KOMPAS.com - Krisis sampah plastik global terus memburuk setiap tahun. Saat ini, dunia menghasilkan lebih dari 400 juta ton sampah plastik setiap tahunnya.
Jumlah sampah plastik diproyeksikan akan berlipat ganda pada 2040 jika tidak ada tindakan yang diambil, sebagaimana dilansir dari Earth.org.
Terlebih lagi, sekitar 91 persen dari semua plastik yang diproduksi di seluruh dunia tidak didaur ulang.
Baca juga: Kita Olah Banderol Sampah Plastik hingga Rp 10.000 Per Kilogram
Padahal, plastik membutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk terurai. Dengan demikian, ada banyak sekali sampah plastik yang terbuang di lingkungan.
Setiap tahunnya, ada delapan hingga 14 juta ton sampah plastik yang berakhir di lautan. Kehidupan yang ada di lautan pun semakin terancam.
Setelah pandemi Covid-19, konsumsi plastik dunia melonjak, menambah 25.900 ton plastik tambahan di lautan.
Plastik sekali pakai hampir seluruhnya adalah produk sampingan dari bahan bakar fosil, terutama dari minyak dan gas bumi.
Baca juga: Super Indo Patok Sampah Plastik Rp 2.500 hingga Rp 5.000 Per Kilogram
Jika produksi plastik sekali pakai tidak dikurangi, produksi plastik dapat menyumbang antara lima persen hingga 10 persen dari emisi gas rumah kaca (GRK) global pada 2050.
Dilansir dari Reuters, produksi plastik sekali pakai telah meningkat secara global sebesar 6 juta ton per tahun dari 2019 hingga 2021.
Plastik sekali pakai saat ini menjadi salah satu ancaman lingkungan yang paling merusak.
Yayasan Minderoo Foundation dari Australia dalam Indeks Plastic Waste Makers menyebutkan, produksi plastik sekali pakai dari bahan bakar fosil masih jauh dari penurunan.
Baca juga: Alba Bangun Pabrik Daur Ulang Botol Plastik Berkapasitas Ribuan Ton di Kendal
"Jangan salah, krisis sampah plastik akan menjadi lebih buruk secara signifikan sebelum kita melihat penurunan mutlak dari tahun ke tahun dalam konsumsi plastik sekali pakai murni," kata Minderoo Foundation.
Dalam Indeks Plastic Waste Makers yang dirilis Minderoo Foundation, Exxon Mobil dan Sinopec China menempati peringakt pertama dan kedua produsen virgin polymer sebagai bahan baku plastik sekali pakai.
Sementara itu, China menjadi negara dengan permintaan plastik global yang tinggi selama 15 tahun terakhir.
Meskipun Pemerintah China menerapkan larangan bagi beberapa produk plastik sekali pakai mulai 2019, permintaan di sana tetaplah tinggi antara 2019 hingga 2021.
Baca juga: Agincourt Resources Tingkatkan Daur Ulang Sampah Plastik 64 Persen
Pada 2022, China mengumumkan aturan untuk mengekang produksi plastik. "Negeri Panda" akan memangkas produksi dan penggunaan plastik sekali pakai dan melarang beberapa produk seluruhnya.
Karena aturan tersebut, produksi plastik di China diperkirakan akan melambat.
Akan tetapi, sejauh ini China masih menyumbang setengah dari 20 perusahaan teratas yang berencana meningkatkan kapasitas virgin polymer hingga 2027.
Sekitar 137 juta ton plastik sekali pakai diproduksi dari bahan bakar fosil pada tahun 2021, dan diperkirakan akan meningkat 17 juta ton lagi pada tahun 2027.
Baca juga: Cara Unilever Tangani Sampah Plastik dari Hulu ke Hilir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya