JAKARTA, KOMPAS.com - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraih penghargaan pemenang program Embedding Human Rights at the Heart of Merdeka’s Business Practices dalam ajang Lestari Award yang digelar di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Bagi sebagian orang, industri tambang kerap dikaitkan dengan isu-isu sosial, konflik lahan, dan ketimpangan relasi antara perusahaan dan masyarakat.
Namun, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berupaya mematahkan stigma itu dengan menanamkan nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) di setiap langkah operasionalnya.
Baca juga: Merdeka Copper Gold Punya 1.084 Karyawan Perempuan, Hapus Stigma Laki-laki di Dunia Tambang
Langkah tersebut diwujudkan melalui program Embedding Human Rights at the Heart of Merdeka’s Business Practices, sebuah komitmen yang lahir bukan sekadar dari tuntutan regulasi, melainkan kesadaran moral perusahaan untuk menghormati martabat manusia dalam seluruh rantai bisnisnya.
“Merdeka memahami bahwa seluruh perusahaan memiliki kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia,” ujar Sustainability Manager PT Merdeka Copper Gold Tbk, Bachtiar Manurung, saat ditemui usai Lestari Summit and Awards di Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).
Menurut Bachtiar, kesadaran itu tak hanya berhenti pada karyawan internal, tetapi juga mencakup kontraktor, pemasok, hingga masyarakat di sekitar wilayah operasi tambang.
“Hak asasi manusia itu bukan cuma untuk pekerja kami, tapi juga untuk masyarakat sekitar, bahkan supplier kami. Itu sebabnya komitmen ini kami jalankan dari hulu ke hilir,” kata dia.
Komitmen terhadap HAM itu mulai dicanangkan sejak tiga tahun lalu. Implementasinya, kata Bachtiar, dilakukan secara bertahap, dimulai dari penegasan kebijakan oleh manajemen, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi dan pelatihan kepada seluruh karyawan dan kontraktor.
“Dari manajemen dulu, lalu ke pekerja dan mitra kerja. Setelah itu baru ke aktivitas-aktivitas nyata di lapangan,” jelas dia.
Dalam praktiknya, perusahaan memastikan seluruh hak-hak tenaga kerja dipenuhi secara adil dan transparan.
Kontrak kerja dibuat jelas, hak cuti diberikan, lembur dibayarkan, dan asuransi ketenagakerjaan termasuk pemeriksaan kesehatan rutin disediakan.
“Kami ingin karyawan merasa aman dan dihargai. Kalau mereka tahu haknya dipenuhi, mereka bekerja dengan percaya diri,” ujar Bachtiar.
Baca juga: Komitmen pada Tambang Berkelanjutan, Begini Upaya Merdeka Copper Gold Dukung Pencapaian SDGs
Selain untuk memastikan pemenuhan hak karyawan, program ini juga menjadi bagian dari upaya Merdeka untuk mengubah persepsi negatif tentang industri tambang.
Bachtiar mengakui, sektor pertambangan kerap mendapat sorotan tajam dari publik. Asumsi orang soal tambang sering negatif.
Padahal, kalau dijalankan dengan tanggung jawab, dampaknya bisa sangat positif. Misalnya, kata Bahctiar menciptakan lapangan kerja lokal dan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar wilayah operasi.
Oleh karena itu, keberlanjutan operasi tambang sangat bergantung pada dukungan masyarakat.
Konsep yang disebut social license to operate atau izin sosial untuk beroperasi menjadi prinsip utama.
“Operasi tambang tidak bisa jalan tanpa dukungan masyarakat. Kalau ada dampak negatif, kami perbaiki. Kalau bisa menciptakan dampak positif, kami libatkan masyarakat melalui program pemberdayaan,” kata Bachtiar.
Hingga kini, MDKA memiliki lebih dari 12.000 karyawan tetap dan sekitar 20.000 pekerja kontraktor yang tersebar di berbagai lokasi tambang.
Program pelatihan dan sosialisasi HAM terus digencarkan, meski penerapannya belum merata di seluruh lokasi.
“Kami prioritaskan dulu yang paling berisiko seperti petugas keamanan dan bagian hubungan masyarakat. Setelah itu baru ke seluruh karyawan,” kata Bachtiar.
Ke depan, perusahaan berencana memperluas cakupan pelatihan agar seluruh elemen bisnis memiliki pemahaman yang sama tentang penghormatan terhadap HAM.
“Karena ini sudah menjadi komitmen jangka panjang perusahaan, pengembangannya harus terus dilakukan,” kata dia.
Baca juga: Kepada Nikel Kami Berharap
Dengan pendekatan seperti itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk ingin membuktikan bahwa industri tambang tak selalu identik dengan kerusakan dan konflik.
Bagi Merdeka, keberhasilan bukan hanya soal hasil tambang, tetapi juga bagaimana menghormati dan melindungi manusia yang menjadi bagian dari prosesnya.
“Kami ingin tambang yang berdaya, bukan hanya secara ekonomi, tapi juga secara kemanusiaan,” ucap Bachtiar.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya