasitas Listrik dari Pembangkit Tenaga Angin Lepas Pantai Naik 3 Kali Lipat pada 2030
LSM/Figur
Algoritma Medsos Semakin Tentukan Isu Publik yang Dianggap Penting
Algoritma Medsos Semakin Tentukan Isu Publik yang Dianggap Penting
LSM/Figur
Bersihkan Kawasan Mandalika, ITDC Tangani 7,2 Ton Sampah Kiriman di Pantai Tanjung Aan
Bersihkan Kawasan Mandalika, ITDC Tangani 7,2 Ton Sampah Kiriman di Pantai Tanjung Aan
BUMN
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
Polusi Udara dari Bahan Bakar Fosil Sebabkan 2,52 Juta Kematian
LSM/Figur
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Ini Hitungan Kerugian Ekonomi yang Terjadi di Indonesia akibat Krisis Iklim
Pemerintah
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Bukan dari Aspirasi Petani, Kebijakan Pertanian Sulit Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
LSM/Figur
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau