KOMPAS.com-Tim peneliti menemukan bahwa luas lahan pertanian global dapat meningkat tiga kali lipat pada tahun 2100 di tengah penurunan populasi pedesaan.
Seperti yang kita ketahui, luas lahan pertanian memainkan peran penting dalam membentuk sistem produksi pangan dan dampak lingkungan. Tetapi, tren global jangka panjangnya masih kurang dipahami.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. Liu Lei dari Institut Geografi dan Limnologi Nanjing, Akademi Ilmu Pengetahuan China pun lantas merekonstruksi dan menganalisis kumpulan data luas lahan pertanian global yang mencakup periode tahun 1970 hingga 2020.
Studi ini pun kemudian mengungkap pergeseran utama dalam luas lahan pertanian dan selanjutnya memproyeksikan tren masa depan.
Baca juga: Lahan Pertanian Mengandung Mikroplastik 23 Kali Lebih Banyak dari Lautan
Melansir Phys, Rabu (22/10/2025) peneliti menemukan bahwa rata-rata luas lahan pertanian global, pertama kali menurun sebesar 15 persen dari tahun 1970 hingga 2000, kemudian meningkat sebesar 14 persen dari tahun 2000 hingga 2020.
Dengan jalur pembangunan moderat di masa depan, luas lahan pertanian diproyeksikan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2100.
"Pendorong utama perluasan ukuran lahan pertanian saat ini dan di masa depan adalah penurunan populasi pedesaan, yang mengurangi jumlah orang yang mengoperasikan lahan pertanian dan menyebabkan konsolidasi lahan," kata Profesor Liu.
Konsolidasi lahan adalah proses di mana lahan pertanian kecil dan terpisah digabungkan menjadi unit properti yang lebih besar dan tunggal.
Hasilnya adalah lahan pertanian yang lebih luas, yang sering kali lebih efisien untuk dioperasikan menggunakan mesin pertanian skala besar.
Namun, tren regional berbeda tajam. Eropa, Amerika Utara, dan Oseania telah melihat pertumbuhan eksponensial dalam ukuran lahan pertanian rata-rata selama beberapa dekade terakhir.
Baca juga: Pertanian Mulai Terbatas, Menteri KP Sebut Pangan Biru Jadi Solusi Global
Sebaliknya, negara-negara seperti India dan negara-negara di Afrika Sub-Sahara mengalami penurunan, didorong oleh tekanan populasi dan kebijakan pertanahan tertentu.
Para peneliti mencatat bahwa perbedaan regional dalam tren ukuran lahan pertanian mencerminkan kondisi struktural dan kelembagaan, termasuk dampak kebijakan.
Sebagai contoh, Undang-Undang Penyesuaian Pertanian AS telah mempercepat konsolidasi lahan, sementara Undang-Undang Batas Lahan India dan Sistem Tanggung Jawab Rumah Tangga China secara historis telah mempertahankan struktur lahan pertanian yang lebih kecil.
Temuan dalam studi ini pun menggarisbawahi implikasi sosial-ekonomi dan lingkungan dari konsolidasi pertanian. Meskipun dapat meningkatkan produktivitas, hal itu juga dapat mengurangi lapangan kerja dan keanekaragaman hayati di pedesaan.
Temuan ini dipublikasikan di Nature Communications.
sumber https://phys.org/news/2025-10-global-average-farm-size-triple.html
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya