Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Ekstrem Jadi Isu, FIFA Diminta Sesuaikan Jadwal Piala Dunia

Kompas.com, 17 Juli 2025, 16:44 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Euronews

KOMPAS.com - Para ilmuwan memperingatkan, tanpa perubahan jadwal yang signifikan, panas ekstrem dapat membahayakan pemain dan penggemar Piala Dunia 2026.

Beberapa pihak pun berpendapat bahwa FIFA mungkin perlu mempertimbangkan penyesuaian kalender sepak bola untuk mengurangi risiko terkena penyakit terkait suhu panas.

"Seiring berjalannya waktu, risiko terkait panas ekstrem di Piala Dunia akan semakin besar. Untuk menghadapinya, diperlukan langkah drastis seperti memindahkan jadwal turnamen ke bulan-bulan musim dingin atau ke lokasi dengan iklim yang lebih dingin," papar Profesor Piers Forster, direktur Priestley Centre for Climate Futures di Leeds, Inggris, dikutip dari Euro News, Rabu (16/7/2025).

"Saya semakin khawatir tragedi di dunia olahraga akibat gelombang panas akan segera terjadi. Saya ingin melihat pengelola olahraga lebih serius memperhatikan pengetahuan iklim dan kesehatan," katanya lagi.

Tradisi menggelar turnamen sepak bola besar, termasuk Piala Dunia, di bulan Juni dan Juli sudah ada sejak Piala Dunia pertama tahun 1930.

Baca juga: Emisi Karbon Industri Sepak Bola Dunia Setara dengan Satu Negara

Namun sejak tahun 1930, musim panas di seluruh dunia sudah lebih panas 1,05 derajat Celsius, dan di Eropa bahkan naik 1,81 derajat Celsius. Peningkatan suhu ini makin cepat terjadi sejak tahun 1990-an.

Ilmuwan iklim pun menekankan pentingnya mempertimbangkan kenaikan suhu saat bermain olahraga luar ruangan berintensitas tinggi seperti sepak bola.

"Jika ingin bermain sepak bola selama 10 jam sehari, waktu tersebut harus pagi-pagi sekali dan sore hari. Kalau tidak pemain dan penonton bisa terkena dampak sengatan panas atau kelelahan akibat panas," kata ahli iklim Friederike Otto dari Imperial College, London.

Serikat pemain sepak bola global, FIFPRO, telah memperingatkan bahwa enam dari 16 kota tuan rumah Piala Dunia tahun depan berada pada "risiko sangat tinggi" terhadap tekanan panas.

Presiden FIFA Gianni Infantino menanggapi kekhawatiran tersebut dengan menyatakan bahwa stadion-stadion Piala Dunia yang tertutup akan dipakai untuk pertandingan siang hari tahun depan, sebagai solusi menghadapi cuaca panas.

Panas ekstrem juga dapat menjadi tantangan yang lebih besar lagi pada Piala Dunia berikutnya di tahun 2030, yang akan diselenggarakan bersama oleh Spanyol, Portugal, dan Maroko.

Meskipun pertandingan dijadwalkan sore dan malam di bulan Juni-Juli, ketiga negara ini sudah sering alami suhu di atas 40 derajat Celsius di musim panas.

Padahal bermain sepak bola penuh selama 90 menit di bawah terik matahari siang hari bisa sangat berbahaya dan berisiko menyebabkan hipertermia, kondisi suhu tubuh yang terlalu tinggi.

Baca juga: Bagaimana UEFA Membuat Sepak Bola Eropa Berkelanjutan?

"Ketika pemain mengalami hipertermia, mereka juga mengalami peningkatan tekanan kardiovaskular," kata Julien Périard dari Universitas Canberra.

"Jika suhu inti meningkat secara berlebihan, penyakit panas akibat aktivitas fisik dapat terjadi, yang menyebabkan kram otot, kelelahan akibat panas, dan bahkan serangan panas yang mengancam jiwa," ujarnya.

Namun, pertandingan Piala Dunia jarang dimulai pagi hari karena jadwalnya diatur agar sesuai dengan jam tayang penonton TV di Eropa.

FIFA juga akan sulit menghindari pertandingan Piala Dunia siang hari karena jadwalnya semakin padat dengan penambahan jumlah tim peserta menjadi 48 pada tahun 2026.

Sementara menggeser jadwal Piala Dunia itu susah karena akan mengganggu liga-liga besar di Eropa, termasuk Liga Champions dan liga domestik mereka, yang sedang berjalan.

Penentuan jadwal dan lokasi Piala Dunia serta acara olahraga outdoor lainnya pun akan makin rumit dan mendesak di masa depan karena suhu Bumi terus meningkat.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Pemerintah
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Pemerintah
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Pemerintah
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
LSM/Figur
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
LSM/Figur
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Pemerintah
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
BrandzView
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Pemerintah
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
Pemerintah
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Pemerintah
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
LSM/Figur
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah Bakal Bangun SPKLU di Desa untuk Perluas Penggunaan EV
Pemerintah
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
Rencana Buka 600.000 Ha Lahan Sawit Baru, Solusi atau Kemunduran?
LSM/Figur
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
Greenpeace: Komitmen Iklim Anggota G20 Tak Ambisius
LSM/Figur
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
RI-Inggris Teken MoU Kurangi Sampah Plastik dan Polusi Laut
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau