Setelah semua pohon dari hutan alam ditebang, lahannya dialihfungsikan sebagai HTI. Menurut Arie, fungsi HTI dengan hutan alam sangat berbeda. Pohon-pohon di HTI ditanam dengan tujuan komersial. Misalnya, pohon Eucalyptus untuk bahan baku utama industri pulp dan kertas.
Pohon-pohon dari HTI wajib diberi barcode SVLK untuk menjamin asal-usul lokasi penebangannya dan memerangi praktik ilegal logging.
Asal usul kayu gelondongan di bibir Pantai Tanjung Setia, Kabupaten Pesisir Barat, dapat ditelusuri dari mengecek barcode SVLK-nya. Kayu gelondongan saat ini sudah tidak bisa diekspor langsung ke negara lain. Jadi, kayu gelondongan sekarang harus diolah terlebih dahulu di dalam negeri sebelum diekspor.
"Tapi, bisa jadi itu permainan ya, ilegal itu bisa dilegalkan. Nanti, mereka tinggal tempel saja barcode-nya, karena kayunya ada dimana, nebangnya ada dimana, jadi ada praktik pencucian kayu disitu," ucapnya.
Untuk menghadapi krisis iklim di masa depan, kata dia, pemerintah Indonesia perlu menghentikan perluasan area penebangan pohon-pohon di hutan alam. Selain itu, pemerintah Indonesia juga perlu memastikan fungsi hutan dalam DAS terintegrasi dan berbasis fungsi ekologis.
Jadi, perbaikan hutan dalam DAS harus berdasarkan tata ruang pada tingkat pulau, bukan di level provinsi. Agar dari hulu ke hilir terintegrasi, tata ruang pulau untuk hutan dalam DAS perlu dibuat berbasis fungsi ekologis, sebelum diturunkan menjadi tata ruang di tingkat daerah.
Baca juga: Viral Kayu Gelondongan Hanyut Saat Banjir, Kemenhut Telusuri Asalnya
"Walaupun di daerah Aceh misalnya ditetapkan sebagai hutan lindung, tetapi di hulunya di Sumatera Utara dibuka, itu tidak menjawab persoalan. Perlu ada integrasi DAS dan D3TLH ke dalam kebijakan rencana tata ruang, tetapi juga di tingkat nasional perlu memastikan untuk menghentikan mengeluarkan izin-izin baru dan memulihkan DAS-DAS yang sudah rusak," ujar Arie.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya