JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai menggelar Operasi Modifikasi Cuaca atau OMC di beberapa wilayah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan, OMC bertujuan mengatasi hujan ekstrem yang dapat memicu banjir serta tanah longsor. BMKG mencatat, saat ini Indonesia telah memasuki puncak musim hujan.
"(OMC) yang sudah dilaksanakan adalah di wilayah Jawa Barat, DKI, dan Jawa Tengah, serta DIY. Di Jawa Tengah operasi dilakukan sejak 25 Oktober dan masih berlanjut hingga awal November, dengan pelaksanaan posko di Semarang dan Solo," ujar Dwikorita dalam konferensi pers, Sabtu (1/11/2025).
Hingga kini, telah dilakukan 41 sorti penerbangan menggunakan dua pesawat Cessna Caravan untuk menyebarkan dan meredistribusi awan hujan di wilayah target. Dwikorita menjelaskan, nantinya awan hujan yang cenderung mengumpul pada suatu titik akan tersebar agar turunnya lebih merata.
Baca juga: BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Di Jawa Barat, OMC dilakukan lebih awal, yakni sejak 23 Oktober hingga 3 November 2025 dengan posko utama di Jakarta.
"Sebanyak 29 sorti penerbangan telah dilakukan menggunakan satu pesawat Cessna Caravan dan menunjukkan hasil pengurangan curah hujan di wilayah secara cukup signifikan. Kami juga memohon adanya kolaborasi yang lebih erat," tutur dia.
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan. Daerah yang perlu waspada antara lain Aceh, Sumatera bagian selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua.
Sementara itu, beberapa daerah diminta untuk meningkatkan kewaspadaan atau siaga karena berpotensi mengalami hujan lebat hingga ekstrem, terutama di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Papua, Maluku Utara, dan sebagian wilayah Sulawesi.
Cuaca ekstrem dipengaruhi dinamika atmosfer pada skala global, regional, dan lokal yang saling berinteraksi. Selain itu, karena aktivitas madden-julian oscillation (MJO), gelombang rossby ekuator, dan gelombang kelvin yang melintas di wilayah Indonesia.
Baca juga: Laporan WMO: Sumber Air Dunia Terancam, Kekeringan dan Banjir Kian Parah
Dinamika atmosfer di Samudra Hindia dan Pasifik yang ditandai dengan nilai negatif pada indian ocean dipole (IOD) serta nilai positif pada southern oscillation index (SOI) turut mendukung pembentukan awan hujan.
Nilai IOD negatif dan SOI positif menunjukkan adanya pemanasan perairan di Samudra Hindia barat Sumatera dan Samudra Pasifik bagian barat sehingga meningkatkan suplai uap air dan potensi hujan.
"BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan bahkan kesiapsiagaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, longsor. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan terdampak," ucap Dwikorita.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya