Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?

Kompas.com, 15 Desember 2025, 10:35 WIB
Manda Firmansyah,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Keuntungan kemitraan satu atap

Saat ini, PT SKM sudah menyediakan lebih dari 20 persen luas hak guna usaha (HGU)-nya untuk perkebunan plasma bagi petani rakyat.

Dengan kemitraan satu atap, lahan perkebunan plasma petani sawit rakyat dikelola tenaga kerja profesional dengan menajemen budi daya PT SKM, yang menerapkan praktik pengelolaan terbaiknya (best management practices) secara konsisten.

Kesamaan perlakuan disebut akan menyebabkan kualitas dan kuantitas hasil panen petani sawit rakyat akan serupa dengan perkebunan inti atau milik PT SKM. Misalnya, memakai bibit dari varietas unggul, yang memungkinkan petani sawit rakyat bisa merasakan keuntungan lebih banyak selama 25 tahun ke depan sesuai siklus replanting.

Kemitraan satu atap juga memungkinkan petani sawit rakyat mengatasi berbagai kendala lain terkait keterbatasan modal, seperti kebutuhan pupuk, sampai infrastruktur pengelolaan dan pemasaran. Apalagi, biaya pembukaan lahan dapat mencapai Rp 60 juta per hektar.

"Sejak (penanaman kelapa sawit pada) 2017, beberapa tahun setelahnya produksinya itu (sebesar) 14 ton (pada 2022). Mungkin, kalau digarap sendiri oleh petani, bisa jadi hanya 40-50 persen saja (dari hasil tersebut)," ujar Syahrial.

Dalam model kemitraan ini, petani sawit rakyat disebut hanya terima "beres". Bahkan, petani sawit rakyat disebut bisa memperoleh penghasilan tambahan dengan menjadi tenaga kerja PT SKM, dengan syarat mengikuti prosedur operasional (SOP) perusahaan dalam mengelola perkebunan plasma.

Baca juga: Ada Penumpang Gelap di Balik Kebun Sawit yang Kepung Taman Nasional Tesso Nilo

TAP untuk Negeri

Estate Manager PT SKM, Syahrial Purba mengatakan, tanaman penutup tanah atau legume cover crop (LCC) dapat mengurangi penggunaan herbisida karena menekan pertumbuhan gulma. LCC juga melindungi tanah dari penyinaran langsung sinar matahari lebih dari 80 persen. Saat tanaman kelapa sawit sudah berusia lebih dari 5 tahun, pelepah kelapa sawit akan menutupi sinar matahari dan LCC akan mati membusuk menjadi pupuk organik.  Selain itu, LCC dipakai kebun plasma PT SKM untuk menjaga kelembaban tanah, melindungi tanah air hujan secara langsung, mengurangi aliran permukaan, serta meningkatkan kesuburan tanah.Kompas.com/Manda Firmansyah Estate Manager PT SKM, Syahrial Purba mengatakan, tanaman penutup tanah atau legume cover crop (LCC) dapat mengurangi penggunaan herbisida karena menekan pertumbuhan gulma. LCC juga melindungi tanah dari penyinaran langsung sinar matahari lebih dari 80 persen. Saat tanaman kelapa sawit sudah berusia lebih dari 5 tahun, pelepah kelapa sawit akan menutupi sinar matahari dan LCC akan mati membusuk menjadi pupuk organik. Selain itu, LCC dipakai kebun plasma PT SKM untuk menjaga kelembaban tanah, melindungi tanah air hujan secara langsung, mengurangi aliran permukaan, serta meningkatkan kesuburan tanah.

Selain pengelolaan area bernilai konservasi tinggi (HCV), melalui program TAP untuk Negeri juga mendukung kelompok tani peduli api (KTPA). PT SKM berupaya mengatasi permasalahan petani sawit rakyat yang membuka lahan dengan cara dibakar.

PT SKM perlu memitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan mengajak masyarakat dari desa-desa setempat untuk menghindari kebiasaan tersebut.

"Karena api dari lahan petani dapat menjalar pula ke perkebunan perusahaan sehingga di desa-desa didorong untuk memiliki 'pemadam kebakaran'," ucapnya.

PT SKM melatih dan menyediaan sarana prasaran untuk mendukung program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). PT SKM akan memberikan uang tunai senilai puluhan juta per desa untuk DMPA yang tidak ada pembakaran (zero fire).

Misalnya, PT SKM telah menyerahkan Rp 50 juta kepada dua desa pada 2024 lalu, yang dananya dimasukkan ke bumdes (badan usaha milik desa) agar bisa memutarkan perekonomian lokal. Salah satunya, dana tersebut digunakan untuk membuat peternakan ayam.

TAP untuk Negeri juga memilki program lain yang bergera di bidang pendidikan, kesehatan, konservasi, sampai sosial-ekonomi.

Baca juga: Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Pemerintah
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Swasta
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Pemerintah
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
89 Persen Masyarakat Indonesia Dukung EBT untuk Listrik Menurut Studi Terbaru
Pemerintah
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
Teluk Saleh NTB jadi Habitat Hiu Paus Melahirkan dan Melakukan Pengasuhan
LSM/Figur
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem
Pemerintah
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Hadapi Puncak Musim Hujan, BMKG Siapkan Operasi Modifikasi Cuaca
Pemerintah
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
Riset CELIOS Sebut Kasus Keracunan MBG Bisa Capai 22.000 pada 2026 Jika Tak Diperbaiki
LSM/Figur
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
Penumpang Pesawat Berisiko Terpapar Partikel Ultrahalus Berbahaya
LSM/Figur
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Ratusan Gelondongan Kayu Ilegal Diangkut dari Hutan Tapanuli Selatan
Pemerintah
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau