Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singkong dan Sekam Padi, Material Bangunan Sekolah Ramah Lingkungan

Kompas.com, 2 April 2023, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber Archdaily

KOMPAS.com - Krisis iklim yang terjadi kian masif mengancam kehidupan manusia dan lingkungannya. Seluruh dunia pun berlomba mengupayakan langkah-langkah strategis demi meminimalisasi dampaknya.

Termasuk dalam dunia arsitektur dan konstruksi. Penemuan baru terkait penggunaan material alami dan sangat lokal terus dieksplorasi.

Seperti pada sebuah sekolah di Kamboja. Fasilitas pendidikan ini dirancang dengan menggunakan bahan-bahan dan hasil kerajinan masyarakat.

Baca juga: Ini Empat Sekolah Net Zero Carbon Pertama di Indonesia

Hampir seluruh bagian utama gedung terbuat dari bahan-bahan bersumber alami, seperti batu bata dari lumpur, singkong, bambu, dan anyaman rumput.

Sekolah yang diberi nama The Agriculture & Technology Centre di Krong Samraong, Kamboja, ini didesain oleh Squire and Partners dan SAWA serta dibangun oleh kontraktor lokal dan petani dengan bantuan sukarelawan asal Inggris.

Atap dirancang dari anyaman rumput dengan struktur yang terbuat dari bambu. SAWA, Squire & Partners Atap dirancang dari anyaman rumput dengan struktur yang terbuat dari bambu.
Secara keseluruhan, proses membangun struktur sekolah ini memakan waktu hanya empat bulan. Efisien, cepat, dan ramah lingkungan.

Partner Squire & Partners Tim Gledstone menuturkan, bangunan yang rancang telah memanfaatkan sumber daya dan keterampilan yang tersedia, menggunakan bahan-bahan lokal seperti tanah, rumput, dan singkong yang disatukan dengan kolaborasi dengan pekerja dan perajin lokal.

Inilah yang membuat sekolah tersebut menarik, unik, sekaligus bersahabat dengan alam. Betapa tidak? Bahan utama gedung terbuat dari bata khusus yang terbuat dari campuran lumpur, singkong, dan sekam padi.

"Semua bahannya ada di sana, hanya membutuhkan cetakan khusus untuk membentuk bata," imbuh Tim.

Setiap dindingnya dirancang dengan ventilasi untuk memanfaatkan cahaya matahari dan udara dari luar gedung. 

Ruang pengajaran utama dibagi menjadi dua menggunakan pembatas yang terbuat dari anyaman rumput.

Anyaman ini dibuat oleh penduduk wanita yang dapat diturunkan untuk tikar atau digulung tergantung kebutuhan. Sedangkan penutup lampu dirancang dari keranjang anyaman rotan.

Bahan utama gedung dibangun dari batu bata, namun dindingnya terbuat dari singkong dan plester pasir.
SAWA, Squire & Partners Bahan utama gedung dibangun dari batu bata, namun dindingnya terbuat dari singkong dan plester pasir.
Sementara atap dirancang dari anyaman rumput dengan struktur yang terbuat dari bambu.

"Ini sebenarnya adalah desain kedua kami untuk proyek ini. Kami awalnya mengambil inspirasi dari rumah kayu tradisional Kamboja, tetapi kayu yang digunakan menjadi langka dan mahal, bahkan dua kali lipat lebih besar dari anggaran kami, jadi kami perlu memikirkannya kembali," kata Tim.

Gedung ini berfokus pada teknologi pertanian bagi penduduk lokal, serta memberikan fasilitas untuk peluang usaha. Setiap sudut bangunan sekolah dirancang agar sesuai dengan iklim tropis Kamboja.

Lantai sekolah ditinggikan untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Struktur utama sekolah difungsikan sebagai aula dengan ruang kantor dan penyimpanan. Sedangkan ruang kelas berada di kedua sisi lorong bangunan.

Penggunaan bahan-bahan yang akrab dengan kehidupan penduduk sekitar ini memang dimaksudkan untuk kreativitas dan potensi mereka.

Terpisah dari bangunan utama, arsitek juga merancang gedung tambahan dengan ukuran lebih kecil. Gedung ini difungsikan sebagai toilet biogas dengan atap bambu spiral.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Terobosan Data Iklim, Studi Rilis Rekam Jejak Penyimpanan CO2 Bawah Tanah Dunia
Terobosan Data Iklim, Studi Rilis Rekam Jejak Penyimpanan CO2 Bawah Tanah Dunia
Pemerintah
CELIOS: RI Terlalu 'Jualan' Hutan dan Laut di KTT COP30
CELIOS: RI Terlalu "Jualan" Hutan dan Laut di KTT COP30
LSM/Figur
Konsekuensi Tunda Net Zero, Gelombang Panas akan Lebih Lama dan Sering
Konsekuensi Tunda Net Zero, Gelombang Panas akan Lebih Lama dan Sering
Pemerintah
Restorasi Gambut di Ketapang Cegah Karhutla Selama Satu Dekade Terakhir
Restorasi Gambut di Ketapang Cegah Karhutla Selama Satu Dekade Terakhir
LSM/Figur
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Kementerian PPN/Bappenas Apresiasi Praktik Baik Pembangunan lewat Indonesia’s SDGs Action Awards 2025
Pemerintah
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Bappenas Gelar Konferensi Utama SAC 2025, Bahas Transformasi Pembangunan
Pemerintah
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Industri Pelayaran Komitmen Atasi Krisis Polusi Plastik di Lautan
Pemerintah
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
Kritik Pedas SNDC Kedua: Cuma Lempar Beban Penurunan Emisi ke Pemerintahan Pasca 2029
LSM/Figur
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
Tropenbos: Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Berpotensi Suplai Menu MBG
LSM/Figur
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Panel Surya Terapung Menjanjikan, tapi Dampak Lingkungannya Dipertanyakan
Pemerintah
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
Wujudkan Bisnis Berkelanjutan, Perusahaan Asia Tenggara Borong Penghargaan ESG 2025
BrandzView
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Prabowo Bagikan Panel Interaktif Digital ke 288 Ribu Sekolah untuk Pemerataan Pendidikan
Pemerintah
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
KSP: Teknologi Waste to Energy RI Terlambat 20 Tahun
Pemerintah
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Emisi Metana Terus Meningkat, Tapi PBB Prediksi Penurunan Segera
Pemerintah
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
Kebijakan Adaptasi dan Mitigasi Krisis Iklim RI Dinilai Belum Peduli Kelompok Paling Rentan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau