Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..

Kompas.com, 8 Desember 2025, 19:05 WIB
Manda Firmansyah,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir seluruh bagian sorgum (Sorghum bicolor) bisa dimanfaatkan. Nira batang sorgum, misalnya, tinggi gula sehingga bisa jadi bahan baku bioetanol.

Biji sorgum bisa dimanfaatkan untuk bahan pangan pengganti beras atau terigu yang bebas gulten, sedangkan ampas batang sorgum dan daunnya bisa digunakan sebagai pakan ternak atau biomassa.

Baca juga: 

Dari segi potensi persaingan kepentingan antara pangan dengan energi atau bioetanol, potensi sorgum disebut lebih bagus dibanding tebu dan singkong. Kepentingan bioetanol dari tebu bersaing dengan kebutuhan pangan, seperti gula.

Bahkan, kepentingan bioetanol dari singkong harus berbagai produk pangan turunannya, khususnya tapioka.

"Sorgum itu hampir tidak ada persaingan, kecuali nanti kalau pangan kita kurang," ujar peneliti dari Pusat Studi Energi UGM, Irham di Jakarta, Senin (8/12/2025).

Potensi sorgum bisa diarahkan untuk bioetanol dan biomassa

Bulir sorgum. Dari segi persaingan kepentingan antara pangan dengan bioetanol, potensi sorgum cukup bagus. Namun, masih ada kesenjangan pengetahuan tentang sorgum.KOMPAS.com/HERU DAHNUR Bulir sorgum. Dari segi persaingan kepentingan antara pangan dengan bioetanol, potensi sorgum cukup bagus. Namun, masih ada kesenjangan pengetahuan tentang sorgum.

Ketika ketersediaan pangan di Indonesia terjaga, potensi sorgum dapat diarahkan untuk bioetanol. Dari nira batang sorgum dapat menghasilkan sekitar 2.300 liter etanol/hektar per musim tanam, sedangkan dari biji sorgum sekitar 1.800 liter etanol/hektar per musim tanam.

Beberapa penelitian menunjukkan potensi hasil etanol dari sorgum manis per hektar sebenarnya bisa lebih banyak, tergantung varietasnya.

Misalnya, varietas unggul bioguma (agritan) bisa menghasilkan 2.000-4.000 liter etanol/hektar dengan kadar gula kurang dari 15,5 persen, termasuk potensi biomassa mencapai 46-50 ton/hektar.

"Pangan kita sebenarnya sudah oke maka sorgum bisa kita konsentrasikan ke bioetanol, sorgum manis itu konversi ke bioetanol besar itu. Sorgum ini kan bisa dipakai untuk pangan juga dan nanti bio product-nya bisa untuk pakan ternak. Jadi, ternak dapat, manusianya dapat, bioetanol, energinya dapat," jelas Irham.

Biji sorgum dapat diolah menjadi tepung dan beras untuk makanan pokok. Sebagai pangan alternatif, biji sorgum bisa menggantikan gandum dan beras untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan nasional.

Selain itu, bagase atau ampas batang sorgum setelah diperas dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi, kambing, dan unggas. Limbah terbesar dari pengelolaan sorgum tersebut kaya serat dan sangat potensial untuk mendukung ketahanan pakan nasional.

Limbah dari pengelolaan sorgum juga bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik atau biomassa. Limbah sorgum yang dikembalikan ke lahan pertanian dapat menutup siklus hara dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Baca juga: 

Kesenjangan pengetahuan tentang sorgum masih ada

Batang sorgum yang baru dipanen di Bangka Belitung. Dari segi persaingan kepentingan antara pangan dengan bioetanol, potensi sorgum cukup bagus. Namun, masih ada kesenjangan pengetahuan tentang sorgum.KOMPAS.com/HERU DAHNUR Batang sorgum yang baru dipanen di Bangka Belitung. Dari segi persaingan kepentingan antara pangan dengan bioetanol, potensi sorgum cukup bagus. Namun, masih ada kesenjangan pengetahuan tentang sorgum.

Di sisi lain, tanaman sorgum lebih toleran terhadap kekeringan dan lahan kritis, seperti tanah masam atau salinitas, dibandingkan komoditas utama seperti padi atau jagung.

Dengan demikian, penanaman sorgum memungkinkan dengan pemanfaatan lahan-lahan tidur yang kurang produktif.

Sorgum memiliki siklus panen yang relatif pendek atau sektiar tiga sampai bulan. Sorgum juga mampu ratoon atau tumbuh kembali setelah panen tanpa menanam ulang dua sampai tiga kali, dengan memastikan ketersediaan bahan baku yang kontinu bagi industri.

Sinergi dari hulu ke hilir dalam mengoptimalkan potensi sorgum dapat meningkatkan produktivitas bahan baku etanol, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan pakan ternak. Sinergi tersebut juga berpotensi meningkatkan pendapatan petani.

Namun, kesenjangan pengetahuan petani dalam mengoptimalkan budi daya dan pemanfaatan potensi sorgum lebih parah daripada tanaman lain, seperti singkong dan tebu.

"Kenapa, karena petani tidak pernah di-upgrade, kalau tidak pernah di-upgrade ya susah, gap knowledge (kesenjangan pengetahuan) di tebu dan singkong besar, apalagi di sorgum, karena petani sudah berhenti puluhan tahun, petani masih menanam pada 1970-1980-an masih marak, karena (saat itu masih menjadi) produk alternatif pangan yang bisa menggantikan beras," jelasnya. 

Baca juga:

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Menteri LH Sebut Gelondongan Kayu Terseret Banjir Sumatera Bisa Dimanfaatkan
Pemerintah
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
Bioetanol dari Sorgum Disebut Lebih Unggul dari Tebu dan Singkong, tapi..
LSM/Figur
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Asia Tenggara Catat Kenaikan 73 Persen pada Hasil Obligasi ESG
Pemerintah
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
4 Penambang Batu Bara Ilegal di Teluk Adang Kalimantan Ditangkap, Alat Berat Disita
Pemerintah
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Drone Berperan untuk Pantau Gajah Liar Tanpa Ganggu Habitatnya
Swasta
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
6 Kukang Sumatera Dilepasliar di Lampung Tengah
Pemerintah
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
RI dan UE Gelar Kampanye Bersama Lawan Kekerasan Digital terhadap Perempuan dan Anak
Pemerintah
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
UNCTAD Peringatkan Sistem Perdagangan Dunia Rentan Terhadap Risiko Iklim
Pemerintah
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Tak Perbaiki Tata Kelola Sampah, 87 Kabupaten Kota Terancam Pidana
Pemerintah
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Bencana di Sumatera, Menteri LH Akui Tak Bisa Rutin Pantau Jutaan Unit Usaha
Pemerintah
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
DP World: Rantai Pasok Wajib Berubah untuk Akhiri Krisis Limbah Makanan
LSM/Figur
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
KLH Periksa 8 Perusahaan terkait Banjir Sumatera, Operasional 4 Perusahaan Dihentikan
Pemerintah
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
TN Way Kambas Sambut Kelahiran Bayi Gajah Betina, Berat 64 Kilogram
LSM/Figur
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Menteri LH Sebut Kayu Banjir Bukan dari Hulu Batang Toru
Pemerintah
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
TPA Suwung Bali Ditutup 23 Desember 2025, Ini Alasannya
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau