Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Siklon Bergerak Lintasi Indonesia, Bakal Picu Cuaca Ekstrem

Kompas.com, 16 Desember 2025, 12:35 WIB
Zintan Prihatini,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathanah mengatakan, ada tiga yang siklon saat ini bergerak melintasi Indonesia dan bisa memengaruhi kondisi cuaca. Siklon tropis bakung terpantau berkembang di barat daya Lampung dengan peningkatan level dari kategori satu menjadi kategori dua.

BMKG lantas berkoordinasi dengan Australia, Jepang, dan India untuk menentukan prediksi dari siklon tropis bakung yang mendekati Indonesia.

"Bahkan sempat tercatat pada 14 Desember masuk ke kategori tiga, dengan kecepatan angin mencapai 65 knot. Ini sangat berbahaya, tetapi kemudian turun lagi ke kategori dua dan sekarang harapannya sudah mendekat ke kategori satu," jelas Faisal dalam Sidang Kabinet Paripurna yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Kabinet, Senin (15/12/2025).

Baca juga:

Siklon senyar sebabkan cuaca ekstrem

Tiga siklon tropis bergerak menuju wilayah Indonesia, dan diprediksi bakal memicu curah hujan tinggi hingga sangat tinggi. Pexels/Lerone Pieters Tiga siklon tropis bergerak menuju wilayah Indonesia, dan diprediksi bakal memicu curah hujan tinggi hingga sangat tinggi.

Siklon tropis senyar, lanjut dia, menyebabkan cuaca ekstrem dan curah hujan sangat tinggi. Alhasil, kombinasi cuaca dan kerusakan ekologis memicu banjir Sumatera pada akhir November 2025 lalu.

"Ini kalau (kategori) siklon yang tertinggi, yang paling berbahaya adalah kategori lima, siklon senyar sendiri hanya kategori satu. Tetapi karena banyaknya awan di sana dan dia terperangkap antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia, dia berada di sana selama dua sampai hari," jelas Faisal. 

Sementara itu, di bagian selatan Bali, Nusa Tenggara, serta Jawa Timur, terpantau bibit siklon 93S yang dapat mengakibatkan hujan di wilayah tersebut.

Faisal mengatakan, pada Senin (15/12/2025) siang juga tercatat bibit siklon 95S yang meningkatkan curah hujan tinggi ke sangat tinggi. Selain itu, berpengaruh terjadap gelombang tinggi di perairan sekitar.

Ia turut menyinggung dinamika iklim Samudra Pasifik dengan kondisi permukaan air laut yang dingin.

Baca juga:

"Kemudian di Samudera Hindia juga dingin, sementara itu suhu di permukaan laut Indonesia itu lebih hangat dari biasanya. Jadi Indonesia menjadi semacam steam engine atau tungku di mana terbentuk awan tinggi dan pertumbuhan siklon-siklon tropis," jelas Faisal.

"Nah ini kondisi kita sekarang karena adanya anomali iklim dunia sehingga kondisi bencana hidrometeorologis di Indonesia cukup tinggi akhir-akhir ini," imbuh dia.

Baca juga: BMKG Perkirakan Hujan Terjadi di Sejumlah Daerah hingga 27 November

Operasi Modifikasi Cuaca

Di samping itu, BMKG bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Kantor SAR untuk bersiap menghadapi cuaca ekstrem melalui Operasi Modifikasi Cuaca atau OMC.

Petugas nantinya menyemai NaCl pada awan konvektif agar huan jatuh di tempat lain seperti perairan yang tidak berbahaya.

"Kalau sudah sampai misalnya di atas Jakarta, itu kami tebarkan kapur tohor atau CAO agar dia terpecah dan tidak terjadi hujan. Jadi Operasi Modifikasi Cuaca ini bisa untuk menyebabkan terjadi hujan atau mencegah terjadi hujan," papar dia.

Sejauh ini, ada enam provinsi yang melakukan OMC termasuk Jawa Barat dan Jawa Timur yang berhasil menurunkan 20-50 persen curah hujan. OMC bakal dilanjutkan di Lampung, Jawa tengah, serta Bali.

"Jadi ini sangat membantu untuk mengendalikan atau memitigasi bencana-bencana hidrometeorologi yang mungkin diakibatkan oleh cuaca ekstrim," ucap Faisal.

Baca juga: BMKG Perkirakan Hujan Lebat Disertai Petir Bakal Landa Sejumlah Wilayah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Pemerintah
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
LSM/Figur
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Pemerintah
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
LSM/Figur
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau