Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fast Fashion: Tren Pakaian yang Berdampak Buruk untuk Lingkungan

Kompas.com - 25/06/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Beberapa brand fast fashion mampu merancang, memproduksi, dan mengirimkan produk baru dalam dua pekan hingga delapan pekan.

Jika industri fast fashion hanya membutuhkan waktu yang singkat dari desain hingga menjadi barang jadi yang dikirim, maka semakin besar dan cepat pula polutan yang mereka hasilkan.

Baca juga: LandX Dorong Ekspansi Bisnis Fast Fashion Retail Ximivogue

Dampak fast fashion ke lingkungan

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, industri fesyen dan pakaian saja sudah berdampak buruk terhadap lingkungan dari limbah dan polutan yang dihasilkan.

Ditambah lagi, fast fashion yang makin menjadi gaya hidup membuat limbah dan polutan dari industri fesyen dan pakaian dikhawatirkan bakal berlipat ganda.

Masih dilansir dari Earth.org, berikut dampak buruk fast fashion terhadap lingkungan.

1. Dampak fast fashion terhadap air

Fast fashion menyebabkan penipisan sumber daya tak terbarukan, menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK), dan memakai air serta energi dalam jumlah besar.

Industri fesyen adalah industri terbesar kedua di dunia yang mengonsumsi air. Industri ini membutuhkan sekitar 2.649 liter air untuk memproduksi satu kemeja katun dan 7.570 liter air untuk memproduksi celana jeans.

Business Insider juga memperingatkan bahwa pewarnaan tekstil adalah pencemar air terbesar kedua di dunia, karena sisa air dari proses pewarnaan sering dibuang ke selokan, sungai, atau sungai.

Baca juga: Kenakan Busana Fast Fashion, Tokoh Carrie Bradshaw Jadi Buah Bibir

2. Fast fashion dan mikroplastik

Beberapa brand menggunakan serat sintetis seperti poliester, nilon, dan akrilik yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.

Sebuah laporan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang dirilis pada 2017 memperkirakan bahwa 35 persen dari semua mikroplastik di lautan berasal dari pencucian tekstil sintetis seperti poliester.

Menurut film dokumenter The True Cost yang dirilis pada 2015, ada sekitar 80 miliar potong pakaian baru terjual setiap tahunnya.

Baca juga: Jangan Cuma Belanja Pakaian, Ketahui Juga Dampak Fast Fashion pada Lingkungan

3. Energi yang dibutuhkan fast fashion

Produksi pembuatan serat plastik menjadi tekstil adalah proses yang membutuhkan banyak energi yang mengonsumsi minyak bumi dalam jumlah besar.

Proses ini melepaskan partikel yang mudah menguap dan asam seperti hidrogen klorida.

Selain itu, katun dalam jumlah besar yang merupakan produk fast fashion juga tidak ramah lingkungan untuk diproduksi.

Pestisida yang diperlukan bagi petani untuk membudidayakan kapas sebagai bahan baku katun menimbulkan risiko kesehatan bagi petani itu sendiri.

Baca juga: Fast Fashion, Tren Mode yang Lestarikan Sifat Konsumtif?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakai Kapal Canggih, OceanX Bakal Eksplorasi Lautan Indonesia

Pakai Kapal Canggih, OceanX Bakal Eksplorasi Lautan Indonesia

Pemerintah
Sejak Perjanjian Paris, Bank Masih Gelontorkan Rp 110 Kuadriliun ke Industri Energi Fosil

Sejak Perjanjian Paris, Bank Masih Gelontorkan Rp 110 Kuadriliun ke Industri Energi Fosil

Pemerintah
Model 'Community-Supported Agriculture', Solusi 'Food Loss and Waste'

Model "Community-Supported Agriculture", Solusi "Food Loss and Waste"

Pemerintah
BW Kehati Data Keanekaragaman Hayati di Perkotaan

BW Kehati Data Keanekaragaman Hayati di Perkotaan

Pemerintah
Gelombang Panas di Filipina Tak Mungkin Terjadi Tanpa Krisis Iklim

Gelombang Panas di Filipina Tak Mungkin Terjadi Tanpa Krisis Iklim

LSM/Figur
IPA Convex 2024 Digelar, Jadi Momentum Ketahanan Energi Berkelanjutan

IPA Convex 2024 Digelar, Jadi Momentum Ketahanan Energi Berkelanjutan

Swasta
BRIN: Indonesia Terlindungi dari Gelombang Panas karena Awan

BRIN: Indonesia Terlindungi dari Gelombang Panas karena Awan

Pemerintah
Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci Atasi Kemiskinan Ekstrem

Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci Atasi Kemiskinan Ekstrem

Pemerintah
60 Inovator ASEAN Blue Economy Innovation Bakal Dapat 40.000 Dollar AS

60 Inovator ASEAN Blue Economy Innovation Bakal Dapat 40.000 Dollar AS

Pemerintah
Groundbreaking Proyek RDF, WIKA Siap Reduksi Sampah 2.500 Ton per Hari

Groundbreaking Proyek RDF, WIKA Siap Reduksi Sampah 2.500 Ton per Hari

BUMN
Potensi Devisa Rp 1,3 Triliun, Oleh-oleh Sandiaga dari UEA dan Korsel

Potensi Devisa Rp 1,3 Triliun, Oleh-oleh Sandiaga dari UEA dan Korsel

Pemerintah
Komnas Perempuan Minta Pemerintah Bentuk Pemantau Femisida

Komnas Perempuan Minta Pemerintah Bentuk Pemantau Femisida

Pemerintah
Dicari, Inovator di 10 Negara ASEAN dan Timor Leste untuk Proyek Blue Economy

Dicari, Inovator di 10 Negara ASEAN dan Timor Leste untuk Proyek Blue Economy

Pemerintah
Konsisten Berdayakan Peternak Sapi, Human Initiative Torehkan Jejak Manis di NTT

Konsisten Berdayakan Peternak Sapi, Human Initiative Torehkan Jejak Manis di NTT

Advertorial
Mengenal Melukat, Ritual Pembersihan Diri di Bali Jadi Agenda WWF

Mengenal Melukat, Ritual Pembersihan Diri di Bali Jadi Agenda WWF

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com