Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik

Kompas.com, 13 Desember 2025, 17:06 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Habitat beruang kutub diketahui makin terdesak akibat perubahan iklim, spesies ini pun harus bertahan hidup di tengah lingkungan yang terus berubah akibat krisis iklim.

Dua pertiga dari mereka bahkan diperkirakan akan punah pada tahun 2050 karena habitat es mereka mencair dan cuaca menjadi lebih panas.

Namun, sebuah studi baru oleh Universitas East Anglia di Inggris menemukan sebagian kecil beruang di bagian tenggara Greenland mengubah DNA mereka untuk bertahan hidup saat habitat mereka memanas.

Studi ini menganalisis sampel darah yang diambil dari beruang kutub di dua wilayah Greenland, yakni di timur laut dan tenggara, untuk membandingkan aktivitas yang disebut 'gen lompat'. Itu merupakan potongan kecil genom yang dapat memengaruhi cara kerja gen lain.

Para ilmuwan melihat gen tersebut dalam kaitannya dengan suhu di kedua wilayah dan perubahan ekspresi gen yang terkait.

Baca juga: Studi: Sejumlah Kecil Plastik Mematikan Bagi Hewan Laut

Melansir Guardian, Jumat (12/12/2025) peneliti menemukan bahwa beberapa gen yang terkait dengan stres panas, penuaan, dan metabolisme berperilaku berbeda pada beruang kutub yang hidup di Greenland tenggara, menunjukkan bahwa mereka mungkin sedang menyesuaikan diri dengan kondisi yang lebih hangat.

“DNA adalah buku petunjuk di dalam setiap sel, yang memandu bagaimana suatu organisme tumbuh dan berkembang,” kata peneliti utama, Dr. Alice Godden.

“Dengan membandingkan gen aktif beruang ini dengan data iklim lokal, kami menemukan bahwa kenaikan suhu tampaknya mendorong peningkatan dramatis dalam aktivitas gen lompat di dalam DNA beruang Greenland tenggara,” tambahnya.

Menurut perubahan genetik tersebut dipengaruhi adanya evolusi iklim dan pola makan lokal sebagai akibat dari perubahan habitat dan mangsa yang dipicu oleh pemanasan global.

Para penulis studi tersebut mengatakan bahwa perubahan ini dapat membantu  memahami bagaimana beruang kutub dapat bertahan hidup di dunia yang memanas, memberikan pemahaman tentang populasi mana yang paling berisiko, dan memandu upaya konservasi di masa depan.

"Temuan ini penting karena menunjukkan untuk pertama kalinya, bahwa sekelompok beruang menggunakan kemampuannya untuk menulis ulang DNA, mekanisme bertahan hidup melawan pencairan es laut," ungkap Godden lagi.

Baca juga: Retno Marsudi: Jumlah Spesies Hewan dan Tumbuhan Danau Turun 85 Persen

Urutan DNA pada hewan berubah seiring waktu, tetapi proses ini dapat dipercepat oleh tekanan lingkungan seperti iklim yang memanas dengan cepat.

Sebagai informasi suhu di timur laut Greenland lebih dingin dan kurang bervariasi, sementara di tenggara terdapat lingkungan yang jauh lebih hangat dan kurang dingin, dengan fluktuasi suhu yang tajam.

Langkah selanjutnya adalah meneliti populasi beruang kutub lainnya, yang berjumlah 20 di seluruh dunia, untuk melihat apakah perubahan serupa terjadi pada DNA mereka.

Penelitian ini dapat membantu melindungi beruang kutub dari kepunahan. Namun para ilmuwan mengatakan sangat penting untuk menghentikan percepatan kenaikan suhu dengan mengurangi pembakaran bahan bakar fosil.

"Kita tidak boleh berpuas diri. Kita masih perlu melakukan segala yang kita bisa untuk mengurangi emisi karbon global dan memperlambat kenaikan suhu," pungkas Godden.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau