Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar

Kompas.com, 6 Desember 2025, 18:33 WIB
Manda Firmansyah,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siklon tropis mulai diklasifikasikan sebagai "senyar", Rabu (26/11/2025), di perairan timur Kabupaten Aceh Timur. Mulanya, bibit siklon tropis ini terdeteksi berkembang di Selat Malaka, Jumat (21/11/2025).

Aceh dan Sumatera Utara relatif dekat dengan lokasi awal terbentuknya bibit siklon. Namun, mengapa Sumatera Barat yang relatif jauh turut terdampak siklon tropis senyar?

Baca juga: 

Mengapa Sumatera Barat ikut terdampak siklon tropis senyar?

Foto udara sampah dari kayu gelondongan yang hanyut di danau Singkarak di Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). Menteri LH Panggil 8 Perusahaan Imbas Gelondongan Kayu di Banjir SumateraANTARA FOTO/Wawan Kurniawan/Lmo/nz Foto udara sampah dari kayu gelondongan yang hanyut di danau Singkarak di Nagari Muaro Pingai, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (30/11/2025). Menteri LH Panggil 8 Perusahaan Imbas Gelondongan Kayu di Banjir Sumatera

Siklon tropis senyar, yang berputar dan membawa angin, akan terkonvergensi saat gerakannya melambat. Awan hujan terbentuk selama proses konvergensi dan meningkatkan kerentanan daerah dari sisi datangnya angin itu.

Angin dan besarnya putaran siklon tropis Ssnyar mengakibatkan sisi sebelah barat Sumatera ikut diguyur hujan.

"Ada pegunungan Bukit Barisan yang memisahkan, (sehingga) cenderung lebih basah di sebelah barat daripada sebelah timur, seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Jadi, ini seperti efek orografi," ujar Menurut Dosen Program Studi Meteorologi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Rais Abdillah dalam webinar, Minggu (30/11/2025).

Dari segi faktor klimatologi, siklon tropis memang cenderung mudah terjadi pada bulan November. Namun, ada pula anomali lain yang turut menginisiasi siklon yaitu suhu muka laut (sea surface temperature/SST) dan coriolis.

Baca juga: KLH Telusuri Sumber Gelondongan Kayu yang Terbawa Banjir Sumatera

Lokasi Indonesia mendukung pembentukan siklon tropis

Kondisi sebagian permukiman warga di Nagari Salareh Aia Timur, Palembayan, Agam, Sumatera Barat pada Jumat (5/12/2025) masih porak poranda. Sejumlah rumah di Jorong Subarang Aia bahkan hilang tersapu banjir bandang dan tertimbun lumpur.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Kondisi sebagian permukiman warga di Nagari Salareh Aia Timur, Palembayan, Agam, Sumatera Barat pada Jumat (5/12/2025) masih porak poranda. Sejumlah rumah di Jorong Subarang Aia bahkan hilang tersapu banjir bandang dan tertimbun lumpur.

Indonesia terletak di "kolam panas" yang mendukung terbentuknya siklon tropis. Kenaikan suhu muka laut menjadi bahan bakar utama perkembangan siklon tropis.

Imbasnya, suhu muka laut yang bertambah panas akan mensuplai uap air lebih banyak dan udara menjadi semakin tidak stabil.

"Kalau dilihat, di ekuator paling panas sebenarnya Indonesia ya. Tapi, di ekuator tuh sangat sedikit siklonnya. Jadi, memang itu butuh gaya coriolis dan ini sebanding dengan letak lintang," tutur Rais.

Di sisi lain, kejadian siklon sering terjadi pada bulan September, Oktober, dan November, bertepatan dengan transisi pergeseran pita hujan. Hal ini dipengaruhi posisi matahari, dengan dominasi di selatan pada Desember-Januari dan di utara pada Juni-Agustus.

Kondisi ini membuat wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, serta Malaysia, rentan terhadap pembentukan awan konvektif dan hujan.

"Jadi memang, secara iklim, secara pola musiman itu sangat favorable ya, ditambah dengan adanya La Nina yang walaupun relatif lemah, itu akan mendukung tentunya suplai uap air berlebih dan lebih hangat juga di daerah Indonesia, walaupun tidak terlalu signifikan anomali SST-nya," ucapnya.

Baca juga: Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit

Siklon tropis di Sumatera Barat dan dampak krisis iklim

Kondisi di sepanjang jalan utama Jorong Kayu Pasak, Nagari Salareh Aia Induk, Palembayan, Agam, Sumatara Barat pada Sabtu (6/12/2025) siang. Sepanjang mata memandang, terlihat hanya kehancuran. Bangunan roboh terhantam banjir bandang dan tertimbun lumpur. Mobil tersapu dan menghantam rumah.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Kondisi di sepanjang jalan utama Jorong Kayu Pasak, Nagari Salareh Aia Induk, Palembayan, Agam, Sumatara Barat pada Sabtu (6/12/2025) siang. Sepanjang mata memandang, terlihat hanya kehancuran. Bangunan roboh terhantam banjir bandang dan tertimbun lumpur. Mobil tersapu dan menghantam rumah.

Intensitas putaran atau vortisitas siklon tropis dapat dipengaruhi konvergensi dan pergerakan angin. Konvergensi kuat, seperti yang terjadi pada aktivitas konvektif, bisa memicu rotasi lebih cepat dan mengamplifikasi kejadian siklon tropis.

Ia menduga krisis iklim menjadi biang kerok peningkatan vortisitas siklon tropis pada masa depan.

"Tapi ya, ini menjadi alarm, karena Senyar pun ternyata vortisitasnya lumayan jauh lebih tinggi dari analisis ini (analisis historis siklon tropis)," ujar Rais.

Sebelumnya, perwakilan WALHI Sumatera Barat, Andre Bustamar menyebut, banjir bandang melanda 34 titik di 13 kabupaten/kota di Sumatera Barat selama periode Rabu (26/11/2025) sampai Sabtu (29/11/2025).

Kota Padang, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Padang Pariaman menjadi daerah paling terdampak.

Dalam setahun terakhir, sekitar 720.000 hektar hutan di Sumbar dibabat, dengan 34.000 hektar di antaranya berada di dalam daerah aliran sungai (DAS) Kuranji, DAS Aia Dingin, dam DAS Arau.

Penebangan hutan secara ilegal di ketiga DAS tersebut memperparah dampak banjir bandang di Kota Padang.

"Jadi, saat pemerintah mengatakan bahwa itu bukan karena ada penebangan ilegal dan segala macamnya, masyarakat sudah bisa melihat sendiri bagaimana di tepian pantai sekarang sudah ada kayu yang sangat banyak, itu. Yang tidak bisa dibantah bahwa itu adalah hasil penebangan karena tebangannya bersih dan hasil gergaji mesin," tutur Andre dalam webinar, Senin (1/12/2025).

Baca juga:

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau