KOMPAS.com - Pada 2015, PBB menyusun sebuah program pembangunan berkelanjutan atau lazim dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Program ini diharapkan bisa tercapai pada 2030 mendatang.
SDGs, melansir situs web Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), adalah komitmen bersama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekaligus tetap melestarikan lingkungan. Program ini memiliki prinsip universal, integrasi dan inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada satu pun yang tertinggal.
Demi turut menyemarakkan SDGs, KG Media melakukan riset untuk mengetahui ketertarikan pembaca terhadap program ini. Hasil riset diharapkan bisa menjadi referensi bagi para pemegang keputusan untuk ikut ambil bagian dalam menjalankan misi mulia SDGs.
Survei kuantitatif lebih dulu dilaksanakan pada 10-21 Mei 2023 secara daring melalui widget, media sosial, dan native polling di seluruh unit KG Media. Sebanyak 5.620 responden yang berpartisipasi berasal dari berbagai usia dan gender dan dari pembaca KG Media selama satu tahun terakhir.
Sedangkan riset kualitatif dijalankan dengan jumlah responden 5 orang yang dipilih secara acak. Riset kualitatif dilaksanakan secara daring dengan in depth interview pada 24-25 Mei 2023.
Baca juga: SDGs: Pengertian, Sejarah, dan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Menurut hasil temuan KG Media, sebanyak 40 persen pembaca sudah mengikuti isu-isu sosial/lingkungan/etika bisnis. Mereka memperhatikan program atau kinerja perusahaan terkait SDGs, dan juga aktif dalam aktivitas sosial dan/atau lingkungan.
Namun jika dilihat berdasarkan jenis kelamin dan usia, perempuan ternyata lebih peduli terhadap isu SDGs dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan, pembaca di usia 18-34 tahun lebih peduli pada isu SDGs bila dibandingkan dengan pembaca di usia lebih dari 35 tahun.
Pembaca usia muda lebih tertarik dengan isu pendidikan karena mereka sedang atau berencana akan melanjutkan studinya. Sedangkan usia pembaca di atas 35 tahun lebih tertarik pada isu kesehatan dengan fokus kesehatan anak dan keluarga.
Kemudian, aktivitas yang paling banyak dilakukan pembaca adalah kerja bakti lingkungan. Mereka juga cenderung lebih banyak melakukan kegiatan komunal dibandingkan personal. Tak hanya itu, pembaca muda ternyata lebih aktif dalam kegiatan sosial dan/lingkungan dibanding pembaca dewasa.
Baca juga: Mengenal 17 Tujuan SDGs Pembangunan Berkelanjutan Beserta Penjelasannya
Salah satu hal menarik yang ditemukan dalam survei ini adalah bahwa isu SDGs berpengaruh pada kebiasaan pembaca mengonsumsi suatu produk.
Nyatanya, apabila sebuah merek menerapkan isu SDGs dan calon konsumen mengetahui aktivitasnya, maka sangat dimungkinkan mereka akan membeli dan bahkan merekomendasikan produk dari merek tersebut.
Dalam hal ini, pembaca muda menjadi kelompok yang paling merekomendasikan produk SDGs (18-34 tahun).
Peluang juga semakin terbuka lebar karena ternyata 54 persen pembaca berani untuk membayar lebih untuk merek yang menerapkan SDGs. Sebanyak 68 persen pembaca juga bersedia untuk berpindah dari merek langganan mereka kepada merek yang menerapkan SDGs.
Lebih dalam, isu SDGs yang paling banyak diminati adalah isu lingkungan. Sebab, dampak dari isu lingkungan dirasa lebih "terlihat" dibandingkan isu sosial. Menurut pembaca, dampak dari masalah lingkungan dapat dirasakan langsung saat itu juga.
Artinya, kegiatan lingkungan perusahaan bisa langsung dirasakan. Secara psikologis, konsumen juga merasa puas karena telah ikut berkontribusi secara tidak langsung terhadap isu lingkungan.
Baca juga: 4 Pilar SDGs di Indonesia
Peluang dalam meningkatkan value perusahaan tentu sangat dimungkinkan. Namun sayangnya, mayoritas pembaca belum banyak tahu tentang informasi bahwa sebuah merek sudah menerapkan SDGs.
Hanya sekitar 21 persen pembaca yang tahu program-program SDGs milik perusahaan secara detail. Mereka tahu aktivitas tersebut karena merasakan langsung program yang telah diselenggarakan.
Mayortias pembaca juga hanya mengetahui aktivitas secara umum. Aktivitas yang paling banyak diketahui adalah program berbasis lingkungan seperti pengelohan limbah, dan penggunaan bahan ramah lingkungan.
Tak hanya itu, pembaca cenderung pasif mendapatkan informasi terkait program SDGs yang sebuah perusahaan lakukan. Mereka jarang sekali secara aktif mencari informasi mengenai program SDGs perusahaan.
Adapun alasan kebiasaan pembaca ini karena mereka merasa ada prioritas informasi lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Kedua, mereka kurang memiliki motivasi terhadap apa yang sudah dilakukan perusahaan terkait lingkungan/sosial sekitar.
Baca juga: Daftar 169 Target SDGs
Kurangnya paparan informasi pembaca soal program SDGs perusahaan cukup membahayakan. Survei ini menemukan bahwa 69 persen responden yang tidak mengetahui program akan memberikan nilai buruk pada perusahaan.
Sebanyak 90 persen responden merasa bahwa perusahaan perlu mempublikasikan program SDGs mereka. Ada pun sumber yang paling dipercaya pembaca untuk mempublikasikan program SDGs adalah media online, televisi, dan informasi di situs resmi perusahaan.
Kesimpulannya, mayoritas pembaca KG Media sudah sadar akan pentingnya program SDGs. Kebiasaan mengonsumsi pembaca bahkan berubah lebih positif kepada sebuah merek yang menjalankan program SDGs.
Sayangnya, masih banyak perusahaan yang belum mempublikasikan program SDGs sehingga pembaca KG Media menganggap bahwa perusahaan belum menerapkannya.
Baca juga: SDGs Desa: Pengertian, Peraturan, dan Tujuannya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya