JAKARTA, KOMPAS.com - Gelandangan emperan toko, orang-orang yang tinggal di kolong jembatan/rumah kardus, manusia gerobak, bantaran sungai, pemukiman kumuh, manusia silver, korban Kekerasan Dalam Rumah tangga (KDRT), korban perdagangan orang, dan pengamen bisa tersenyum bahagia.
Pasalnya, kelompok rentan dan marjinal ini bisa tinggal di hunian yang lebih layak, yakni rumah susun (rusun) Sentra Mulya Jaya, yang berlokasi di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta.
Rusun ini merupakan rusun kedua yang dibangun untuk kelompok rentan. Sebelumnya sudah diresmikan juga Rusun Sentra Terpadu Pangudi Luhur di Bekasi.
Baca juga: Rumah Tumbuh, Konsep Arsitektur Hunian Berkelanjutan
Menteri Sosial RI Tri Rismaharini mengatakan pembangunan rusun ini merupakan program kolaborasi antara Kemensos dan Kementerian PUPR, untuk mendukung kehidupan yang layak bagi kelompok rentan.
“Ini rumah susun kedua yang disiapkan untuk para penerima manfaat yang membutuhkan bantuan rumah," ujar Risma.
Fasilitas lengkap laiknya apartemen
Rusun setinggi 5 lantai ini, terdiri dari 93 unit hunian. Struktur dan kelengkapan di dalamnya dirancang ramah terhadap kelompok rentan seperti disabilitas maupun lansia.
Desain bangunan juga menyediakan ruang ramah anak yang dapat dipergunakan untuk bermain ataupun membaca buku. Sehingga, banyak sekali kegiatan produktif yang dapat dilakukan penghuni selama tinggal di rusun tersebut.
Kemudian akses pembuangan sampah, jaring pengaman, aksesibilitas disabilitas, toilet disabilitas dan toilet umum, apotek hidup, ruang tunggu, dan jalur evakuasi.
Setiap unit juga dilengkapi meja makan, lemari pakaian, tempat tidur, kompor gas dan tabung gas 3 kg, serta erangkat makan.
Calon penghuni rusun berjumlah 76 keluarga penerima manfaat (KPM) yang terdiri dari 259 jiwa, antara lain 8 KPM disabilitas, 5 KPM lanjut usia, dan 63 KPM dari kelompok rentan.
“Nah, di dalam bantuan ini kami tidak hanya memberikan rumah, kami di bantu oleh Kementerian PUPR menyiapkan rumah ini, tapi juga kita bantu mereka untuk usaha,” ungkap Risma.
Para penghuni rusun akan diberikan berbagai pembekalan keterampilan seperti fashion ataupun usaha lainnya. Sehingga mereka dapat menentukan, usaha apa yang cocok untuk dijalankan oleh mereka.
Diharapkan melalui pemberdayaan yang diberikan, para penghuni dapat melanjutkan kehidupan di luar rumah susun dan bisa memperbaiki perekenomian mereka sehingga dapat keluar dari kemiskinan dan hidup lebih sejahtera.
Risma mengingkatkan para penerima manfaat untuk tidak memindahtangankan bantuan rusun ini kepada pihak lain.
Dorongan semangat juga terus ditularkan, agar para penghuni dapat berdaya, mandiri, dan meraih hidup yang lebih baik setelah keluar dari rusun ini nantinya.
“Kami berharap agar pembangunan rumah susun ini dapat dipahami sebagai wujud konkrit kepedulian dari pemerintah, untuk hadir di semua lapisan kalangan masyarakat,” kata Iwan.
Iwan berharap, agar rusun ini dapat segera dimanfaatkan dengan optimal. Terutama menjadi fasilitas pemberdayaan bagi para PPKS.
Untuk dapat menikmati rusun rasa apartemen ini, PPKS hanya dikenakan biaya sewa Rp 10.000 per bulan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya