KOMPAS.com - Brasil secara resmi meluncurkan inisiatif andalannya di COP30, disebut Tropical Forest Forever Fund(TFFF).
Sesuai namanya, TFFF merupakan inisiatif pendanaan konservasi hutan tropis yang digagas Brasil untuk membiayai pelestarian hutan yang masih ada.
Norwegia menjadi penyumbang dana awal terbesar dengan komitmen sebesar 3 miliar dolar AS selama 10 tahun.
China juga memberikan janji dukungan yang belum terkuantifikasi alias jumlah dana spesifik untuk mendanai inisiatif tersebut belum ditetapkan.
Terlepas dari penyumbang dana, inisiatif ini memiliki target penggalangan yang lebih besar yakni mengumpulkan total 125 miliar dolar AS untuk melindungi hutan tropis.
Baca juga: Peran Vital Hewan, Bantu Hutan Tropis Serap Lebih Banyak Karbon
Lebih dari 70 negara berkembang yang memiliki lebih dari 1 miliar hektar hutan tropis dan subtropis berpotensi menjadi penerima manfaat dari fasilitas ini. Negara-negara ini mencakup wilayah Amazon, Kongo, dan Mekong, serta banyak wilayah lainnya.
Melansir Carbon Brief, Rabu (5/11/2025), agar terpilih sebagai penerima manfaat, negara-negara tersebut akan membutuhkan sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan harus berkomitmen untuk mengalokasikan 20 persen dana kepada masyarakat adat dan komunitas tradisional, menurut rancangan aturan tersebut.
Negara-negara ini harus memiliki tingkat deforestasi, yang dirata-ratakan selama tiga tahun sebelumnya tidak lebih dari 0,5 persen dari total luas hutan mereka, dengan kawasan hutan yang masih berdiri memiliki tutupan tajuk minimal 20-30 persen di setiap hektar agar memenuhi syarat untuk menerima pembayaran.
Indonesia sendiri menjadi salah satu penerima potensial dana, bersama Brasil, Kolombia, Ghana, Malaysia, dan juga Republik Demokratik Kongo. Negara-negara ini diketahui membentuk komite pengarah sementara untuk membentuk pengembangan TFF.
Kendati demikian pemerintah nasional masing-masing penerima manfaat dari skema ini akan bebas menentukan bagaimana dan di mana dana yang dihasilkan akan didistribusikan.
Lantas bagaimana cara kerjanya?
TFFF dan manajer asetnya kemudian menginvestasikan modal 125 miliar dolar AS ini ke dalam portofolio investasi campuran, termasuk obligasi pasar publik dan korporasi, tetapi tidak termasuk obligasi yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan.
Pendapatan dari investasi ini selanjutnya akan digunakan untuk membayar investor terlebih dahulu, kemudian bunga kepada negara-negara donor, dan terakhir, untuk membayar negara-negara yang berpartisipasi dalam pengelolaan hutan. Pembayaran kepada negara-negara yang berpartisipasi akan berjumlah sekitar 4 dolar AS per hektar hutan yang masih berdiri.
João Paulo de Resende, Wakil Menteri Keuangan untuk Urusan Fiskal dan Ekonomi Brasil mengatakan menurut perhitungannya, 6 juta hektar hutan tropis hilang setiap tahun, yang setara dengan 1,8 miliar ton karbon dioksida.
Baca juga: Studi: Hutan Tropis Terbelah-belah, Biodiversitas Semakin Terancam
"Jika TFFF bertanggung jawab atas pengurangan deforestasi sebesar 20 persen, maka kami akan mengembalikan uangnya dalam satu tahun. Risikonya kecil dengan imbal hasil yang sangat besar. Tidak ada manfaat biaya yang lebih baik daripada ini di mana pun di dunia," katanya dikutip dari Guardian, Kamis (6/11/2025).
Akan tetapi, inisiatif ini pun juga tak luput dari kritikan. Liane Schalatek, pakar keuangan iklim dan direktur asosiasi lembaga pemikir kebijakan Jerman Heinrich-Böll-Stiftung di Washington menyebut adanya prioritas yang tidak seimbang dalam pengelolaan dana.
Menurutnya, prioritas pertama inisiatif ini adalah memastikan pengembalian keuntungan kepada investor terlebih dahulu. Lalu prioritas setelahnya baru memberikan kompensasi kepada negara karena melestarikan hutan tropis.
"Bagi saya, fokusnya tampaknya adalah pada uang dan belum tentu pada hasilnya. Ini sungguh mengkhawatirkan bagi keberhasilan perlindungan iklim dan hutan dalam jangak panjang," papar Schalatek.
Baca juga: Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya