KOMPAS.com - Riset baru yang didukung oleh koalisi global berisi 29 kota di antaranya Greater Manchester, Lagos, Mexico City, dan Rio de Janeiro dan juga perusahaan-perusahaan layanan kesehatan seperti Reckitt dan Bupa serta peneliti dari Yale School of Public Health, Mode Economics, dan Sanofi, menunjukkan aksi iklim bisa menyelamatkan banyak nyawa.
Menurut riset tersebut langkah-langkah adaptasi iklim yang sederhana bisa menyelamatkan lebih dari 725.000 jiwa setiap tahun dan mengurangi pengeluaran biaya kesehatan global hingga 70 miliar dolar AS.
Berdasarkan model baru, peneliti mengamati bagaimana serangkaian intervensi yang relatif berbiaya rendah, jika diterapkan secara masif, dapat meningkatkan hasil kesehatan sambil mengurangi emisi.
Penelitian itu kemudian menyimpulkan bahwa empat kelompok tindakan yang digerakkan oleh pemerintah kota bisa menyelamatkan lebih dari 725.000 jiwa setiap tahun.
Melansir Edie, Rabu (17/9/2025), empat langkah praktis yang dimaksud adalah langkah-langkah terkait panas dan kualitas udara, seperti penghijauan kota, atap yang sejuk (cool roofs), dan transportasi aktif, dapat mengurangi kematian akibat panas dan polusi sebesar 15 persen.
Baca juga: Cara Hitung “Bagian Adil” Terkait Aksi Iklim Bias, Negara Kaya Diuntungkan
Selanjutnya adalah peningkatan air, sanitasi, dan kebersihan mulai dari filter air rumah tangga hingga perbaikan infrastruktur. Aksi tersebut dapat mencegah 166.000 kematian per tahun pada 2030.
Sedangkan promosi gaya hidup sehat melalui desain kota dan resep sosial (social prescribing) dapat mencegah 131.000 kematian setiap tahun.
Sementara perangkat ketahanan komunitas, termasuk sistem peringatan dini dan kampanye kesadaran, dapat mengurangi tingkat kematian hingga 13 persen di beberapa kota.
Tidak hanya mencegah kematian saja, tindakan-tindakan tersebut juga dapat menghindari emisi karbon sebanyak 15,6 megaton dan menurunkan biaya layanan kesehatan sebesar 70 miliar dolar AS, jika diterapkan di 11.000 kota.
Diperkirakan pada tahun 2030, tingkat kematian di perkotaan akibat panas akan meningkat sebesar 45 persen, dan kematian akibat polusi udara akan meningkat 18 persen.
Total beban kematian gabungan ini lebih dari dua kali lipat dari kematian akibat kecelakaan transportasi.
Dan tanpa adanya intervensi (tindakan), para peneliti memperingatkan bahwa sistem kesehatan dapat didorong hingga berada di ambang kehancuran.
Baca juga: Bukan Hanya Surga, Pemimpin Agama Perlu Dorong Aksi Iklim di Mimbarnya
Sebelumnya, gelombang panas ekstrem di Eropa pada musim panas ini menyebabkan 24.400 kematian di 854 kota. Dari jumlah tersebut, 16.500 kematian di antaranya secara langsung disebabkan oleh perubahan iklim.
Data ini berasal dari sebuah studi yang dilakukan oleh Imperial College London dan London School of Hygiene & Tropical Medicine.
Para peneliti mengatakan bahwa perubahan iklim telah meningkatkan suhu hingga 3,6 derajat C. Mereka memperingatkan bahwa perkiraan angka kematian yang mereka berikan hanya mewakili 30 persen dari populasi Eropa, yang menunjukkan bahwa jumlah kematian sebenarnya jauh lebih tinggi.
Pada awal tahun ini, para ilmuwan di Dartmouth College di New Hampshire juga memperkenalkan sebuah kerangka kerja yang menghubungkan emisi dari masing-masing perusahaan bahan bakar fosil dengan kerugian ekonomi regional yang disebabkan oleh panas ekstrem.
Perkiraan mereka menunjukkan bahwa hanya 111 perusahaan yang telah menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar 28 triliun dolar AS sejak awal tahun 1990-an.
Saudi Aramco sendiri diperkirakan bertanggung jawab atas kerugian sebesar 2,05 triliun dolar AS, diikuti dengan ketat oleh Gazprom (2 triliun dolar AS) dan Chevron (1,98 triliun dolar AS).
Baca juga: Asia Tenggara Kini Jadi Magnet Hijau, Banjir Dana Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya