JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah lilin dahulu akrab menerangi kegelapan malam di rumah Sadiah selama puluhan tahun. Perempuan berusia 44 tahun itu mengatakan benda tersebut bahkan pernah langka seperti aliran listrik di kampungnya, Desa Seraras, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
Selain lilin, Sadiah dan warga lainnya memanfaatkan genset dari rumah milik ketua Rukun Tetangga (RT) setempat yang hanya dapat diakses terbatas. Mereka harus patungan untuk membeli solar 5-10 liter per malam untuk menghidupkan mesin pembangkit listrik tersebut.
"Sebelum ada listrik, kami orang sini pakai genset. Ada juga yang enggak mampu, itu pakai pelita di rumah, pokoknya belum ada listrik susah sekali," ujar Sadiah kepada Kompas.com, Kamis (23/10/2025).
Listrik yang mengalir sejak pukul 18.00 sampai 22.00 WIB dimanfaatkan untuk penerangan, menyetrika pakaian, dan memompa air dengan mesin. Di sela waktu senggang, Sadiah serta anak perempuannya juga menyalakan televisi demi menonton acara yang ditunggu.
Baca juga: Langkah Hijau PLN, Sulap Tumpukan Sampah Jadi Energi Bersih
Desa yang berada di tepian Sungai Kapuas ini akan kembali gelap gulita ketika genset yang mengalirkan listrik ke satu RT padam. Keheningan di telinga hanya terisi oleh suara jangkrik dan desiran air sungai yang mengalir.
Saat gelap itu, Sadiah dan tetangganya hanya keluar dari rumah seperlunya.
"Setiap malam di sini gelap, apalagi dulu kampung masih sepi enggak kayak sekarang motor mondar-mandir," tutur Sadiah.
Aliran listrik dari PT PLN (Persero) baru hadir menetap di Desa Seraras pada 2014. Mulai saat itu, Sadiah dan warga lainnya tidak lagi menyisihkan uang untuk membeli solar demi menghidupkan genset atau membeli lilin.
Pemasangan listrik, kata Sadiah, dilakukan melalui Koperasi Unit Desa (KUD) yang menaungi para petani kelapa sawit di Seraras. Setiap warga harus harus membayar Rp 4,7 juta per 1 kilowatt hour (kWh) untuk dipasangi meteran oleh PLN.
Kekhawatiran sempat singgah di benaknya karena membayangkan tagihan listrik lebih mahal daripada membeli solar atau lilin. Dahulu dia perlu mengeluarkan uang sekitar Rp 10.000 per hari, sekarang hanya merogoh kocek Rp 150.000 per bulan untuk membeli token listrik.
Senyum semringah kini hadir di wajah Sadiah dan warga Desa Seraras setelah listrik hadir sepenuhnya. Anak-anak bisa belajar lebih lama, sementara ibu-ibu menggunakan peralatan elektronik dengan bebas sesuai kebutuhan.
"Sekarang sudah ada listrik semuanya bisa terkendali, kami mencuci enak, masaknya enak, pokoknya serba praktis sekarang," kata dia.
Baca juga: Dukung Transportasi Rendah Emisi, PLN Gandeng KAI Wujudkan Elektrifikasi Jalur Kereta Api
Meski PLN telah menghadirkan listrik sepenuhnya, Sadiah juga tetap berupaya menghemat token dengan penggunaan barang elektronik secukupnya. Penghematan itu tentunya mengantisipasi pengeluaran bulanan yang berlebih dari kantong pribadinya.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan infrastruktur kelistrikan di 1.285 desa hingga akhir 2025 melalui program Listrik Desa atau Lisdes.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan, pihaknya berkomitmen menuntaskan agenda pemerataan listrik hingga ke wilayah 3T atau terdepan, terluar, dan tertinggal.
“Melalui listrik, perubahan besar dapat terjadi bagi masyarakat, mulai dari peningkatan taraf hidup, pertumbuhan ekonomi desa, hingga pembukaan lapangan kerja baru. PLN siap menjalankan amanat pemerintah untuk menerangi seluruh negeri tanpa terkecuali,” ungkap Darmawan, Jumat (17/10/2025).
Dia mencatat, untuk mengalirkan listrik ke 1.285 desa di tahun ini, PLN akan membangun infrastruktur jaringan tegangan menengah sepanjang 4.770 kilometer sirkuit (kms). Rinciannya, 3.265 kms jaringan tegangan rendah, dan 94.040 kilovolt ampere (kVA) gardu distribusi. Melalui upaya tersebut, diharapkan lebih dari 77.000 keluarga bisa menikmati listrik.
“Ini bukan sekadar angka, tetapi kehidupan yang berubah. Anak-anak bisa belajar malam hari, usaha kecil bisa tumbuh, dan desa jadi lebih sejahtera,” papar Darmawan.
Baca juga: KLH Usul Pemda Tarik Retribusi untuk Kelola Sampah Jadi Energi Listrik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya