Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Adat Sorong Siap Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan

Kompas.com - 17/05/2025, 18:17 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat adat di Sorong Selatan tengah bersiap mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Hal ini ditandai dengan pelatihan ekowisata berkelanjutan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari Kampung Bariat dan Nakna, Distrik Konda, dan Kampung Klaogin dari Distrik Seremuk di Klaogin.

“Pemberdayaan masyarakat adalah subjek utama agar manfaat ekonomi langsung dirasakan oleh mereka, dan pemerintah mesti mendukung dengan peraturan yang pro lingkungan,” kata Kepala Dispora Sorong Selatan, Daud Azer Fatary, dalam keterangannya, Sabtu (17/5/2025).

Manager Program Sorong Selatan untuk Konservasi Indonesia, Muhamad Varih Sovy, berkata berdasarkan kajian Sorong Selatan potensial untuk pengembangan ekowisata.

Baca juga: Lombok Eco Kriya, Inisiatif Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Mandalika

Ragam ekosistem di sekitar Kampung Klaogin memiliki keanekaragaman hayati tinggi, yang mencakup 41 spesies pohon, 28 jenis burung, dan 10 reptil, sembilan genus mamalia, 13 genus ikan, serta 14 tanaman obat-obatan.

Selain itu, setidaknya ada 16 atraksi wisata budaya yang menarik di lokasi tersebut. KI dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat mencatat pada 2023, dari total 654.900 hektare luas wilayah di Sorong Selatan, 497.522 hektar di antaranya diklasifikasikan sebagai ekosistem alami bernilai tinggi.

“Sorong Selatan memiliki 32 jenis ekosistem alami, termasuk hutan gambut tropis yang esensial untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim” papar Varih.

“Sekaligus penyedia jasa ekosistem esensial bagi masyarakat yang bergantung pada praktik pemanfaatan hutan dan agroforestri berbasis ekologi dan subsisten,” tambah dia.

Baca juga: Ini Tantangan Pariwisata Ramah Lingkungan di Indonesia

Kendati demikian, masih ada tantangan bagi Sorong Selatan dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Ini mencakup regulasi, keterbatasan sarana dan prasarana, akomodasi, aksesibilitas, hingga pengembangan sumber daya manusia.

Dukungan Masyarakat

Ketua Pokdarwis Kampung Klaogin, Dance Yadafat, mengaku tertarik mengikuti pelatihan karena dirinya mendapatkan pengetahuan untuk mengelola pariwisata alam dan budaya.

“Kami dari Pokdarwis Klaogin belum mengetahui apa langkah-langkah mengenai bagaimana cara menyelenggarakan wisata di tempatnya sendiri. Saya, selaku ketua Pokdarwis, mau mencapai keberhasilan untuk masyarakat saya: kerja saya harus berhasil,” jelas Dance.

Baca juga: Untuk Pariwisata Berkelanjutan, Hotel Bisa Tawarkan Kamar Rendah Emisi

Sementara itu, Ketua Pokdarwis Kampung Bariat, Yance Konjol, menyatakan pelatihan menunjang maupun menjaga hak-hak adat.

“(Untuk) melindungi cenderawasih, lau-lau (kanguru), kakatua putih jambul kuning, nuri kepala hitam dan lain-lain. Kami siap untuk bangun (pariwisata) demi masa depan anak-anak kami,” imbuh dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut: Sulit Berantas Tambang Ilegal di TNGHS yang Jadi Mata Pencaharian
Kemenhut: Sulit Berantas Tambang Ilegal di TNGHS yang Jadi Mata Pencaharian
Pemerintah
Kemenhut Temukan 411 Lubang Tambang Emas Ilegal di Gunung Halimun Salak
Kemenhut Temukan 411 Lubang Tambang Emas Ilegal di Gunung Halimun Salak
Pemerintah
Menteri LH: Tambang Picu Dampak Serius, Aktivitasnya Harus Dikawal Kembali
Menteri LH: Tambang Picu Dampak Serius, Aktivitasnya Harus Dikawal Kembali
Pemerintah
Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla
Di Balik Sunyi Rawa Gambut Ketapang: Perjuangan Warga Menantang Api Karhutla
LSM/Figur
PBB: Emisi Dunia Hanya Turun 10 Persen, Gagal Capai Target 60 Persen
PBB: Emisi Dunia Hanya Turun 10 Persen, Gagal Capai Target 60 Persen
Pemerintah
22 Pabrik Cikande Rampung Didekontaminasi, Kini Bisa Beroperasi Kembali
22 Pabrik Cikande Rampung Didekontaminasi, Kini Bisa Beroperasi Kembali
Pemerintah
KLH Bakal Cek Kerusakan Ekosistem akibat Tambang Emas Ilegal di Gunung Salak
KLH Bakal Cek Kerusakan Ekosistem akibat Tambang Emas Ilegal di Gunung Salak
Pemerintah
PBB Sebut Pendanaan Adaptasi Iklim Global Harus Naik 12 Kali Lipat
PBB Sebut Pendanaan Adaptasi Iklim Global Harus Naik 12 Kali Lipat
Pemerintah
TMD Lippo Land Dukung Generasi Sehat dan Cerdas lewat Bantuan Pendidikan untuk Siswa SD
TMD Lippo Land Dukung Generasi Sehat dan Cerdas lewat Bantuan Pendidikan untuk Siswa SD
Swasta
DLH Jakarta Pertimbangkan Sanksi Sosial ke Pembakar Sampah, Foto Pelaku Bakal Dipajang
DLH Jakarta Pertimbangkan Sanksi Sosial ke Pembakar Sampah, Foto Pelaku Bakal Dipajang
Pemerintah
Krisis Iklim bagi Gen Z Masih Soal Cuaca Ekstrem, Pelibatan Mereka Sekadar Formalitas
Krisis Iklim bagi Gen Z Masih Soal Cuaca Ekstrem, Pelibatan Mereka Sekadar Formalitas
LSM/Figur
IESR: SNDC Tak Hadirkan Terobosan, Cuma Perbarui Metode Hitung Emisi
IESR: SNDC Tak Hadirkan Terobosan, Cuma Perbarui Metode Hitung Emisi
LSM/Figur
Sisir Tambang Ilegal di Gunung Salak, Petugas Hancurkan 31 Tenda Biru
Sisir Tambang Ilegal di Gunung Salak, Petugas Hancurkan 31 Tenda Biru
Pemerintah
BRIN Kembangkan WoodPlastic, Plastik Ramah Lingkungan dari Serbuk Kayu
BRIN Kembangkan WoodPlastic, Plastik Ramah Lingkungan dari Serbuk Kayu
Pemerintah
Bappenas Gelar Lomba Menulis, Dorong Perempuan Berani Bersuara
Bappenas Gelar Lomba Menulis, Dorong Perempuan Berani Bersuara
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau