Hujan dengan intensitas lebih dari 150 milimeter (mm) per dasarian mempercepat saturasi tanah. Imbasnya, lereng-lereng dengan litologi lempung vulkanik atau batuan lapuk menjadi lebih mudah longsor.
Curah hujan tinggi dalam waktu singkat menyebabkan debit sungai meningkat drastis. Hal ini bisa menimbulkan banjir bandang pada daerah aliran sungai (DAS) yang memiliki bentuk memanjang-sempit dan lereng terjal, seperti di Jember, Bondowoso, Lumajang, Batu, dan Trenggalek.
Di sisi lain, angin kencang dari siklon tropis dan hujan yang berkesinambungan meningkatkan risiko terjadinya terjadinya pohon tumbang, runtuhan batu, serta ketidakstabilan tebing sungai.
"Implikasi dari gerakan tanah dan banjir bandang ini, jika hujannya melebihi 150 mm, maka kami melihat pentingnya koordinasi untuk (penanganan) lereng-lereng dengan litologi lempung vulkanik atau batu lempung yang menjadi lintasan longsor dan ini tersebar di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT," ucapnya.
Baca juga: Hujan Lebat Guyur Jabodetabek, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Banjir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya