Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LEGO Group Hentikan Penggunaan Gas Alam untuk Pangkas Emisi GRK

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 13:51 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber ESG Today

KOMPAS.com - LEGO Group mengumumkan sejumlah kebijakan yang akan diterapkan untuk secara bertahap menghilangkan penggunaan gas alam di seluruh fasilitas produksinya.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk meminimalkan jejak emisi gas rumah kaca (GRK) mereka.

LEGO Group memiliki target iklim ambisius, yaitu mencapai nol emisi bersih di seluruh rantai pasok pada 2050 dan memangkas emisi karbon sebesar 37 persen pada 2032.

Perusahaan menjelaskan bahwa penghapusan gas alam ini merupakan bagian dari inisiatif "Operasi Nihil Dampak" yang bertujuan untuk memastikan pertumbuhan bisnis mereka tidak lagi berdampak negatif pada lingkungan.

Baca juga: MIND ID Targetkan Penurunan 21,4 Persen Emisi GRK pada 2030

Melansir ESG Today, Rabu (15/10/2025), selama ini, LEGO menggunakan gas alam sebagai sumber utama pemanas di pabrik-pabrik mereka, dan emisi yang dihasilkan dari gas alam ini mencapai 16.000 ton setara CO2 (CO2e) pada tahun 2023.

Guna mengatasi masalah emisi GRK dari gas alam, LEGO memfokuskan pada beberapa proyek penting untuk menemukan sumber energi panas pengganti.

LEGO Group menyatakan bahwa mereka telah mengebor dua sumur di pabriknya di Nyregyhaza, Hongaria, dan menemukan sumber panas yang memungkinkan penggunaan energi panas bumi.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa selama dua tahun ke depan, mereka akan memasang infrastruktur dan teknologi untuk mengalirkan air panas dari sumur ke seluruh pabrik.

Mereka memperkirakan hal ini akan sepenuhnya menghilangkan ketergantungan pabrik terhadap gas alam untuk pemanasan setelah beroperasi pada tahun 2028.

LEGO juga mengumumkan telah memangkas konsumsi gas alam di Billund, Denmark, dengan beralih ke sistem pemanas distrik yang utamanya ditenagai oleh energi terbarukan. Sebanyak 11 bangunan telah menyelesaikan transisi ini sepanjang tahun 2024.

Baca juga: Permudah Laporan Iklim, IBM Luncurkan Tool Integrasi Hitungan Emisi GRK

Selain itu, LEGO Group menyatakan bahwa mereka telah memasang sistem baru di pabriknya di Jiaxing, China untuk menangkap dan menggunakan kembali panas dari mesin pendingin yang mengurangi penggunaan gas alam sebesar 50 persen.

Mereka juga memiliki rencana untuk memperluas proyek tersebut, dengan tujuan menghentikan sepenuhnya konsumsi gas alam.

"Inisiatif ini merupakan pencapaian penting dalam upaya kami mengurangi emisi operasional. Kami berkomitmen untuk terus mencari solusi baru dan inovatif demi meminimalkan jejak lingkungan serta menjadikan fasilitas produksi kami lebih lestari," kata perwakilan LEGO Group.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau