KOMPAS.com - Kenaikan curah hujan diprediksi terjadi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara periode Desember 2025 sampai Januari 2026, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Wilayah yang terdampak khususnya Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Terkait hal itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hadi Wijaya mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi puncak musim hujan selama Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Baca juga:
PVMBG telah merekomendasikan tiga langkah dalam kesiapsiagaan menjelang Nataru tersebut. Apa saja?
Pertama adalah langkah struktural melalui penguatan tanah, serta pembangunan tembok penahan dan drainase lereng.
Meski sangat efektif, langkah tersebut biayanya mahal dan penerapan teknisnya kompleks.
Langkah kedua adalah non-struktural melalui kebijakan dan edukasi. Misalnya, menyusun regulasi tata guna lahan untuk melarang pembangunan di area rawan longsor.
Tidak hanya itu, bisa pula mengedukasi masyarakat dalam menghadapi bencana.
BMKG prediksi kenaikan curah hujan di Jawa hingga NTT pada Desember 2025–Januari 2026. PVMBG mengingatkan risiko longsor dan banjir saat libur Nataru.Langkah selanjutnya adalah kombinasi yang menggabungkan tiga pendekatan mitigasi.
Pendekatan pertama adalah penghindaran risiko melalui kontrol ketat lahan dengan biaya infrastruktur rendah yang berdampak sosial-ekonomi tinggi, seperti relokasi warga.
Selanjutnya, pendekatan pengurangan risiko demi keamanan evakuasi melalui kontrol lahan dengan biaya infrastruktur dalam kategori sedang yang menjadi pilihan realistis untuk wilayah padat penduduk.
Terakhir, pendekatan pencegahan risiko melalui kontrol lahan longgar dan mengeluarkan biaya infrastruktur besar agar tetap aman sehingga kurang berdampak secara sosial.
"Tidak ada pendekatan tunggal yang paling tepat, kombinasi strategi disesuaikan kondisi lokal adlaah kunci mitigasi," ujar Hadi dalam webinar, Jumat (12/12/2025).
Baca juga:
BMKG prediksi kenaikan curah hujan di Jawa hingga NTT pada Desember 2025–Januari 2026. PVMBG mengingatkan risiko longsor dan banjir saat libur Nataru.Tren curah hujan tinggi dapat memicu gerakan tanah. Anomali cuaca dan laut dengan intensitas hujan yang naik telah membuat Jawa Timur berada dalam status siaga tinggi terhadap bencana hidrometeorologi.
Perubahan suhu muka air laut di perairan Indonesia dan Pasifik mendorong kelembapan atmoster semakin tinggi. Akibatnya, awan hujan terbentuk lebih cepat dan bertambah intens.
Selain itu, peluang hujan ekstrem lokal meningkat dan durasinya akan lebih panjang, yang sering kali menjadi pemicu banjir bandang dan longsor secara tiba-tiba.
Secara klimatologi, Jawa Timur mempunyai dua sisi kerentanan yaitu wilayah pesisir selatan yang terpengaruh siklon tropis dan wilayah di pegunungan tengah-timur yang sangat responsif terhadap hujan.
Dengan demikian, peta perkiraan gerakan tanah menjadi sangat relevan untuk memperkuat mitigasi berbasis geologi dan tata ruang.
Baca juga: Cuaca Ekstrem di Sumatera Dipicu Anomali Siklon Tropis, Ini Penjelasan Pakar
BMKG prediksi kenaikan curah hujan di Jawa hingga NTT pada Desember 2025–Januari 2026. PVMBG mengingatkan risiko longsor dan banjir saat libur Nataru.Hujan dengan intensitas lebih dari 150 milimeter (mm) per dasarian mempercepat saturasi tanah. Imbasnya, lereng-lereng dengan litologi lempung vulkanik atau batuan lapuk menjadi lebih mudah longsor.
Curah hujan tinggi dalam waktu singkat menyebabkan debit sungai meningkat drastis. Hal ini bisa menimbulkan banjir bandang pada daerah aliran sungai (DAS) yang memiliki bentuk memanjang-sempit dan lereng terjal, seperti di Jember, Bondowoso, Lumajang, Batu, dan Trenggalek.
Di sisi lain, angin kencang dari siklon tropis dan hujan yang berkesinambungan meningkatkan risiko terjadinya terjadinya pohon tumbang, runtuhan batu, serta ketidakstabilan tebing sungai.
"Implikasi dari gerakan tanah dan banjir bandang ini, jika hujannya melebihi 150 mm, maka kami melihat pentingnya koordinasi untuk (penanganan) lereng-lereng dengan litologi lempung vulkanik atau batu lempung yang menjadi lintasan longsor dan ini tersebar di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT," ucapnya.
Baca juga: Hujan Lebat Guyur Jabodetabek, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Banjir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya