JAKARTA, KOMPAS.com – Dua perguruan tinggi di Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJAYA), berkolaborasi membantu petani kopi di lereng Merapi dengan mengembangkan usaha kopi berbasis inovasi dan keberlanjutan.
Melalui program pengabdian masyarakat, kedua kampus tersebut mendorong penguatan kualitas produksi, pengolahan limbah, dan peningkatan nilai ekonomi kopi Merapi.
Program bertajuk “Pengembangan Agribisnis Kopi Lereng Merapi Melalui Pemanfaatan Biji Kopi dan Limbah Kaskara Sebagai Minuman Fungsional” ini digelar di Kelompok Tani Tirtomulyo, Dusun Kaliurang Timur, Desa Hargobinangun, Sleman, pada 13–14 September dan 5 Oktober 2025.
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim di Brasil Sebabkan Harga Kopi Dunia Naik Tajam
Kegiatan ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
“Kami ingin membekali petani dengan ilmu yang aplikatif dan berkelanjutan. Kopi Merapi punya karakter khas yang tidak bisa disamakan dengan daerah lain, tapi jika tidak diolah dengan tepat, potensi itu bisa hilang,” ujar Anami Riastri dosen UII sekaligus koordinator kegiatan, dalam keterangan resminya, Kamis (23/10/2025).
Selain pelatihan pascapanen, tim dosen dan mahasiswa memberikan pendampingan teknis pengolahan limbah kaskara, yakni kulit buah kopi yang biasanya dibuang menjadi minuman herbal fungsional kaya antioksidan.
“Biasanya kaskara dianggap limbah, padahal mengandung senyawa antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan,” kata Oktavia Indrati.
Kegiatan juga diisi dengan hibah alat produksi kopi seperti mesin sangrai, huller, alat pres kemasan, serta peralatan perawatan tanaman kopi.
Bantuan tersebut membuat kelompok tani lebih mandiri karena sebelumnya harus membayar jasa sangrai hingga Rp30.000 per kilogram.
Menurut Ketua Kelompok Tani Tirtomulyo Suradi, dukungan tersebut menjadi momentum penting bagi petani untuk naik kelas.
“Sekarang kami bisa mengolah sendiri, tidak hanya menjual bahan mentah. Semoga ini menjadi awal kemajuan kelompok kami,” ujarnya.
Lurah Hargobinangun, Amin Sarjito menyambut positif inisiatif perguruan tinggi yang melibatkan masyarakat secara langsung.
Baca juga: Tropenbos Kembangkan Agroforestri Karet dan Kopi Liberika di Kalbar
“Kolaborasi seperti ini bukan sekadar pelatihan, tapi langkah nyata untuk menghidupkan potensi ekonomi desa sekaligus melestarikan alam Merapi,” katanya.
Selain pendampingan produksi, tim UII dan UNJAYA juga memberikan pelatihan desain kemasan dan strategi pemasaran digital agar produk kopi Merapi mampu bersaing di pasar modern.
Program ini diharapkan memperkuat daya saing petani sekaligus menumbuhkan kesadaran akan ekonomi sirkular dan kelestarian lingkungan.
“Harapan kami, kopi Merapi tidak hanya harum di cangkir, tapi juga membawa kesejahteraan bagi petaninya,” tutur Mitsalina Fildzah Arifah dari UNJAYA.
Baca juga: Kemenperin: Produksi 1,4 Juta Ton, Kopi Indonesia Kian Kompetitif
Kolaborasi ini diharapkan menjadi model pengabdian masyarakat berbasis pemberdayaan ekonomi dan lingkungan yang dapat diperluas ke wilayah lain di lereng Merapi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya