KOMPAS.com - Studi yang dipublikasi oleh lembaga pemikir Center for Global Development (CGD) menunjukkan dua lusin negara terkaya di dunia, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, mengurangi dukungan dan pendanaan mereka untuk program-program yang bertujuan membantu pembangunan negara-negara miskin.
Studi yang dipublikasikan setiap dua tahun ini mengungkap negara-negara tersebut memangkas anggaran bantuan dan menyalurkan uang tunai melalui pemberi pinjaman multilateral.
CDG menggunakan Indeks Komitmen terhadap Pembangunan untuk mengukur komitmen negara kaya terhadap pembangunan global.
Indeks kemudian memberi peringkat seberapa baik 38 negara kaya mendukung pembangunan global di berbagai sektor dan mengukur dampak nyata kebijakan mereka terhadap negara-negara miskin dalam hal pendanaan pembangunan, investasi, migrasi, perdagangan, lingkungan dan kesehatan, serta keamanan dan teknologi.
Negara-negara Eropa Utara seperti Swedia, Jerman, Norwegia, dan Finlandia tetap menjadi pemimpin global dalam hal komitmen mereka terhadap pembangunan negara-negara miskin.
Britania Raya naik dua peringkat menjadi nomor 5 dalam pemeringkatan terbaru. Namun keputusan pemerintah untuk memotong bantuan secara besar-besaran sebesar 40 persen, diperkirakan akan membuat negara tersebut kembali merosot dalam indeks di masa depan.
Sementara itu, melansir Reuters, Kamis (20/11/2025) Amerika Serikat turun dua peringkat menjadi nomor 28 dalam pemeringkatan pada laporan terbaru ini.
Namun, ini belum mencerminkan pemotongan bantuan miliaran dolar yang diumumkan sejak Donald Trump menjadi presiden.
“Perubahan yang dilakukan pemerintahan Trump sangat signifikan,” kata Ian Mitchell, seorang peneliti kebijakan senior di CGD, yang memprediksi penurunan lebih lanjut.
Trump memangkas anggaran bantuan luar negeri AS dan menutup USAID awal tahun ini. Bantuan dan pembiayaan pembangunan telah dipotong oleh banyak negara maju demi belanja pertahanan.
Lebih lanjut, laporan juga mengungkapkan lebih dari tiga perempat negara mengurangi emisi mereka antara tahun 2019-2023, meski peningkatan emisi di China telah meningkatkan tingkat emisi secara keseluruhan.
"Meskipun beberapa negara mengalami perbaikan dalam hal migrasi atau lingkungan, secara keseluruhan trennya justru menurun dengan meningkatnya ekspor senjata, hambatan perdagangan, dan subsidi bahan bakar fosil," kata CGD.
Baca juga: Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya