Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/06/2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Krisis sampah plastik global terus memburuk setiap tahun. Saat ini, dunia menghasilkan lebih dari 400 juta ton sampah plastik setiap tahunnya.

Jumlah sampah plastik diproyeksikan akan berlipat ganda pada 2040 jika tidak ada tindakan yang diambil, sebagaimana dilansir dari Earth.org.

Terlebih lagi, sekitar 91 persen dari semua plastik yang diproduksi di seluruh dunia tidak didaur ulang.

Baca juga: Kita Olah Banderol Sampah Plastik hingga Rp 10.000 Per Kilogram

Padahal, plastik membutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk terurai. Dengan demikian, ada banyak sekali sampah plastik yang terbuang di lingkungan.

Setiap tahunnya, ada delapan hingga 14 juta ton sampah plastik yang berakhir di lautan. Kehidupan yang ada di lautan pun semakin terancam.

Setelah pandemi Covid-19, konsumsi plastik dunia melonjak, menambah 25.900 ton plastik tambahan di lautan.

Plastik sekali pakai hampir seluruhnya adalah produk sampingan dari bahan bakar fosil, terutama dari minyak dan gas bumi.

Baca juga: Super Indo Patok Sampah Plastik Rp 2.500 hingga Rp 5.000 Per Kilogram

Jika produksi plastik sekali pakai tidak dikurangi, produksi plastik dapat menyumbang antara lima persen hingga 10 persen dari emisi gas rumah kaca (GRK) global pada 2050.

Dilansir dari Reuters, produksi plastik sekali pakai telah meningkat secara global sebesar 6 juta ton per tahun dari 2019 hingga 2021.

Plastik sekali pakai saat ini menjadi salah satu ancaman lingkungan yang paling merusak.

Yayasan Minderoo Foundation dari Australia dalam Indeks Plastic Waste Makers menyebutkan, produksi plastik sekali pakai dari bahan bakar fosil masih jauh dari penurunan.

Baca juga: Alba Bangun Pabrik Daur Ulang Botol Plastik Berkapasitas Ribuan Ton di Kendal

"Jangan salah, krisis sampah plastik akan menjadi lebih buruk secara signifikan sebelum kita melihat penurunan mutlak dari tahun ke tahun dalam konsumsi plastik sekali pakai murni," kata Minderoo Foundation.

Dalam Indeks Plastic Waste Makers yang dirilis Minderoo Foundation, Exxon Mobil dan Sinopec China menempati peringakt pertama dan kedua produsen virgin polymer sebagai bahan baku plastik sekali pakai.

Sementara itu, China menjadi negara dengan permintaan plastik global yang tinggi selama 15 tahun terakhir.

Meskipun Pemerintah China menerapkan larangan bagi beberapa produk plastik sekali pakai mulai 2019, permintaan di sana tetaplah tinggi antara 2019 hingga 2021.

Baca juga: Agincourt Resources Tingkatkan Daur Ulang Sampah Plastik 64 Persen

Pada 2022, China mengumumkan aturan untuk mengekang produksi plastik. "Negeri Panda" akan memangkas produksi dan penggunaan plastik sekali pakai dan melarang beberapa produk seluruhnya.

Karena aturan tersebut, produksi plastik di China diperkirakan akan melambat.

Akan tetapi, sejauh ini China masih menyumbang setengah dari 20 perusahaan teratas yang berencana meningkatkan kapasitas virgin polymer hingga 2027.

Sekitar 137 juta ton plastik sekali pakai diproduksi dari bahan bakar fosil pada tahun 2021, dan diperkirakan akan meningkat 17 juta ton lagi pada tahun 2027.

Baca juga: Cara Unilever Tangani Sampah Plastik dari Hulu ke Hilir

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Pemerintah
Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Pemerintah
Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Swasta
'Bahan Kimia Abadi' PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

"Bahan Kimia Abadi" PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

Pemerintah
Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Mahasiswa Desa Lingkar Tambang Raih Beasiswa MHU: Menuju Masa Depan Cerah dan Berkelanjutan

Swasta
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

Pemerintah
Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

Menilik Inovasi Dekarbonasi Generasi Muda di Toyota Eco Youth Ke-13

BrandzView
China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam

Pemerintah
Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures

Swasta
100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

100 Hari Prabowo-Gibran, Ini Pejabat Energi dan Lingkungan dengan Skor Tertinggi hingga Terendah

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau