KOMPAS.com – Sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Dikutip dari Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Indonesia, biodiversitas Indonesia mencakup 1,3 persen dari permukaan bumi.
Indonesia menjadi rumah bagi 10 persen spesies tumbuhan berbunga, 12 persen spesies mamalia, 16 persen spesies reptil dan amfibi, 17 persen spesies burung, serta 25 persen spesies ikan di dunia. Kekayaan hayati tersebut tak lepas dari keberadaan hutan tropis Indonesia.
Menjaga kekayaan hayati tersebut memerlukan upaya konservasi berbasis sains dan kolaborasi lintas sektor. Untuk itu, International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan APRIL Group mengumumkan kolaborasi strategis berdurasi lima tahun guna memperkuat ilmu konservasi untuk meningkatkan hasil keanekaragaman hayati di Indonesia hingga global.
Melalui kolaborasi tersebut, keahlian ilmiah global IUCN akan bersinergi dengan jangkauan operasional APRIL di Indonesia. Sinergi ini akan memperkuat riset konservasi dan memperluas penerapan perangkat konservasi di lanskap restorasi dan konservasi APRIL, serta peningkatan kapasitas.
Baca juga: Dari Kesehatan hingga Pendidikan, Begini Cara April Group Dukung Kesejahteraan Anak
Fokus utama inisiatif tersebut adalah pengembangan Daftar Merah Ekosistem (Red List of Ecosystems/RLE) IUCN. RLE merupakan salah satu indikator utama kesehatan ekosistem dunia dalam Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal (KM-GBF).
Sebagai informasi, Indonesia saat ini tercatat memiliki 2.699 spesies dalam Red List IUCN per Desember 2024, termasuk harimau Sumatera, badak Jawa, dan orangutan yang berstatus “Critically Endangered” atau sangat terancam punah.
Inisiatif itu akan berkontribusi pada Penilaian Global Lahan Gambut RLE (Global RLE Peatlands Assessment). Penilaian ini bertujuan memperkuat dasar ilmiah konservasi ekosistem gambut, salah satu penyerap karbon terbesar di dunia.
Selain itu, pendekatan baru IUCN yang disebut Rapid, High-Integrity Nature-positive Outcomes (RHINO) juga akan diuji coba di area operasional APRIL. Uji coba ini termasuk di Restorasi Ekosistem Riau (RER), program konservasi dan restorasi seluas 150.693 hektare di Semenanjung Kampar, Sumatra.
Baca juga: Tingkatkan Produktivitas, Ini Inovasi APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Kerja sama itu juga mencakup penilaian dan panduan strategis untuk terus meningkatkan efektivitas program restorasi dan konservasi keanekaragaman hayati APRIL. Pembelajaran dari inisiatif bersama ini diharapkan menjadi rujukan praktis bagi sektor kehutanan dan tata guna lahan yang lebih luas dalam mengukur, memperbaiki, dan melaporkan kemajuan pencapaian target keanekaragaman hayati.
Direktur Jenderal IUCN Dr Grethel Aguilar mengatakan, dunia tengah berpacu dengan waktu untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Setiap langkah yang kita ambil harus dipandu oleh sains,” ujarnya dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (13/10/2025).
Menurut Aguilar, berkolaborasi dengan APRIL memungkinkan IUCN memperluas penerapan Red List of Ecosystems dan menguji pendekatan baru seperti RHINO dalam konteks nyata di lapangan.
Baca juga: Menilik Dampak Investasi APRIL Group di Pangkalan Kerinci
“Dengan menggabungkan keahlian ilmiah IUCN dan jangkauan operasional APRIL di Indonesia, kami dapat mengubah data menjadi aksi nyata dan menciptakan model berkelanjutan tentang bagaimana sektor bisnis dan konservasi dapat bekerja sama untuk mencapai target keanekaragaman hayati global,” kata Aguilar.
Sementara itu, Managing Director RGE dan anggota Executive Committee APRIL Anderson Tanoto menegaskan, konservasi bagi perusahaannya berarti tindakan nyata. Dunia usaha kini dituntut untuk tidak hanya membuat komitmen, tetapi juga menunjukkan hasil yang kredibel, praktis, dan terukur di lapangan.
“Kolaborasi dengan IUCN akan memperkuat pendekatan berbasis sains dalam pengelolaan lanskap, konservasi, dan restorasi yang dilakukan oleh APRIL, serta mempercepat pencapaian komitmen APRIL2030,” ujar Anderson.
Dengan menggabungkan ilmu pengetahuan global dan aksi lokal, ia menambahkan, kerja sama tersebut diharapkan dapat memperluas keterlibatan ahli dan pemangku kepentingan untuk mencapai hasil keanekaragaman hayati yang lebih bermakna.
Kolaborasi antara IUCN dan APRIL menjadi contoh nyata kontribusi dalam mendukung implementasi Kerangka Keanekaragaman Hayati Global melalui penguatan ketahanan ekosistem, peningkatan partisipasi masyarakat, dan pengembangan ilmu konservasi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya