JAKARTA, KOMPAS.com - Irena Surosoputra dan suaminya, Nugroho Surosoputra sukses menyulap biji cokelat menjadi ladang cuan. Bisnis ini bermula dari hobi Irena menyeruput segelas cokelat hangat.
Lalu, di 2016, ia berpikir untuk meracik bubuk cokelat sendiri dengan biji asli Indonesia. Rupanya, bubuk cokelat itu disukai teman-teman yang berkunjung ke rumahnya.
"Saya juga dulu karyawan swasta, terus merasa sudah mulai capek kerja pengin bisnis akhirnya mulai belajar lah tentang cokelat," ujar Irena saat ditemui dalam Pangan Nusa Expo 2025 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (15/10/2025).
Baca juga: Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Tercetuslah merek Cokelatin yang merupakan akronim dari Cokelat Iren dan Nugi. Seiring berjalannya waktu, keduanya menyadari bahwa bisnis itu memiliki prospek sekaligus memperkenalkan Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia.
"Tetapi saya sendiri jujur saja sebagai masyarakat Indonesia enggak tahu. Kita tahunya kan cokelat pasti dari Swiss, dari Belgia. Sampai akhirnya di 2020 pas Covid, bisnisnya mulai diseriusin," tutur Irena.
Irena dan Nugroho lantas mengganti merek produknya menjadi Cokelatin Signature, dengan misi hilirisasi biji kakao berkualitas hingga bisa menyentuh pasar internasional. Tak hanya bubuk minuman cokelar, UMKM ini juga memproduksi produk siap minum dalam kemasan kaleng.
"Dulu kemasannya masih botol plastik sekarang sudah kaleng, ini sedang mempersiapkan riset safe life-nya satu tahun supaya bisa masuk ke pasar retail. Sejauh ini bertahannya masih satu bulan dalam suhu kulkas, kalau di luar kami informasikan ke customer satu hari karena tanpa pengawet," jelas dia.
Irena selaku Founder Cokelatin Signature menyebutkan produk minuman kalengan memiliki empat varian rasa dengan harga Rp 25.000-Rp 30.000. Java criollo dan dark chocolate menjadi varian favorit konsumen. Sementara penjualan terbanyak dikirim ke Jabodetabek, Sampit, Kalimantan Tengah; serta Padang, Sumatera Barat.
Baca juga: Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
"Juga sudah masuk terutama kafe-kafe lokal. Kami kan juga dipakai beberapa hotel di bintang lima dan juga di Jakarta," ucap Irena.
Meski kapasitasnya belum besar, produk cokelat bubuk Cokelatin Signature juga diekspor ke l Boston, Syria, Saudi Arabia, Taiwan, dan Hongkong.
Ditemui di lokasi yang sama, Co-Founder Cokelatin Signature, Nugroho, menjelaskan biji kakao berasal dari petani kecil di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Komitmen brand terhadap bahan alami tanpa perisa buatan, pengawet, maupun pemanis sintetis menjadikannya pilihan terpercaya oleh konsumen yang peduli kesehatan dan profesional kuliner.
"Kami yang pasti harus menggunakan biji kakao Indonesia dengan proses pasca panennya itu fermentasi, grade-nya grade A dan A+. Khusus untuk Jawa Timur, saya highlight karena varitasnya merupakan varitas paling premium, langka yang hanya ada 5 persen di dunia," ungkap Nugroho.
"Indonesia memiliki varitas biji kakao langka terbaik yang sayangnya kurang terekspos," imbuh dia.
Pihaknya mengolah criollo, jenis kakao berkualitas dikenal karena rasanya yang lembut, kompleks, dan aroma yang kaya dengan sedikit rasa pahit. Nugroho mencatat, omzet per bulan mencapai ratusan juta rupiah. Ia menargetkan, produk cokelat bisa terjual ke seluruh Indonesia.
"Memang kami fokus mulai dari dalam negeri, segmen premium, hotel bintang 5 yang kami lebarkan nanti sampai mendunia. Tetapi step by step, enggak terburu-buru juga, kalau memang sudah siap kami pasti akan sampai di sana," kata Nugroho.
Cokelatin Signature menjadi salah satu pemenang UKM Pangan Award 2025 dari Kementerian Perdagangan. Meskipun, selama dua tahun berturut-turut mereka mengikuti ajang itu belum terpilih sebagai pemenang.
Baca juga: Gen Z Kini Tak Lagi Sekadar Nyeruput Kopi, Isu Keberlanjutan Jadi Urgensi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya